,

Anak Harimau Sumatera di TMSBK Bukittinggi Tumbuh Sehat

Setelah satu ekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama Sandy mati pada awal minggu kemarin, kabar gembira datang dari Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi, Sumatera Barat, yaitu dua ekor anak harimau sumatera yang lahir di pada 22 September 2014 yang lalu tumbuh dengan sehat.

Dalam pantauan yang dilakukan Mongabay (21/1) tampak kedua anak harimau itu sangat aktif bergerak, berlari kian kemari, terus bergelut, mencakar, sesekali menggigit ekor saudaranya. Keduanya juga memiliki selera makan yang tinggi, tampak kompak secara bersama-sama menghabiskan potongan daging ayam segar yang diberikan padanya.

Anak harimau itu lahir secara normal, hasil perkawinan harimau sumatera bernama Bancah dan Dara Jingga. Ini menjadi kelahiran semenjak tahun 1962 di TMSBK Bukittinggi, dan menambah satwa koleksi harimau di lembaga konservasi tersebut.

Induknya merupakan harimau liar yang terjerat di dalam kawasan hutan di daerah Kabupaten Dharmasraya, Sumbar. Beruntung, pihak Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumbar bersama warga setempat, sigap memberikan pertolongan, melepaskan ikatan kawat baja yang melilit kakinya dan kemudian menitipkan harimau itu ke TMSBK Bukittinggi untuk dilakukan perawatan.

Saat kesehatannya sudah pulih dan hendak dilepaskan kembali ke hutan, ternyata diketahui harimau ini dalam keadaan hamil muda. Untuk menjamin kesehatan cabang bayi yang dikandungnya, harimau tersebut batal dilepaskan ke alam.

Perhelatan pun digelar, Walikota Bukittinggi langsung mengadakan sayembara untuk memberikan nama kedua anak harimau itu. Hingga akhirnya nama yang terpilih untuk sepasang anak harimau itu adalah Pandeka Balang (Pendekar Belang) untuk yang berjenis kelamin jantan dan Mantagi (wibawa) untuk yang berjenis kelamin betina.

Kelahiran dua ekor anak harimau tersebut, akan mampu meningkatkan daya tarik wisatawan ke kebun binatang Kota Bukittinggi itu. Di usianya yang genap berumur empat bulan ini, anak-anak harimau tersebut terlihat aktif melakukan gerakan-gerakan.

Pada hari-hari libur, setiap pengunjung yang datang ke kebun binatang Bukittinggi dapat menyaksikannya dengan dekat, berfoto, bermain dan bahkan menyentuh kedua anak harimau tersebut. Pada hari-hari itu, pawang harimau membawa kedua anak harimau itu keluar kandangnya.

Kepala Seksi Pakan dan Kesehatan Hewan di TMSBK, drh. Effi Silvia, saat dihubungi Mongabay pada Jum’at (23/01/2014), mengatakan kedua anak harimau sumatera itu tumbuh dengan sempurna, sehat dan kuat. Diperkirakan berat badannya Pandeka Balang sudah mencapai 12 kilogram dan Mantagi beratnya 10 kilogram.

“Kedua anak harimau tersebut masih menyusui dengan induknya. Selera makannya sudah bertambah sehingga mampu menghabiskan masing-masing satu ekor ayam segar setiap harinya,” ucap Effi.

Kedepan, rencananya anak-anak harimau itu akan dipisahkan dari induknya, akan ditempatkan di kandang tersendiri. Hal itu dilakukan agar perkembangannya tidak terganggu, khususnya mengenai penanganan, perawatan dan pakan yang diberikan. Saat ini pihaknya telah memberikan vaksin, obat cacing dan vitamin pada kedua anak harimau tersebut, tambahnya.

Dua ekor anak harimau sumatera tengah bermain bersama induknya di TMSBK Bukittinggi. Foto: Riko Coubut
Dua ekor anak harimau sumatera tengah bermain bersama induknya di TMSBK Bukittinggi. Foto: Riko Coubut

Kelahiran kedua anak harimau ini terpantau kamera CCTV yang dipasang di kandangnya pada Selasa (22/10/2014) sekitar pukul 22.30 WIB. Tidak berselang lama setelah melahirkan, induknya langsung menyusui kedua anaknya. Namun saat pagi hari hingga pukul 13.00 siang, Darah Jingga tidak mau menyusukan kedua anaknya, karena pejantannya kerap menghampiri. Namun setelah Bancah, harimau jantan itu dipindahkan dari kandang tersebut, Darah Jingga langsung menyeret anaknya untuk menyusui.

Berharap Pengawasan Optimal

Direktur Institution Conservation Society (ICS), Salpa Yandri kepada Mongabay (22/1), mengatakan turut berbahagia dengan kelahiran anak harimau sumatera di TMBK Bukittinggi beberapa waktu yang lalu. Dia berharap pihak TMSBK dapat melakukan perawatan yang maksimal agar anak harimau itu mampu tumbuh dan berkembang.

Yandri mengatakan semenjak 2007, ICS aktif melakukan pemantauan harimau, khususnya untuk daerah Solok Selatan. Kehidupan satwa diambang kepunahan ini terganggu, baik karena maraknya terjadi perburuan, pembukaan ladang-ladang baru, kegiatan penebangan liar, pembukaan areal perkebunan dan pemasangan jerat.

Setiap kali melakukan kegiatan survey di hutan, setidaknya dia bersama timnya menemukan 10 sampai 20 buah jerat yang sengaja dipasang dalam hutan. Bahkan sudah beberapa kali pihaknya menemukan Harimau Sumatera terperangkap oleh jerat tersebut. Jerat-jerat ini bukan hanya sengaja dipasang oleh warga setempat namun sudah menjadi kegiatan rutin oleh oknum sindikat perdagangan satwa yang dilindungi di daerah itu.

“Kelahiran sepasang anak harimau sumatera itu membawa harapan baru terhadap perkembangan harimau sumatera, walau populasinya di alam cenderung menurun. Mudah-mudahan TMSBK dapat merawat dan mengembangbiakkannya,” harapnya

Sementara itu, Rusdian Ritonga, Pengendali Ekosistem Hutan dari BKSDA Sumatera Barat saat diwawancarai Mongabay (23/01/2014), berharap agar pihak TMSBK melakukan pengawasan terhadap kedua anak harimau tersebut secara maksimal. Begitu juga terhadap kesehatannya, pemberian pakan dan kebersihan kandang.

“Jangan sampai kasus kematian harimau kembali terulang disana, untuk itu pengawasan terhadap harimau-harimau itu harus ditingkatkan,” tegasnya.

Dia pesimis koleksi satwa harimau TMSBK dapat dilepasliarkan ke alam, terutama dua anak harimau itu, karena hewan tersebut sudah terbiasa diberi makan tanpa berburu. Akibatnya, naluri berburu kian hari semakin hilang atau berkurang. Jika dilepaskan justru itu akan membahayakan bagi harimau tersebut. Meskipun naluri berburunya bisa dilatih kembali, namun untuk bisa kembali seperti semula butuh waktu yang cukup lama.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,