,

Horor di Konsesi APP, Petani Tebo Tewas Mengenaskan

Seorang anggota Serikat Petani Tebo (SPT) Jambi, Indra Pelani (23) ditemukan tewas mengenaskan dengan tangan terikat dan badan penuh luka memar setelah 17 jam hilang pada Sabtu (28/2/15). Indra tewas setelah dikeroyok tujuh anggota keamanan PT Wira Karya Sakti, anak usaha Asia Pulp and Paper (APP), Jumat(27/2/15).

Anggota jaringan Walhi Jambi, Nick Karim bercerita, dijemput Indra di Simpang Niam, Kabupaten Tebo sekitar pukul 15.30 pada Jumat (27/2/15). Nick dan Indra berkomunikasi lewat telepon seluler sejak jam 14.00. Nick buru-buru datang dari Muarabulian, Kabupaten Batanghari yang ditempuh selama 1,5 jam.

Mereka berdua hendak mempersiapkan panen padi dan palawija kedua kali di lahan yang diklaim masyarakat. “Tahun lalu, masyarakat memanen tiga ton. Tahun ini mereka menargetkan delapan ton,” kata Rusdiansyah, Manager Regional Walhi Jambi, kepada Mongabay, Senin (2/3/15).

Ketika melintas pos keamanan di Pos Kembar 803 sekitar pukul 16.03, mereka berdua naik sepeda motor jenis GL Pro dihentikan Tim URC. Mereka terlibat adu mulut dan dilarang masuk. Indra langsung dikeroyok tujuh anggota URC. Nick berusaha melerai tetapi diabaikan.

Lalu, Nick ditarik sejumlah orang desa yang menyaksikan pengeroyokan itu. Nick berhasil diselamatkan. “Entah kenapa saya tidak dipukuli. Saya langsung disembunyikan di salah satu rumah warga,” katanya.

Sekitar pukul 16.30, sebanyak 30 warga desa menyusul Indra ke pos kembar tadi. Warga bertemu dengan Zulkifli, salah satu anggota keamanan WKS. Namun warga tidak menemukan Indra.

Dari sore hingga dinihari, kabar korban simpang siur. Sabtu (28/2/15), sekitar pukul  09.00 Rudiansyah menerima telepon dari Akiet, Kepala Keamanan WKS. Akiet mengabarkan, Indra ditemukan sekitar tujuh kilometer dari Distrik VIII dalam keadaan tak bernyawa.

Sekitar pukul 10.00, barulah jenazah ditemukan warga. “Kondisi tubuh korban penuh luka tusukan benda tajam di kepala, pipi kiri, kepala bagian belakang dan leher bagian kanan. Tangan terikat, kaki terikat, Mulut ditutup baju sendiri. Muka dan sekujur badan lebam-lebam,” kata Rudiansyah.

Dari 1.500 hektar lahan sengketa masyarakat Desa Lubuk Madrasah, Kabupaten Tebo, kata Rudiansyah, masyarakat berhasil menduduki 500 hektar. Masyarakat sudah memandatkan kepada Walhi Jambi sejak 2013. Dari total 300 keluarga, 130 keluarga sudah tinggal di lahan ini.

Menurut Rudi, pihaknya dengan WKS diwakili General Manager, Slamet Irianto dan Humas, Taufik sudah bersepakat, perusahaan menghormati dan tidak akan mengganggu aktivitas masyarakat sampai proses negoisasi selesai.

Indra semasa hidup. Foto: Walhi Jambi
Indra semasa hidup. Foto: Walhi Jambi

Atas peristiwa ini, Walhi Jambi menilai terjadi tindak pidana pengeroyokan, penculikan, dan pembunuhan berencana. Menurut Rudiansyah, dugaan pembunuhan berencana melihat fakta membuang mayat korban dari pos portal 803 adalah rencana yang dipersiapkan dengan baik. “Cara-cara ini sangat biadab dan harus terungkap dan dipertanggungjawabkan secara hukum.”

General Manager, Slamet Irianto menolak berkomentar. “Kita sudah serahkan semua kepada humas,” katanya. Juru bicara WKS, Taufik ketika dihubungi tak mengangkat ponsel.

Greenpeacepun menanggapi. Kepala Kampanye Greenpeace Global  Indonesia, Bustar Maitar mengatakan, kejadian ini begitu serius, hingga proses resolusi konflik harus menjadi prioritas bagi APP, tak hanya terkait kasus ini, juga di seluruh operasi perusahaan. “Sementara ini, Greenpeace akan menarik diri dalam setiap keterlibatan dengan APP dan fokus mendorong penyelesaian isu serius yang muncul dalam kasus ini,” katanya.

Setelah investigasi menyeluruh dan adil, katanya, baik langsung maupun tidak langsung, semua yang terlibat kematian Indra, termasuk anggota-anggota perusahaan sekuriti dan APP, harus bertanggung jawab.

APP, kata Bustar,  harus segera mengambil langkah cepat memastikan peristiwa ini diinvestigasi menyeluruh dan adil, dengan kerjasama penuh tanpa syarat dari perusahaan.  “APP juga harus mengadakan investigasi menyeluruh terhadap prosedur keamanan dan jasa keamanan dari pihak ketiga guna  memastikan peristiwa seperti ini tidak lagi terjadi. Kami berharap perusahaan terbuka dalam mengatasi masalah ini.”

Manajemen APP di Jakarta ketika dikonfirmasi Mongabay, atas insiden petani tewas di WKS ini mengatakan, menerima informasi Indra tewas pada Sabtu (28/2/15). “Sejak itu,  kami bekerja sama sepenuhnya dengan kepolisian dalam proses penyelidikan,” bunyi keterangan tertulis perusahaan yang dikirim lewat surat elektronik.

Perusahaan menyatakan, berbelasungkawa atas kejadian tragis di komunitas Tebo ini. Prioritas utama APP, memberikan dukungan kepada keluarga dan masyarakat dan untuk membantu proses penyelidikan kepolisian.

“Sambil menunggu hasil penyelidikan, APP memberikan instruksi kepada WKS segera mensuspensi semua personil yang kemungkinan diduga terlibat dalam insiden ini. Ini termasuk petugas keamanan, komandan tim keamanan Distrik Delapan dan kepala keamanan di perusahaan kontraktor keamanan PT MCP.”

APP mengecam segala bentuk tindakan kekerasan dan mendukung keputusan Greenpeace agar fokus pada masalah ini. “Kami berkomitmen menempatkan semua sumber daya kami dalam bekerja dengan masyarakat, Greenpeace, Walhi dan polisi untuk menjamin keadilan terlaksanakan.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,