,

Aksi Serba Hitam: Menggugat Kepedulian Pemerintah Kalimantan Timur terhadap Para Korban Tambang

Forum Satu Bumi yang dimotori Jatam Kalimantan Timur dan Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Mulawarman menggelar unjuk rasa serba hitam. Demo bertajuk Black Valentine yang digelar Jum’at (13/2/2015) ini dilakukan di depan Kantor Gubernur Kalimantan Timur guna menggugat kepedulian Gubernur Kalimantan Timur dan Walikota Samarinda terhadap anak-anak yang menjadi korban tambang di Samarinda.

Pakain hitam beserta balon dan bunga mawar hitam dipilih untuk menandai minimnya kasih sayang dan perhatian pemerintah terhadap kasus-kasus yang menimpa anak-anak di Kota Samarinda. Padahal, Kota Samarinda telah mendeklarasikan diri sebagai Kota Ramah Anak. Namun, dari tahun 2012, anak-anak terus menjadi korban karena tenggelam di lubang bekas tambang yang terletak tidak jauh dari pemukiman.

“Pemerintah Kota Samarinda dan Provinsi Kalimantan Timur lebih mencintai perusahaan tambang daripada warganya. Kasus anak-anak yang meninggal di lubang tambang dibiarkan begitu saja” ujar Mega Triyani dari Jatam Kaltim.

“Kami menuntut Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Samarinda untuk menuntaskan kasus kejahatan lingkungan. Menutup dan mencabut ijin tambang yang menyebabkan tewasnya anak-anak di Kota Samarinda” lanjut Mega mengulangi tuntutan yang telah disampaikan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan lewat petisi di Change.org

“Bukan kasih sayang yang diperoleh anak-anak Samarinda, melainkan kejahatan yang sistematis, terstruktur dan masif oleh Pemerintah Kota yang menghamburkan pemberian ijin tambang dan lalai dalam mengawasinya” lanjut Neybo, koordinator aksi Black Valentine, dalam orasinya.

“Kita tidak lagi mencintai alam, lingkungan hidup kita. Kita membiarkan pemerintah mengkapling Kota Samarinda menjadi kota tambang,” kata Neybo kembali.

Akankah terwujud Kota Samarinda yang hijau dan bebas bencana akibat tambang? Grafis: Mongabay Indonesia

Merah Johansyah, Koordinator Jatam Kaltim berharap aksi Black Valentine ini mampu menggugah hati dan rasa sayang Gubernur Kalimantan Timur dan Walikota Samarinda untuk segera menutup lubang bekas tambang yang sampai saat ini dibiarkan menganga.

“Raihan harus menjadi korban terakhir dan jangan lagi ada yang menyusul” kata Merah Johansyah sambil menyebut nama Muhammad Raihan Saputra, bocah berumur 9 tahun yang meninggal dunia di lubang tambang pada akhir Desember 2014 lalu.

Aksi yang dilakukan Forum Satu Bumi ini tidak mendapat respon dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Tidak ada satu pun pejabat yang datang menemui mereka. Yang terlihat justru mobil water canon terparkir di belakang pintu gerbang yang tertutup dan dijaga oleh Polisi dan Satpol PP.

Meski begitu, para pendemo tetap membagikan mawar hitam dan kartu bertuliskan Black Valentine dan nama anak-anak yang meninggal di lubang bekas tambang kepada  para pejalan yang melintas dan polisi yang berjaga.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,