, , ,

Inilah Aksi Aparat Hadapi Ibu-ibu Penjaga Karst Rembang

Jumat, (28/11/14), suasana di tapak pabrik PT Semen Indonesia, di Pegunungan karst Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, masih mencekam. TNI/Polri buka posko dan menjaga ketat tenda-tenda protes ibu-ibu. Tak ada lagi aksi para ibu memblokir alat berat masuk.

Sehari sebelum itu, 27 November 2014, aksi brutal aparat memaksa para ibu setop aksi protes. Sampai tengah malam, di dalam tenda para ibu kelaparan karena bapak-bapak tak bisa masuk mengantar makanan.

Dari kronologi yang diterima Mongabay, dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) menyebutkan, pada Kamis itu, sejak pukul 05.00, mobil pengangkut alat-alat berat tiba di pertigaan jalan menuju tapak pabrik SI. Pukul 06.00, ibu-ibu piket, mulai datang ke tenda. Ketika melihat kendaraan berat berhenti, serentak ibu-ibu memblokir jalan, dari perempuan muda hingga nenek-nenek.

Pukul 07.00, datang preman pabrik mendatangi ibu-ibu dan mengangkat lesung. Ibu-ibu marah. Terjadi adu mulut. Selang beberapa menit, preman itu meludahi ibu-ibu. Warga tidak terima balas meludah. Preman ngamuk dan memukul ibu Paedah mengenai kepala.  Perempuan separuh baya ini pingsan.

Seorang ibu yang dipukul anggota polisi hingga pingsan dan kuku lepas. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
Seorang ibu yang dipukul anggota polisi hingga pingsan dan kaki terinjak sampai kuku lepas. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng

Pukul 07.15, Kapolsek Bulu beserta satpam pabrik datang ke tenda warga. Kapolsek pura-pura bertanya,” Ada apa ini kok rame-rame ?”

Pukul 09.35, warga blokir jalan karena ada truk masuk lokasi. Kapolres Rembang, AKBP Muhammad Kurniawan, lengkap dengan pasukan, TNI, preman, satpam, wartawan datang ke tenda sambil marah-marah.

“Jadi ini seperti kemarin tidak bisa diatur?” tanya Kurniawan.

Njeh pak.”

“Kalo ibu-ibu tetep seperti kemarin, keamanan akan melakukan langkah seperti kemarin juga,” ancam Kapolres.

Pukul 09.40, Brimob dan satpam semen memeriksa warga yang tidak mempunyai identitas Desa Tegaldowo. Warga lain disuruh keluar dari tenda. Dokumentasi dilarang. Pasukan Brimob dan TNI terus bertambah.

Pukul 10.00, para ibu memainkan lesung dan nembang lagu Ibu Pertiwi. Pukul 10.15, Brimob merampas lesung, bendera, poster, dan alat peraga lain.

Bentrokan pun tak terelakkan. Polisi, preman, Brimob, satpam ramai-ramai melawan ibu-ibu. Tak pelak, banyak ibu-ibu terkena pukulan Brimob. Seperti Murtini, kala mau menyelamatkan lesung dipukul seorang Brimob, bernama Mahmud. Kaki Murtini diinjak hingga kuku terkelupas berdarah. Waktu bersamaan, pemuda bernama Jedor, ingin menyelamatkan lesung dari atas mobil Birmob. Eh, Brimob dan TNI malah mengkeroyok  Jedor hingga terjatuh dan terinjak aparat-aparat itu.

Pukul 12.21, Brimob dan satpam mendirikan tenda di pertigaan dekat tenda ibu-ibu dan menutup jalan masuk ke tenda warga.

Pukul 17.00, bapak-bapak hendak mengirim logistik untuk ibu-ibu di tenda, namun dilarang oleh Brimob dan satpam.

