,

Wow! Sungai Musi Bisa Diselamatkan dengan Pohon Bambu

Kondisi Sungai Musi makin memprihatinkan. Abrasi dan pendangkalan terus berlangsung pada sungai yang panjangnya sekitar 750 kilometer ini. Bahkan, akibat rusaknya daerah aliran Sungai Musi, seperti hilangnya sejumlah anak sungai dan hutan, membuat Sungai Musi meluap pada saat penghujan dan kekeringan saat kemarau.

Tanaman bambu, diperkirakan dapat mengembalikan kondisi terbaik Sungai Musi sebagaimana masa lalu. Bagaimana caranya?

“Kami sangat yakin dengan hal tersebut. Makanya, kami saat ini terus melakukan penanaman bambu di sepanjang DAS Sungai Musi. Sudah 2.000 pohon bambu yang ditanam. Kami pun kian yakin pentingnya bambu setelah membaca berita mengenai bambu di Mongabay Indonesia bahwa bambu dapat mengatasi global warning,” kata Zain Ismed, Sekretaris PT. Pupuk Sriwijaya Palembang, Selasa (16/12/2014).

Guna memperbaiki kondisi Sungai Musi, perusahaan pupuk pertama milik Indonesia itu, melakukan penanaman pohon bambu betung atau petung di sejumlah lokasi kritis seperti di Mariana, Kabupaten Banyuasin, SeBatang di Palembang, dan di sepanjang Sungai Ogan, Kabupaten Ogan Ilir.

“Setiap tiga bulan kita terus melakukan penanaman pohon bambu. Maunya kita langsung menanam sejuta pohon bambu. Tapi kita terkendala bibit. Saat ini bibit bambu betung dibeli dari sebuah pembibitan bambu di Yogyakarta. Harganya berkisar Rp 5-10 ribu per bibit, tergantung usianya,” ujarnya.

Sampai kapan penanaman pohon bambu? “Sampai Sungai Musi dipenuhi oleh pohon bambu,” kata Ismed.

Kenapa pohon bambu? Ismed pun menjelaskan selain mampu menampung air, menahan abrasi, meredam polusi, dan menghasilkan oksigen yang baik, bambu juga dapat dijadikan sentra pangan dan sandang.

“Rebung bambu merupakan pangan yang sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun international. Sebab, rebung merupakan bahan makanan yang enak dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi,” ujarnya.

Sementara bambu sendiri dapat diolah menjadi bahan baku papan. “Daya tahannya lebih kuat dan penampilannya lebih menarik,” ujarnya.

Jika pohon bambu ini benar-benar memenuhi Sungai Musi, pihaknya akan mendorong sebuah perusahaan yang mengelola bambu. Bambu yang ditanam merupakan milik masyarakat, sesuai dengan lokasi tanam. “Jadi, saat diproduksi itu merupakan  sumber penghasilan masyarakat. Bambu juga cukup tanam satu kali, tidak tanam tebang. Sehingga, selama produksi tidak perlu dilakukan penanaman baru,” ujarnya.

Ajak perusahaan dan pemerintah tanam bambu

Ismed menyadari jika gerakan menanam bambu di sepanjang Sungai Musi, tidak hanya dapat dilakukan pihaknya. “Sungai Musi ini kan panjang. Dibutuhkan banyak biaya buat menanami pohon bambu. Kami berharap, pemerintah maupun perusahaan lain, terutama yang memanfaatkan Sungai Musi tergerak melakukan gerakan ini,” ujar Ismed.

Ismed pun menyadari, perubahan lingkungan hidup bukan hanya merugikan masyarakat luas namun juga perusahaan. Pengeluaran perusahaan kian bertambah, baik terkait operasional perusahaan maupun biaya kesehatan karyawan. “Lingkungan buruk tentu menyebabkan kesehatan manusia menurun, sehingga biaya kesehatan yang ditanggung perusahaan bertambah,” ujarnya.

Rusaknya kondisi Sungai Musi, seperti pendangkalan, menyebabkan PT. Pusri Palembang mengalami kendala dalam mengirimkan produksinya menggunakan kapal. “Sungai Musi yang mendangkal sangat merugikan kita. Biaya pengerukan Sungai Musi sangat besar. Jadi, langkah pencegahan jauh lebih murah dan menguntungkan,” ujarnya.

Sungai musi yang dangkal dan mengalami abrasi dapat dikembalikan kondisinya sebagaimana sedia kala dengan penanaman pohon bambu. Foto: Taufik Wijaya

Pindahkan industri di DAS Sungai Musi

Hadi Jatmiko dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan menilai apa yang dilakukan PT. Pusri Palembang harus diapresiasi. “Tapi, itu hanya satu bagian kecil dari upaya pemulihan Sungai Musi. Sebab, persoalan di Sungai Musi bukan hanya pendangkalan, tetapi juga juga polusi dan pencemaran, yang menyebabkan terancamnya biota sungai,” katanya.

Apalagi, gerakan penanaman pohon bambu tersebut sangat tidak seimbang dengan apa yang terjadi di DAS Sungai Musi. “Kita menanam satu pohon, pada saat bersamaan pohon ditebang sekian puluh dan rawa ditimbun atau limbah yang dibuang sekian ton,” kata Hadi.

Maka, selain melakukan penghijauan di sepanjang DAS Sungai Musi, kata Hadi, pemerintah sudah harus melakukan upaya pemindahan industri yang jauh dari Sungai Musi. “Sejumlah industri kotor, seperti penambangan batubara harus dihentikan,” tegasnya.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,