Pabrik Pengolahan Limbah, Solusi Pencemaran Sungai di Jiangmen

Jalanan luas, lalu lintas yang ramai tapi lancar, serta banyaknya bangunan pencakar langit yang menjulang, langsung dapat ditemui ketika memasuki Kota Jiangmen, Provinsi Guangdong, China. Uniknya, kota dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa atau setara dengan Kota Surabaya ini tidak memiliki selokan atau got pembuangan air limbah rumah tangga yang biasanya langsung dialirkan ke sungai.

Jiangmen merupakan satu dari sekian banyak kota di negara Tiongkok, yang memiliki pabrik pengolahan air limbah sendiri. Tidak ada air limbah dari rumah tinggal, pertokoan, gedung serta tempat-tempat usaha, yang langsung dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu.

Pemerintah Kota Jiangmen menerapkan peraturan yang sangat tegas mengenai pembuangan air limbah dari masyarakat, agar tidak sampai mencemari atau merusak lingkungan khususnya sungai.

Wong Tie Kong, selaku anggota Dewan Rakyat Kota Jiangmen menceritakan, pada sekitar 7 tahun lalu kondisi air sungai di Jiangmen sangat kotor. Air limbah rumah tangga yang kotor langsung dibuang ke selokan atau got yang menuju ke sungai. Demikian pula dengan tempat usaha dan pabrik juga langsung membuang limbahnya ke sungai.

Hal itu membuat kualitas air sungai di Jiangmen merosot tajam, dan mengakibatkan bau kurang sedap serta menyebabkan banyak ikan mati.

Pemerintah China dan juga Pemerintah Kota Jiangmen mengeluarkan kebijakan yang melarang membuang air limbah langsung ke sungai. Air limbah harus diolah terlebih dahulu hingga menjadi bersih dan aman sebelum dibuang ke sungai. Kota Jiangmen membangun 4 pabrik pengolahan limbah, yang bertugas mengolah air limbah yang dibuang warga menjadi air yang aman bagi lingkungan.

“Setiap kota punya 3 sampai 4 pabrik pengolahan limbah. Kalau kota besar lebih banyak lagi. Pabrik ini milik pemerintah untuk memperbaiki kualitas air agar kualitas bahan baku air semakin meningkat,” papar Wong Tie Kong kepada Mongabay-Indonesia.

Jalur sepeda dan pedestrian disamping hutan kota di  Jiangmen. Foto : Petrus Riski
Jalur sepeda dan pedestrian disamping hutan kota di Jiangmen. Foto : Petrus Riski

Ushui Li Chang atau dalam bahasa Indonesia disebut pabrik pengolahan air kotor sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama yang menggantungkan hidupnya dari air sungai untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

“Sekarang air yang dibuang ke sungai sudah bersih dan bening, karena sudah difilter. Sebelumnya air dari rumah tangga sangat kotor begitu pula dari pabrik, semua langsung dibuang ke sungai. Jadi sungainya kotor dan bau, apa lagi limbah pabrik kulit. Sekarang tidak hanya di Jiangmen, tapi juga di seluruh China wajib menggunakan cara ini,” terang Wong.

Air hasil olahan bisa dipergunakan untuk beternak ikan, mengairi sawah dan ladang, hingga digunakan untuk mandi dan air minum dengan dimurnikan lebih lanjutan.

Sanksi yang tegas bagi pelaku pelanggaran pencemaran air sungai, serta sanksi lain yang membuat perusahaan berpikir ulang sebelum membuang air limbahnya ke sungai.

“Kalau ada pelanggaran dilihat berapa banyak yang dibuang. Dendanya antara 30 sampai 40 ribu Yuan. Bagi perusahaan yang mencemari sungai juga disuruh berhenti beroperasi dan membersihkan dulu limbahnya,” ujar Wong Tie Kong yang menjadi anggota Dewan Rakyat Kota Jiangmen selama 15 tahun atau 3 periode.

Setiap rumah atau bangunan di Kota Jiangmen yang membuang air limbah, juga dikenakan retribusi sebesar 6 sen per meter kubik. Hal ini untuk menekan jumlah air limbah yang dibuang oleh warga, sehingga warga harus memastikan air yang dibuang aman dan tidak sampai mencemari lingkungan.

Penataan Kota Melalui Jalan dan Transportasi

Selain persoalan air dan limbah, Pemerintah Kota Jiangmen juga sangat memperhatikan persoalan jalan dan transportasi. Selain itu bidang ekonomi dan perdagangan, pertanian dan industri tetap mendapat perhatian.

