,

Foto: Rangkong, Burung Sakti Penebar Biji

Anda kenal burung rangkong? Seberapa besar penghargaan Anda terhadap burung tanpa tanda jasa ini?

Rangkong merupakan burung berpostur besar yang ukurannya dapat mencapai 120 cm, atau dua kali panjangnya penggaris yang biasa kita gunakan. Umumnya, burung ini berbulu hitam, coklat atau putih dengan paruh yang panjang dan kuat.

Rangkong tersebar di Afrika, Asia daerah tropis, juga di Indonesia dan Papua Nugini. Pakan kesukaannya berupa buah-buahan dan serangga. Kala burung ini mengepakkan sayap, akan terdengar suara keras “buk buk buk” ibarat helikopter yang akan mengudara.

Rangkong, yang termasuk dalam keluarga Bucerotidae, beradil besar terhadap regenerasi hutan. Berdasarkan penelitian para ahli, seekor rangkong dapat terbang hingga radius 100 km persegi. Dengan kata lain, burung gagah ini memiliki kesaktian menebarkan biji sejauh 100 km persegi.

Buah ara yang berkerabat dengan ficus misalnya, merupakan pakan kesukaan rangkong yang bijinya dapat ditebar sejauh daya jelajahnya yang luar biasa itu. Diperkirakan, ada sekitar 200 jenis pohon ara yang dapat dijadikan pakan utama rangkong.

Julang emas. Foto: Asep Ayat
Julang emas. Foto: Asep Ayat
Julang emas saat bertengger dengan pasangannya. Foto: Asep Ayat
Julang emas saat bertengger dengan pasangannya. Foto: Asep Ayat

Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien, peneliti rangkong dan hutan tropis, menjuluki rangkong sebagai petani hutan tangguh karena kedigjayaannya menebar biji. Kelebihan mengagumkan yang tidak dimiliki burung lain.

Menurut mereka, terdapat korelasi erat antara rangkong dengan hutan yang sehat. Mengapa? Karena burung mumpuni ini membutuhkan pohon yang besar dan sehat sebagai sarangnya, sehingga hadirnya rangkong menunjukkan adanya pepohonan besar yang kuat di rimba belantara. Pastinya, pohon sehat yang batangnya kokoh menjulang ke langit itu akan ada di hutan yang terjaga kondisinya.

Keunikan lain dari rangkong adalah kala bersarang. Sang betina, yang mengerami telurnya akan bersarang di lubang pohon yang seluruh permukaannya nyaris ditutup lumpur. Hanya sedikit bagian yang dibiarkan terbuka sebagai celah bagi sang jantan untuk mengantarkan makanan. Sampai kapan ia bertahan? Hingga telur yang dieramnya itu menetas.

Selanjutnya, rangkong betina ini akan mendobrak sarangnya untuk keluar, lalu menutupnya kembali. Tujuannya adalah melindungi rangkong muda dari predator dan akan dibuka lagi ketika generasi penerus itu benar-benar siap menjelajah angkasa.

Kangkareng perut-putih saat bertengger di pohon penuh buah. Foto: Asep Ayat
Kangkareng perut-putih saat bertengger di pohon penuh buah. Foto: Asep Ayat

Di Indonesia, ada sembilan jenis rangkong yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta empat jenis yang berada di Sumba, Sulawesi, dan Papua.

Sembilan jenis yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan itu adalah enggang klihingan, enggang jambul, julang jambul-hitam, julang emas, kangkareng hitam, kangkareng perut-putih, rangkong badak, rangkong gading, dan rangkong papan. Khusus Kalimantan, semua jenis rangkong tersebut dapat dilihat kecuali rangkong papan.

Sementara, empat jenis lainnya adalah julang sumba (Sumba), julang dan kangkareng sulawesi (Sulawesi), serta julang papua (Papua).

Sayangnya, penjulukan nama rangkong di Indonesia masih sering tumpang tindih. Padahal, antara rangkong, julang, enggang, dan kangareng ini memiliki tanda fisik yang berbeda.

Rangkong memiliki cula yang jelas terlihat di atas paruhnya yang besar. Rangkong badak misalnya, memiliki cula perpaduan warna merah dan kuning yang begitu jelas terlihat.

Sementara julang, culanya pendek dan berkerenyut yang berada di atas paruh. Julang emas misalnya, di atas paruhnya yang agak kuning terlihat cula kecil berkerenyut.

Untuk kangkareng, culanya berukuran sedang dan terlihat jelas tidak berkerenyut. Sedangkan enggang, bisa dilihat dari cula di atas paruhnya yang tidak terlalu jelas dan tidak pula berkerenyut.

Rangkong badak. Foto: Asep Ayat
Rangkong badak. Foto: Asep Ayat
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,