, , ,

Duh! Hama Ganas Serang Mangrove Pesisir Pangkep

Mangrove di pesisir Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, tiba berubah warna dari hijau menjadi coklat. Daun dan batang mengering seperti terbakar. Belum diketahui penyebab pasti tetapi diperkirakan serangan hama ngengat dari ordo Lepidoptera. Hama fase ulat dewasa ini menyerang mangrove Avicennia sp atau oleh mangrove Api-api.

Pada Senin (23/3/15), saya mengunjungi lokasi mangrove di Desa Pitusunggu, Kecamatan Ma’rang, Pangkep. Saya menemui Sahariah, orang pertama melaporkan serangan ini kepada fasilitator Oxfam di Pangkep, Soni Kusnito. Dia mengajak ke dermaga, lokasi pertama kali melihat serangan.

Kondisi mangrove sangat mengenaskan. Di ujung dermaga mangrove membentang sekitar 6-8 km tidak lagi berwarna hijau, malah didominasi coklat.

Soni Kusnito, Fasilitator RCL Oxfam, memperkirakan,  serangan berkisar 40-50%. Jauh lebih besar ketika pertama kali dia ke situ empat hari lalu.

“Jumat pekan lalu saya kesini, serangan belum separah ini. Masih dominan hijau. Kini banyak coklat.”

Sahariah membawa kami ke lokasi serangan pertama kali. Hanya beberapa meter dari jalan masuk dermaga. Hampir seluruh mangrove terserang. Ranting banyak ngengat dewasa berwarna kecoklatan.

Dia bercerita, pertama kali mengetahui karena laporan anaknya, Yunus, baru melaut memanen rumput laut. Kondisi pantai berlumpur, budidaya rumput laut agak jauh ke laut, sekitar satu km dari garis pantai.

“Sore itu, Yunus melihat banyak ulat di batang mangrove. Warna hitam dan bau. Dia mengambil beberapa dan memperlihatkan kepada saya. Saya langsung ke sana.”

Awalnya dia tak begitu khawatir. Namun, kesesokan hari ketika kembali tanaman terserang makin banyak. Dia panik.

“Sudah 24 tahun tinggal di sini tak pernah ada kejadian ini. Saya langsung menelpon Mas Soni.”

Dia sempat ditegur banyak orangtua karena melaporkan serangan hama ini. Sebagian warga meyakini hama dari langit dan tak perlu diributkan.

“Mereka bilang ini turun dari langit, kenapa harus dilapor. Dulu, pernah terjadi, hanya sebagian kecil. Sekarang banyak sekali.”

Hanya dalam waktu seminggu, hampir setengah dari seluruh mangrove  di Pesisir Kecamatan Ma’rang Pangkep, Sulsel, terserang hama. Serangan skala luas ini pertama kali terjadi di Pangkep. Tanaman yang hijau berubah menjadi layu. Foto: Wahyu Chandra
Hanya dalam waktu seminggu, hampir setengah dari seluruh mangrove di Pesisir Kecamatan Ma’rang Pangkep, Sulsel, terserang hama. Serangan skala luas ini pertama kali terjadi di Pangkep. Tanaman yang hijau berubah menjadi layu. Foto: Wahyu Chandra

Pengamatan Sahariah, serangan baru akan terjadi saat petang,  malam dan pagi hari. Ketika siang, cuaca panas, tak ada serangan sama sekali. “Kalau malam kita bisa mendengar bunyi kresek-kresek. Mungkin ulat sedang makan daun.”

Ngengat berordo sama dengan kupu-kupu dikenal sebagai serangga malam atau nocturnal. Jika kupu-kupu aktif di siang hari mereka sangat aktif malam hari.

Siklus hidup berawal dari telur yang menjadi ulat. Masa ulat inilah mereka biasa memakan daun. Sebagian spesies dikenal rakus makan. Dari ulat menjadi kepompong, sebelum menjadi ngengat dewasa.

Setelah mendapat laporan warga, Soni datang melihat langsung dan melaporkan ke Dinas Kehutanan Pangkep.

“Pak Kadis lagi rapat, tapi laporan sudah diterima dan akan dilanjutkan ke Balai Mangrove di Bali. Mereka kaget dengan kasus ini karena baru pertama.”

Nurhaeda, Kepala Seksi Rehabilitas Dishut Pangkep, membenarkan laporan dan segera melanjutkan ke Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah I di Bali. Dia menembuskan laporan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Menurut Soni, mangrove di pesisir Pangkep sebagian besar vegetasi alami hingga kelestarian patut dijaga.“Ini vegetasi alami, jarang ada. Kalau kelak mau ditumbuhkan pasti tidak sama lagi.”

Soni khawatir dampak lain, abrasi luas dan bisa mencapai pemukiman warga yang berjarak 50 meter dari garis pantai.

“Kalau mangrove hilang tunggu saja air akan menggenang sampai daratan. Tambak ini akan hilang. Begitupun rumah warga.”

Yusran Nurdin Massa, Peneliti dari Yayasan Hutan Biru (YHB), kaget. Dia tak pernah menemukan serangan hama dan penyakit di Sulawesi, apalagi skala luas. “Bisa jadi hama ini dari luar,” katanya.

Ada dua dugaan. Pertama, hama migrasi dari pertanaman padi akibat penggunaan pestisida berlebihan di sekitar, membuat hama tersingkir mencari inang lain. Kedua, migrasi hama dari hutan di kawasan karst.