“Jalanannya bukan sekedar bagus dan luas, tapi di setiap pinggir jalan raya dan jalan tol ditanami pohon atau dihijaukan,” kata Shuyin Liu, dari Bagian Kerjasama Pemerintah Kota Jiangmen.

Meski kondisi jalan sangat bagus dan luas, tidak banyak warga yang menggunakan mobil pribadi untuk berangkat kerja. Kebanyakan warga memanfaatkan angkutan umum massal seperti bus, kereta api cepat, serta angkutan umum lainnya.

Pembangunan apartemen atau rumah susun tinggal di pusat kota bagi warga kelas ekonomi menengah kebawah, menjadi salah satu faktor tidak diperlukannya mobil pribadi untuk beraktivitas. Kebanyakan mobil pribadi digunakan warga yang tinggal agak jauh dari pusat kota dan untuk perjalanan jauh yang memerlukan mobilitas.

“Kalau di Surabaya sudah tidak bisa tambah jalan karena penduduknya sangat padat. Kalau disini bisa bangun jalan baru dan jalan susun. Juga bisa bangun kota baru kalau penduduknya semakin padat. Disini lahan masih banyak dan semua milik pemerintah. Selain itu angkutan umum massal sudah dipersiapkan,” lanjutnya.

Berbeda dengan tetangganya yaitu Kota Guangzhou, di Jiangmen masih diperbolehkan ada sepeda motor yang melintas di jalanan kota. Namun demikian bila jumlah penduduk sudah melebihi 5 hingga 6 juta jiwa, sangat mungkin akan dikeluarkan larangan sepeda motor masuk kota.

Beberapa sepeda motor listrik menunggu antrian lampu lalu  lintas di Kota Jiangmen. Foto : Petrus Riski
Beberapa sepeda motor listrik menunggu antrian lampu lalu lintas di Kota Jiangmen. Foto : Petrus Riski

Jiangmen sendiri merupakan kota industri yang memproduksi sendiri sepeda motornya, dan 30 persen produksi sepeda motor di China berasal dari Kota Jiangmen. Selain sepeda motor, Jiangmen memproduksi aneka peralatan elektronik seperti televisi, serta memiliki pertanian yang cukup untuk memenuhi sendiri kebutuhan warga kota.

“Kalau Jiangmen sepeda motor masih bisa masuk kota. Kalau pulang kerja banyak sekali di jalanan, tapi banyak juga sepeda listrik disini karena tidak menimbulkan polusi. Kendaraan disini kalau menimbulkan asap sedikit saja sudah disuruh berhenti,” imbuh Shuyin Liu.

Dia menekankan, penataan kota berbasis transportasi serta drainase yang baik, diyakini akan menghasilkan penduduk yang sehat dan siap untuk terus membangun.

“Kami disini penduduknya cukup besar, dan kami harus bersaing dengan yang lain juga. Maka memastikan warga sehat dan lingkungan bersih adalah faktor utama, selain kesiapan dari seluruh infrastruktur yang ada di kota,” katanya.

Pembenahan Kota Surabaya

Jiangmen merupakan friendship city dengan Surabaya, yang telah menjalin kerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan keberhasilan Jiangmen dalam mengelola air limbah menjadi perhatian Pemerintah Kota Surabaya, yang sangat mungkin untuk dicontoh dan diadopsi.

“Model di Jiangmen sangat bisa dicontoh, karena selama ini asosiasi masyarakat etnis Tionghoa di Surabaya sangat gencar mendorong kerjasama dengan kota-kota di China,” terang Ifron Hadi, Kepala Bagian Kerjasama Pemerintah Kota Surabaya.

Selama ini kerjasama di  bidang lingkungan banyak dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dengan Jepang, terutama dalam pengelolaan sampah. Sedangkan pengelolaan air limbah selama ini masih dilakukan secara mandiri oleh warga, meski belum di seluruh kota.

“Selama ini sifatnya parsial, masyarakat yang mengelola sendiri IPAL-IPAL komunal di masyarakat. Sangat menarik kalau sistem di Jiangmen juga dapat diterapkan di Surabaya,” tandas Ifron Hadi.

Sejauh ini Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan pembenahan sistem drainase perkotaan, meski pembuangannya masih diarahkan langsung ke sungai. Belum ada pipa khusus untuk mengalirkan air limbah rumah tangga, maupun pabrik khusus yang mengolah air limbah sebelum layak dibuang ke sungai.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,