Pemindahan Gajah PKG Seblat Bengkulu Ke Gembira Loka Zoo, Jadi Preseden Buruk

Hari Rabu  (7/1/2014) pagi, cuaca di Yogyakarta terlihat mendung. Tetapi tidak menyurutkan semangat lima orang anggota Animal Indonesia melakukan aksi disamping patung gajah di kawasan nol kilometer. Mereka berdiri mengenakan topeng berbentuk gajah dan pegang poster tuntutan bertuliskan “Send back home sumatran elephant dan pulangkan gajah Sumatera”. Mereka melakukan aksi meminta Gembira Loka Zoo mengembalikan dua ekor gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) bernama Shinta (23 tahun) dan Natasya (24 tahun) ke habitat asalnya di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat, Bengkulu.

Juru kampanye Animals Indonesia Elizabeth Laksmi, yang ditemui Mongabay  di lokasi aksi. Ia mengatakan, awal tahun 2015 menjadi awal yang buruk bagi Shinta dan Natasya. Animals Indonesia menolak pemindahan keduanya karena menjadi preseden buruk bagi konservasi gajah Sumatera.

“Shinta dan Natasya lebih layak hidup di PKG Seblat dari pada di Gembira Loka Zoo,” kata Elizabeth.

PKG Seblat yang terletak di dalam Taman Wisata Alam Seblat, Bengkulu dengan luas 7000 hektar, merupakan habitat alami gajah. Selama tujuh hari dalam sebulan, Shinta dan Natasya dapat jatah tujuh hari untuk mengeksplorasi kawasan konservasi. Gajah-gajah terbiasa mendapatkan yang terbaik langsung dari alam. Mereka bisa memakan pakan-pakan alami dan mineral di permukaan tanah, juga air untuk minum dan mandi di sungai.

“Bandingkan dengan Gembira Loka, keduanya hanya akan menempati area seluas kira-kira dua lapangan basket dan kaki di rantai,” tambahnya.

Aksi Animals Indonesia di Nol Kilometer Yogyakarta meminta dua ekor Gajah Shinta dan Natasya dikembalikan ke Pusat Latihan Gajah Seblat di Bengkulu. Foto : Tommy Apriando
Aksi Animals Indonesia di Nol Kilometer Yogyakarta meminta dua ekor Gajah Shinta dan Natasya dikembalikan ke Pusat Latihan Gajah Seblat di Bengkulu. Foto : Tommy Apriando

Selain itu, gajah punya hubungan emosional sangat kuat dengan temannya. Keduanya bisa stress, apalagi kondisi lingkungannya sangat berbeda. Di Seblat, keduanya bertemu dengan orang-orang tertentu saja di habitat alaminya, sedangkan di Yogyakarta mereka akan hidup di antara kerumunan orang dan diduga kuat akan dijadikan tunggangan untuk menghibur para pengunjung. Shinta dan Natasya harus beradaptasi dan bisa jadi akan melalui pelatihan yang berat dan kejam.

“Jika tidak dilawan, akan banyak gajah-gajah dipindahkan dari habitat alaminya ke kebun binatang. Mereka harus dikembalikan ke Bengkulu,” kata Elizabeth.

Menurut catatan Animals Indonesia, PKG Seblat merupakan rumah bagi 18 gajah binaan dan setidaknya 60 gajah liar. Populasi gajah di Sumatera sangat mengkhawatirkan. Jumlahnya diperkirakan 2400-2800 ekor menurut data WWF tahun 2000. International Union for Concervation of Nature (IUCN) menyatakan status gajah Sumatera yakni kritis (critically endangered), hanya selangkah lagi menuju kepunahan.

