,

Ngeri! Diduga Mangsa Warga, Dua Ekor Buaya Dibunuh di Aceh Singkil

Dalam waktu lima hari, dua ekor buaya muara ditangkap dan dibunuh oleh warga Desa Siti Ambia, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. Kejadian ini dipicu setelah warga mendapat kabar bahwa Yusril yang saat itu, awal April, menyelam mencari lokan (kerang) di sungai dekat Pulo Pes, Kuala Singkil, tewas diterkam buaya.

Buaya pertama berhasil ditangkap petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Minggu (5/4/2015), setelah mendapat surat permintaan penangkapan dari Bupati Aceh Singkil. Namun, ketika buaya itu diamankan dalam kerangkeng besi, warga yang marah langsung menyiram bensin ke kepala buaya dan membakarnya hidup-hidup.

Menurut Kepala BKSDA Aceh, Genman Suhefti Hasibuan, petugas BKSDA dan kepolisian tidak dapat berbuat banyak menghadapi ratusan masyarakat yang terbakar emosi. “Setelah mati, warga membelah perut buaya, namun tidak ditemukan anggota tubuh korban yang dicari.”

Karena penasaran, warga kembali memburu buaya dengan bantuan pawang di lokasi Yusril dimangsa, yang saat itu istri dan anaknya menunggu di atas perahu. “Sejak pembakaran itu, petugas kami berhati-hati ke lapangan mengingat masyarakat masih emosi,” kata Genman.

Abdul Gofur, warga Singkil, menuturkan bahwa warga yang ikut menangkap buaya itu tidak hanya dari Desa Siti Ambia, tapi juga dari Ranto Gerdang, Sukamakmur, Kilangan dan Teluk Rumbia yang ada di sekitar Kuala Singkil. “Mereka khawatir akan timbul korban lagi bila tidak segera dilakukan penangkapan.”

Setelah menunggu dua hari, Rabu (8/4/2015) pukul 07.00 WIB, seekor buaya akhirnya terkena mata pancing besi yang sengaja diberi umpan ayam. Warga yakin buaya itulah yang memangsa Yusril atas petunjuk sang pawang. “Buaya sepanjang 6 meter tersebut ditarik sejauh 15 km menuju Desa Siti Ambia, untuk ditunjukkan ke warga dengan penjagaan pihak kepolisian dan tentara.”

Gofur menuturkan, pukul 14.00 WIB, ketika buaya didapati sudah tidak bernyawa lagi, warga langsung membelah perutnya. “Ada hati manusia. Ini dipastikan setelah hati tersebut  dibawa ke rumah sakit untuk uji forensik.”

Potret kehidupan masyarakat di sekitar Kuala Singkil yang rawan dengan gangguan buaya muara. Foto: Chik Rini
Potret kehidupan masyarakat di sekitar Kuala Singkil yang rawan dengan gangguan buaya muara. Foto: Chik Rini

Genman yang dihubungi kembali sesaat setelah penangkapan mengaku sudah mendapat kabar dari Kasat Reskrim Polres Aceh Singkil ihwal penangkapan buaya ke dua oleh warga. “Kami mengajak warga agar menyerahkan buaya itu ke polres untuk kemudian kami evakuasi.”

Menurut Genman, BKSDA Aceh tidak dapat mengatasi konflik manusia dengan buaya tanpa bantuan multipihak. Kami juga tidak mungkin memindahkan buaya-buaya yang ada sebagaimana permintaan masyarakat, karena tidak mudah mencari wilayah relokasi baru. Meski begitu, Genman mengingatkan bahwa buaya muara (Crocodylus porosus) merupakan satu dari empat jenis buaya yang dilindungi undang-undang karena populasinya yang menurun dan menuju kepunahan. “Jika dilanggar ada tindakan pidana,” tegasnya.

Kuala Singkil merupakan habitat utama buaya muara di pantai selatan Aceh. Daerah yang merupakan ekosistem Rawa Singkil, bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser ini, dikenal dengan alamnya yang ganas. “Buaya senang di rawa, tempat warga mencari lokan sebagai mata pencaharian. Sejak, 2006 tercatat sudah lima warga yang tewas diterkam,” jelas Gofur.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,