Hingga pukul 23.26, bapak-bapak tak bisa mengantar makanan. Ibu-ibu kelaparan…

Aparat mulai mendatangi ibu-ibu yang ada di tenda. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
Aparat mulai mendatangi ibu-ibu yang ada di tenda. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng

Tarik aparat 

Joko Prianto, warga Tegaldowo kepada Mongabay, mengatakan, aparat sunguh tidak punya prikemanusiaan. “Aparat jelas memihak PT semen. Apa salah warga hingga diperlakukan seperti itu. Dipukul….ditendang…… kami menuntut untuk Kapolres Rembang dicopot dan segera menarik polri dan TNI dari lokasi tenda perjuangan,” katanya.

Sukinah, warga Tegaldowo bingung karena kala lewat kantor polisi melihat tulisan,”melayani dan mengayomi masyrakat 24 jam.” “Tapi kok kenyataan di Rembang justru menindas masyarakat?”

Dia heran mengapa aparat tega bentrok dengan para ibu. “Tidak kebayang kenapa para adek-adek Brimob tega sama ibu-ibu yang menolak semen, bukankah mereka dilahirkan dari rahim perempuan? Saya sadar, kalau polisi membela dan melindungi penguasa tambang, tidak ada HAM di Rembang.”

Muhnur Satyahaprabu, dari Walhi Nasional mendesak Kapolda mencopot Kapolres Rembang. “Tarik aparat Polri dan TNI yang bikin warga resah dan ketakutan,” katanya, Jumat (28/11/14).

Dia juga mendesak, preman dan anggota Brimob yang diduga memukul para ibu diperiksa.

Edo Rahkman dari Walhi Nasional kecewa atas tindakan aparat yang melakukan kekerasan kepada ibu-ibu di Rembang. “Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng)  harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Karena kebijakan Gubernur hingga warga terancam, dan harus mempertahankan sumber penghidupan mereka oleh tambang.”

Walhi juga mengingatkan,  agar Mabes Polri segera memerintahkan Kapolda Jateng menarik seluruh pasukan di lokasi. “Masyarakat mempunyai hak mempertahankan sumber penghidupan mereka. Berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dan berhak atas perlakuan sama di mata hukum.”

TNI/Polri--Brimob, sampai satpam berjaga-jaga agar para ibu tak menghalangi alat berat masuk. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
TNI/Polri–Brimob, sampai satpam berjaga-jaga agar para ibu tak menghalangi alat berat masuk. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng

Penempatan Brimob

Dikutip dari Radarpekalongan.online, pada Kamis, di lokasi, selain 30 anggota Brimob Polres Pati, Kapolres Rembang AKBP dan Komandan Kodim 0720 Rembang Letnan Kolonel Infantri Wawan Indaryanto berjaga. Ada juga puluhan anggota sabhara dan tentara bersiaga di portal jalan akses masuk tapak pabrik SI.

Kurniawan mengatakan, Brimob berjaga untuk mgantisipasi penghadangan, atau pemblokadean kembali warga tolak pabrik.

Kapolres mengatakan, aksi penghadangan tidak dibenarkan. Warga tak memiliki hak, penghadangan juga mengganggu kelancaran obyek vital.”Ini kan obyek vital karena perusahaan negara, harus kita lindungi. Ini kewajiban kita.”

Para ibu mulai lari kocar kacir, ada yang berusaha menyelamatkan lesung. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
Para ibu mulai lari kocar kacir, ada yang berusaha menyelamatkan lesung. Foto: Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
Murtini kala ditarik aparat hingga terjatuh. Foto: Susilo
Murtini kala ditarik aparat hingga terjatuh. Foto: Susilo
Aksi para perempuan muda hingga nenek-nenek yang berupaya menghadang pabrik dan tambang di lingkungan mereka harus berhadapan dengan aparat gabungan dari TNI/Polri? Sebandingkah? Foto: Susilo
Aksi para perempuan muda hingga nenek-nenek yang berupaya menghadang pabrik dan tambang di lingkungan mereka harus berhadapan dengan aparat gabungan dari TNI/Polri? Sebandingkah? Foto: Susilo
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,