,

Tiba-tiba Ikan Mati Di Danau Singkarak. Kenapa?

Masyarakat di Nagari Singkarak, Nagari Sumani dan Nagari Saniang Baka, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat dikejutkan dengan peristiwa matinya ikan-ikan peliharaan mereka melalui Karamba Jaring Apung (KJA) di sekitar Danau Singkarak.

Meski pernah terjadi pada Januari 2015, namun insiden pada Rabu (11/02/2015) dini hari itu lebih parah dan merugikan masyarakat miliaran rupiah. Ikan-ikan yang  mati di hanya ikan budidaya di KJA, karena ikan endemik Danau Singkarak seperti ikan bilih (Mystacoleuseus padangensis) tidak ikut mati.

Peristiwa tersebut dimulai pada Selasa (10/02/15), ikan-ikan di KJA mulai mabuk dan stres, kemudian 20 persen ikan tersebut mati. Besoknya kejadian ini berlanjut, hingga akhirnya banyak ikan di KJA di Kenagarian Saniang Baka mati. Ikan yang berhasil diselamatkan kemudian dijual murah dengan harga Rp10-20 ribu per kantong plastik.

“Setidaknya 200 ton lebih ikan-ikan yang mati, dengan berat rata-rata per ekor ikannya sekitar 1 kilogram. Kerugian yang dialami oleh masyarakat mencapai Rp4,8 miliar, dengan asumsi harga normal Rp24 ribu,” kata Oktafian (45), salah seorang pengelola KJA kepada Mongabay di Nagari Saniang Baka, Koto Singkarak, Solok, Sumbar, pada Minggu (15/02/2015).

Oktafian menjelaskan kematian ikan berawal dari terjadinya perubahan warna air danau yang sebelumnya bersih menjadi hitam, kemudian berubah hijau hingga muncul bau balerang. Setelah itu ikan mulai banyak yang mati, walau sudah dipindahkan ke tempat lainnya di perairan Danau Singkarak.

Sedangkan Heri (42), pemilik KJA lainnya mengaku pasrah dengan kematian 130 ton ikan miliknya, dan hanya tersisa 150 kilogram ikan yang masih hidup. Padahal dia akan melakukan pemanenan ikan sekitar seminggu lagi.  Dia berharap pemda memberikan bantuan kepada pemilik keramba agar dapat memulai usahanya kembali dan adanya pembinaan pembudidayaan ikan KJA di Danau Singkarak.

Peristiwa tersebut pernah terjadi pada 2012, sehingga masyarakat berasumsi kejadian ini merupakan siklus alam 3 tahunan. Akibat kejadian ini, banyak orang yang tutup usaha karena kekurangan modal mengelola KJA, meski masih banyak orang tetap optimis dengan usaha itu.

Proses Destratifikasi Danau

Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Bung Hatta, Prof. Dr. Nasfryzal Carlo kepada Mongabay mengatakan penyebab kematian ikan budidaya KJA disebabkan oleh proses destratifikasi yang terjadi dalam Danau Singkarak. Proses ini terjadi karena perbedaan (stratifikasi) suhu yang terjadi secara alamiah karena perbedaan kedalaman air, terutama terjadi pada musim panas.

Perbedaan suhu ini mengakibatkan adanya tiga lapisan kondisi air, yaitu lapisan teratas (epilimnion) yang banyak menerima sinar matahari, sehingga banyak terjadi fotosintesis sehingga kaya dengan oksigen. Pada lapisan ini, ikan di KJA hidup leluasa.

Lapisan kedua yaitu termoklin, merupakan lapisan pemisah (barrier) pencampuran epilimnion dan lapisan terbawah yaitu hipolimnion. Pada lapisan ini, suhu berkurang tajam. Sedangkan hipolimnion, bersuhu lebih dingin dan oksigen terlarut (DO) yang sangat rendah bahkan menjadi tanpa oksigen (anaerobic).  Ditambah lagi dengan kandungan mineral seperti asam belerang, fospat, nitrogen, logam ferum dan mangan sehingga air ini menjadi toxic (racun) bagi ikan-ikan dan kehidupan akuatik lainnya.

Kondisi anaerobic ini diperparah dengan pola pemberian pakan ikan (pelet) yang berlebihan, demi mengenjot pertumbuhan ikan. Karena kemampuan makan ikan terbatas, maka sisa pelet terbawa dibawa arus dan tenggelam ke dasar danau. Endapan sisa makanan membuat eutrofik (penumpukan nutrien), sehingga mengubah air menjadi hijau, kemudian hitam dan berbau busuk, yang berbahaya bagi kehidupan biota air.

Destratifikasi terjadi ketika proses pembalikan atau pencampuran air dari hipolimnion ke lapisan atasnya, sehingga air yang anaerobic dan toksik bercampur dengan lapisaan air yang kaya oksigen. Proses pencampuran terjadi secara alamiah maupun karena manusia.

Proses alamiah terjadi terjadi pada saat perubahan musim panas ke musim hujan atau sebaliknya, dengan angin kencang yang mencampuradukkan lapisan air di danau. Cuaca ekstrem akan mempercepat proses destratifikasi. Ikan dan makhluk akuatik lainnya tidak bermasalah dengan kondisi ini, tetapi ikan dalam KJA yang terbelenggu dan tidak dapat menyesuaikan diri, sehingga mabuk dan stres, akhirnya mati. Inilah, sesungguhnya penyebab kematian ikan-ikan dalam danau. Kematian ikan akan sering terjadi apabila kondisi danau eutrofik dan akibat pencemaran lain yang tinggi.

Danau Prioritas Penanganan

Dengan peristiwa matinya ikan, budidaya ikan KJA di Danau Singkarak harus di kaji lebih lanjut agar sesuai dengan daya dukung danau itu. Kajian diperlukan untuk antisipasi kerugian pembudidaya. Masyarakat juga harus peka terhadap perubahan di sekitar Danau Singkarak.

Pembudidayaan ikan melalui Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Singkarak, Nagari Saniang Baka, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Foto: Riko Coubut
Pembudidayaan ikan melalui Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Singkarak, Nagari Saniang Baka, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Foto: Riko Coubut

Meski KJA mulai ada sejak 2010 dan marak pada 2013 hingga kini, belum ada kajian lingkungan hidup terhadap pengelolaan Danau Singkarak, termasuk wilayah budidaya ikan di danau terbesar kedua setelah Danau Toba di Sumatera itu.

Kementerian Lingkungan Hidup sendiri pada 2009, telah menetapkan Danau Singkarak bersama 9 danau lainnya terancam akan kerusakan, sehingga  dijadikan danau prioritas yang akan ditangani secara terpadu, berwawasam lingkungan dan berkelanjutan pada periode 2010 hingga 2014.

Penetapan ini berdasarkan kerusakan danau, pemanfaatan danau, komitmen pemda dan masyarakat dalam pengelolaan danau, fungsi strategis untuk kepentingan nasional, keanekaragaman hayati dan tingkat resiko bencana.

Sesuai strategi penyelamatan Danau Singkarak melalui Gerakan Penyelamatan Danau Singkarak (Germadan), penangan dilakukan dengan pengelolaan ekosistem danau, mengatur pemanfaatan sumberdaya air danau, mengembangankan sistem monitoring-evaluasi dan informasi danau, menyiapkan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap danau, mengembangankan kapasitas kelembagaan dan koordinasi, serta peningkatan peran masyarakat.

Dalam program super prioritas (pokok) yang dimuat pada dokumen tersebut menyarankan untuk membuat aturan tentang pelarangan budidaya ikan dengan KJA di Danau Singkarak.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,