“Bisa jadi mereka bermigrasi karena sudah makin tinggi tambang. Ketika tak kondusif, mereka mencari lingkungan lebih cocok di sekitar karst.”

Sylvia Sjam, pakar hama dari Universitas Hasanuddin, belum bisa memastikan jenis hama penyerang. Dia sedang mengikuti seminar di Bandung.

Dia meminta saya memberikan sampel hama kepada mahasiswa di Jurusan Perlindungan Hama dan Penyakit Unhas untuk diperiksa.

“Saya sudah dapat laporan identifikasi, namun belum bisa memastikan. Ini dari ordo Lepidoptera. Saya mencurigai hama tertentu, tapi saya ragu karena hama ini tidak populer dan belum pernah ditemukan di Indonesia.”

Sylvia belum bisa memastikan penyebab pasti ledakan pertumbuhan hama ini. Bisa dari luar atau dari tanaman itu sendiri.

“Bisa jadi selama ini hama itu sudah ada, hanya saja dalam kondisi normal dan susah berkembang karena ada predator. Kalau terjadi ledakan bisa karena ada predator hilang atau lingkungan sangat kondusif untuk pertumbuhan mereka.”

Jika dari luar, katanya, bisa karena kondisi sekitar yang terganggu dan hama ini menemukan inang cocok di mangrove.

“Tidak menutup kemungkinan kerusakan karena toksin atau racun tertentu yang dikeluarkan hama yang punya efek merusak bagi tanaman.”

Dengan serangan sporadis ini, katanya, seharusnya ada tindakan cepat pemerintah dengan pencegahan agar tidak melebar ke tempat lain.

“Segera kumpulkan instansi terkait. Ini bisa menghancurkan eksosistem mangrove dalam skala luas jika tak ada upaya-upaya penanganan segera.”

Menurut dia, penanganan kemungkinan agak sulit melihat sifat-sifat hama. “Jika menggunakan pestisida agak sulit karena hama bersembunyi di dalam daun dalam bentuk pupa. Kalaupun disemprot hanya efektif untuk hama dewasa saja.”

Hama yang menyerang diperkirakan sejenis ngengat meski belum diketahui secara pasti spesienya. Serangan terjadi di malam hari ketika hama masih dalam fase ulat. Pada fase pupa, hama ini membungkus diri dengan daun hingga sulit dibasmi dengan pestisida. Foto: Wahyu Chandra
Hama yang menyerang diperkirakan sejenis ngengat meski belum diketahui secara pasti spesienya. Serangan terjadi di malam hari ketika hama masih dalam fase ulat. Pada fase pupa, hama ini membungkus diri dengan daun hingga sulit dibasmi dengan pestisida. Foto: Wahyu Chandra

Cara lain, memangkas pohon terserang atau mengumpulkan pupa-pupa di daun lalu dibakar.

“Cara ini juga agak sulit karena serangan tinggi dan letak tanaman berada di lokasi berlumpur, susah diakses.”

Bisa juga, katanya, menggunakan lampu perangkap untuk hama dewasa. Hama digiring ke cahaya lampu yang diberi perangkap tertentu.

Ekosistem Terancam

Yusran segera menyiapkan tim turun ke lokasi.  Dia khawatir dampak luas pada eksistensi eksosistem mangrove di Sulsel.

Kekhawatiran Yusran beralasan. Jika serangan hama ini hanya di tiga desa di Kecamatan Ma’rang, yaitu Pitusunggu, Pitue dan Tamangapa, kini ada laporan terjadi Kabupaten Maros.

“Ada yang melihat di sekitar Maros. Belum bisa dipastikan namun di kejauhan terlihat warna mangrove kecoklatan, sama dengan di Pangkep.”

Menurut Yusran, pesisir barat Sulsel, yang membentang dari Makassar hingga ke Pinrang, selama ini dikenal sebagai sabuk hijau (green belt). Ia terdiri dari hutan mangrove sepanjang 250 km dan lebar rata-rata 10-15 meter. Khusus di Pangkep bentangan sabuk hijau ini sekitar 45 km.

“Sebagian besar mangrove Sulsel di sepanjang sabuk hijau ini.”

Luasan mangrove di Sulsel mengalami penyusutan drastis dalam 30 tahun terakhir. Jika 1980-an, masih sekitar 214.000 hektar, kini tersisa 22.000-23.000 hektar.

Penyebabnya, eksploitasi berlebihan dan konversi lahan menjadi tambak serta massif revitalisasi pantai, yang alihfungsi jadi kawasan industri dan wisata.

“Kalau ini juga terganggu, akan menjadi ancaman berat bagi keberlangsungan ekosistem mangrove Sulsel.”

Menurut Yusran, kajeadian di Pangkep tantangan baru bagi kelestarian mangrove. Selama ini,  sebagian besar kerusakan karena faktor fisik, seperti perubahan bentangan alam atau hidrologi.

“Penyebab hama dan penyakit hampir tak pernah. Biasa hanya muncul pada proses pembibitan.”

Inilah nasib mangrove itu. Dalam beberapa hari, hama ganas memberangus  tanaman ini. Foto: Wahyu Chandra
Inilah nasib mangrove itu. Dalam beberapa hari, hama ganas memberangus tanaman ini. Foto: Wahyu Chandra
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,