Direktur utama Kebun Binatang Gembira Loka, KMT A Tirtodiprojo mengatakan pihaknya telah melalui proses panjang dan sesuai aturan pemerintah dalam merelokasi dua gajah itu. Proses relokasi gajah dengan cara dibius dan diangkut ke Gembira Loka.

gajah Shinta dan Natasya yang dipindahkan dari Pusat Latihan Gajah Seblat di Bengkulu ke Lembaga Konservasi Gembira Loka Zoo di Yogyakarta. Foto : Tommy Apriando
gajah Shinta dan Natasya yang dipindahkan dari Pusat Latihan Gajah Seblat di Bengkulu ke Lembaga Konservasi Gembira Loka Zoo di Yogyakarta. Foto : Tommy Apriando

“Bagi mereka yang tidak setuju, tidak apa. Jika mereka ingin kami mengembalikan, semestinya bukan kami. Tetapi pihak yang lebih berwenang dalam hal ini Departemen Kehutanan,” kata Tirtodiprojo.

Ia menambakan, sebuah lembaga konservasi Kebun Binatang jika mendapatkan satwa, khususnya satwa Indonesia yang dilindungi (Apendix I) prosesnya cukup panjang. Satwa sifatnya titipan atau milik negara.

Terkait kehadiran Shinta dan Natasya, Gembira Loka Zoo sudah mengajukan permohonan pada 14 Desember 2013. Barulah pada pertengahan tahun 2014 Menteri Kehutanan waktu itu Zulkifli Hasan memberikan ijin untuk memperoleh dua ekor gajah. Surat yang terbit pada 30 April 2014 bernomor S.209/ Menhut-IV-2014 ditujukan kepada Dirjen Perlindungan Hutan Konservasi Alam (PHKA) yang isinya menyebutkan Gembira Loka sebagai lembaga konservasi diberikan dua ekor satwa gajah bersumber daru Pusat Pelatihan Gajah.

Setelah surat dari Menteri Kehutanan keluar, barulah surat dari Dirjen PHK, Sonny Partono, bernomor MM. SK.256/IV-Sep 2014 tentang ijin perolehan spesimen satwa liar untuk lembaga konservasi kepada Kebun Binatang Gembira Loka.

“Kami melakukan pendekatan di pusat pelatihan gajah dan akhirnya kami putuskan dan dapatkan di PLG Seblat di Bengkulu. Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta dan BKSDA Bengkulu memberikan rekomendasi ditujukan (PHKA) untuk proses pengangkutan, dan akhirnya akhir tahun ini kami angkut,” tambahnya.

Tirtodiprojo menambahkan, tujuan hadirnya gajah sumatera ini, berdasarkan sex rasio di Gembira Loka Zoo masih menutuhkan dua betina. Adapun Shinta dan Natasya adalah gajah yang sudah terlatih dari kecil, bukan gajah liar. Jika mereka dilepas di alam liar mereka sudah tidak bisa hidup. Taman Wisata Alam Seblat sudah dikepung lahan yang mengkhawatirkan untuk habitat gajah. Keduanya selain untuk peragaan juga untuk pengembangbiakan.

“Saya setuju sekali mereka akan lebih indah hidup di habitatnya, tapi kita lihat alam di Indonesia. Di sini kesejahteraan mereka pasti akan terjamin. Saat ini jumlah Gajah Sumatera di Gembira Loka Zoo yakni depalan ekor, dua jantan dan enam betina,” kata Tirtodiprojo.

Sementara itu, Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah kecewa atas pemindahan Shinta dan Natasyah dari PLG Seblat, Bengkulu. Menurutnya, pemindahan dua gajah itu dilakukan tanpa koordinasi dengan dirinya selaku kepala daerah.

“Saya kecewa berat atas tindakan pemindahan tersebut tanpa memberi tahu saya selaku gubernur. Pemprov Bengkulu tak dapat pemberitahuan, baik secara resmi maupun tak resmi,” kata Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah, Rabu (7/1/2015), seperti dikutip dari kompas.com

Junaidi mengaku akan senang bila gajah Bengkulu itu bisa dikembangbiakkan di daerah lain, tapi selayaknya ada semacam koordinasi. Ia menyatakan, BKSDA sebaiknya tak asal kirim gajah tersebut sebelum ada koordinasi mengenai pemindahan kedua gajah tersebut. “Kenapa memindahkan gajah Bengkulu lalu tak pamit,” tambahnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,