,

Relief Burung di Candi, Apa Maknanya?

Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana di Candi Borobudur pada masa jayanya. Sumber: Wikipedia

Candi merupakan bangunan bersejarah yang tak bisa dilepaskan dari kegiatan keagamaan Hindu dan Budha pada awal pendiriaannya. Hingga kini, beragam candi peninggalan abad ke-5 hingga ke-14 masih berdiri tegak di penjuru Indonesia yang persebarannya ada di Sumatera, Jawa, dan Bali, meski ada juga yang tinggal reruntuhan saja.

Secara garis besar, struktur bangunan candi terdiri dari tiga bagian. Kaki candi merupakan bagian dasar yang sekaligus menandakan denahnya seperti bujur sangkar, segi empat, atau bentuk lainnya. Tubuh candi merupakan tempat arca atau patung diletakkan yang biasanya terdapat di berbagai kamar. Sementara atap candi memiliki bentuk limasan yang bermahkota stupa atau kubah.

Hal menarik dalam sebuah candi adalah relief yang menghiasinya. Relief bukanlah sembarang bentuk pahatan yang bertujuan memperindah candi, melainkan memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan kehidupan dan keagamaaan saat itu. Menariknya, sebagai bagian dari kehidupan, burung hadir dalam berbagai simbol pada pahatan relief tersebut.

Candi Prambanan

Candi Hindu terbesar di Indonesia dengan tinggi bangunan sekitar 47 meter ini terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman atau 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Candi yang diperkirakan dibangun pada pertengahan abad sembilan masehi ini memiliki tiga candi utama: Wisnu, Brahma, dan Siwa perlambang Trimurti. Ketiga candi ini masing-masing memiliki satu candi pendamping yaitu Angsa bagi Brahma, Nandini bagi Siwa, dan Garuda bagi Wisnu.

Khusus Garuda, candi pendamping ini berkisah tentang manusia berwujud burung bernama Garuda. Burung bertubuh emas ini digambarkan memiliki wajah putih, dengan sayap dan paruh layaknya elang. Sosok ini merupakan replika “Bennu” yang bermakna terbit atau bersinar.

Dalam Kitab Adiparwa diceritakan bahwa garuda merupakan burung gagah berani yang dijadikan kendaraan sekaligus lambang panji-janji Dewa Wisnu. Burung ini berdiam di surga, setelah misinya membebaskan ibunya dari perbudakan para naga selesai. Dalam cerita budaya Indonesia, garuda diperkirakan mulai menjadi mitologi sejak abad ke-10 Masehi. Presiden Soekarno memperkenalkan pertama kalinya kepada khalayak sebagai lambang negara pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes Jakarta.

Relief garuda merupakan sosok manusia berwujud burung bernama Garuda. Sumber: Wikimedia

Candi Borobudur

Candi Borobudur yang dilihat dari pelataran sudut barat laut. Sumber: Wikipedia

Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini diperkirakan berdiri pada abad ke sembilan. Candi ini berukuran 123 x 123 meter dan memiliki 1.460 relief serta 540 stupa. Menurut sejarawan J.G. de Casparis, Borobudur merupakan tempat pemujaan. Casparis memerkirakan, pendiri Borobudur adalah Samaratungga, Raja Mataram Kuno keturunan Wangsa Syailendra. Pembangunan candi yang dimulai pada 824 Masehi ini diperkirakan memakan waktu setengah abad.

Dalam sebuah reliefnya, diceritakan bahwa Sang Budha Gautama melakukan reinkarnasi menjadi burung pelatuk. Burung yang suka mematuk batang pohon ini suatu ketika bertemu harimau yang kesakitan. Rahangnya terselip tulang kijang yang baru ia makan. Tanpa rasa takut, pelatuk mendekati harimau dan menolongnya. Tulang kijang berhasil ia lepaskan dan harimau pun tidak lagi mengaum kesakitan. Tanpa lupa mengucapkan kata terima kasih, si loreng segera berlalu. Pelatuk senang karena bisa membantu.

Di lain waktu, pelatuk kesulitan mendapatkan makanan. Tanpa sengaja ia bertemu harimau yang pernah ditolongnya itu. Apa daya, harimau tidak mau berbagi makanan dengannya. Pelatuk sadar, jika berbuat baik tidak perlu diungkit kembali. Ikhlaskan saja.

Relief burung pelatuk yang bertemu harimau kesakitan. Sumber: mrfahmi.files.wordpress.com

Candi Mendut

Candi Mendut. Sumber: Wikipedia

Candi ini terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra, yang keterangannya dapat dijumpai pada prasati Karantengah 824 Masehi. Prasati tersebut menjelaskan bahwa Raja Indra telah membuat bangunan suci wenuwana yang berarti hutan bambu. Menurut arkeolog Belanda J.G. de Casparis, kata tersebut erat kaitannya dengan Candi Mendut.

Candi yang ditemukan tahun 1836 ini memiliki atap bertingkat tiga yang dipenuhi 48 stupa kecil. Tercatat, ada tiga relief menceritakan burung yang salah satunya tentang persahabatan sepasang angsa dan kura-kura.

Relief persahabatan angsa dan kura-kura. Sumber: Flickr.com/Yauchan
Relief persahabatan angsa dan kura-kura. Sumber: Flickr.com/Yauchan

Candi Kidal

Candi Kidal. Sumber: Pnri.go.id

Candi yang dibangun sekitar 1248 Masehi ini terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang Tumpang, Kabupaten Malang. Bangunan candi keseluruhan tersusun dari batu andesit dengan dimensi geometris vertikal.

Dilihat dari coraknya, candi ini merupakan perpaduan antara candi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dikarenakan, pembangunan candi dilakukan pada masa transisi karajaan Jawa Tengah ke kerajaan Jawa Timur. Beberapa pakar berpendapat, candi ini prototifnya candi Jawa Timuran.

Di seputar kaki candi ada tiga relief yang menggambarkan garuda. Relief pertama terlihat garuda menggendong tiga ekor ular besar, relief kedua berupa lukisan garuda meletakkan kendi di atas kepala, dan pada relief ketiga terlihat garuda menggendong seorang wanita.

Relief garuda. Sumber: Pnri.go.id

Candi Gampingan

Candi Gampingan. Sumber: Pesonawarnaindonesia.blogspot.com

Candi yang dibangun antara abad delapan dan sembilan ini terletak di Dusun Gampingan, Kelurahan Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Candi yang ditemukan oleh pembuat batu bata pada 1995 ini dihiasi tiga arca yaitu Dhyani Buddha Wairocana dari perunggu, dua arca Jambhala dan Candralokesvara dari batu andesit, serta berbagai keramik dan benda yang terbuat dari emas.

Bagian kaki candi dihiasi relief burung seperti pelatuk, gagak, dan ayam jantan. Gagak diidentikkan sebagai burung dengan paruh dan tubuh yang kokoh. Sayapnya mengembang dan ekornya berbentuk kipas. Sedangkan burung pelatuk digambarkan memiliki jambul di kepala dengan paruh agak panjang dan runcing, namun sayapnya tidak mengembang. Ayam jantan sendiri dilukiskan dengan dada membusung dengan sayap mengembang ke bawah.

Masyarakat kala itu berkeyakinan bahwa burung memiliki kekuatan transendental. Burung merupakan perwujudan dewa yang membawa pesan dari nirwana dan lambang kebebasan manusia yang telah meninggalkan kehidupan duniawi.

Relief burung yang kal itu dianggap memiliki kekuatan transendental. Sumber: Yogyes.com
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,