,

Seri Foto: Menjala Asa di Hulu Kapuas

Foto memberikan gambaran yang utuh dari sebuah peristiwa. Foto mampu membangkitkan kenangan, bayangan maupun fantasi yang akan merajut simpul rekonstruksi suatu kisah.

Dalam menyambut Hari Bumi, Mongabay Indonesia bekerjasama dengan WWF Indonesia menampilkan seri foto kehidupan masyarakat yang tinggal di jantung hutan Kalimantan. Masyarakat yang tinggal di hulu sungai Kapuas, ribuan kilometer dari bibir pesisir pantai, yang tinggal dengan memanfaatkan kebaikan alam, termasuk hasil dari sungai, ladang, kebun dan hutan.

Selama ratusan tahun, etnik Melayu dan Dayak telah hidup berdampingan, saling berinteraksi dan berbarter kebutuhan hidup. Meski berbeda budaya, tetapi ada satu kesamaan dan cara pandang yaitu satu pesan terhadap alam dan lingkungan tempat hidup. Jagalah! 

Foto-foto ini diambil sendiri oleh masyarakat yang berpartisipasi dalam program dokumentasi foto: Panda Click! di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, yang difasilitasi oleh WWF Indonesia.

1. Dusun di Dekat Air

Terletak di Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat inilah desa-desa yang terletak di tepian danau dan sungai. Masyarakat mengandalkan hidup dari kelimpahan alam. Hidup di tepian air juga berarti memudahkan akses untuk menuju ke lokasi lain.

Kelestarian alam menjadi penting dan bersentuhan dengan keseharian masyarakat sejak turun-temurun. Menjaga alam berarti menjaga kehidupan.

(c) Dayat, perumahan di dusun puring, watermark
Perumahan di dusun Puring. Foto: Dayat

2. Aktivitas Harian Masyarakat

(c) Hamzan Wadi, bubu embang, watermark
Bubu embang untuk mencari ikan. Foto: Hamzan Wadi

Berbagai sumber daya alam yang ditawarkan lingkungan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat Desa Teluk Aur. Lebih dari separuh warga berkerja sebagai nelayan. Selebihnya menoreh karet, berladang, mengolah madu, dan beternak. Sebagian kecil menjadi PNS, membuka toko dan lain-lain. Satu orang bisa memiliki berbagai pekerjaan, pagi menoreh karet, siang memasang bubu, sore mencari ilalang pakan ternak dan malam menghitung pemasukan dari hasil jualan.

(c) Sari, ikan lais, watermark
Hasil tangkapan, ikan lais. Foto: Sari

3. Sekolah dan Aktivitas Anak-Anak

(c) susanto, pendidikan, watermark
Anak-anak berangkat ke sekolah. Foto: Susanto

Layaknya anak di kota, maka anak-anak di Kecamatan Bunut Hilir pun tidak berbeda, mereka bersekolah dan bermain. Bedanya, anak-anak di sini sejak usia dini telah bermain sampan dengan ember besar, berenang menggunakan pelampung dari kayu maupun berenang di sungai. Ketika libur sekolah, mereka membuat umpan dari biji karet, mengayuh sampan ke tepian sungai, dan menangkap ikan. Hasilnya disantap bersama teman atau diberikan kepada ibu.

(c) Edi Suhadi, anak kecil bermain, watermark
Bermain air dengan ember di sungai.  Foto: Edi Suhadi

4. Seni Budaya dan Rajah Tubuh

(c) Yohanes, para tetua saat gawai, watermark
Para tetua saat acara Gawai. Foto: Yohanes

Etnis Dayak Iban memiliki bentuk kesenian tradisional. Bagi masyarakat Iban di Dusun Jaung I dan II, kesenian paling populer adalah tarian. Tarian-tarian adat mereka biasanya ditampilkan dalam acara ritual adat, atau saat pesta gawai (pesta panen).

Selain tari, masyarakat Iban tidak bisa dipisahkan dengan tato. Tato dalam Iban melambangkan tingkat sosial si pemakai tato. Tato tradisional berbentuk bunga terong, ular, burung dan lainnya. Motif bunga terong menandakan jumlah ladang yang dimiliki pengguna tato. Tato menjadi semacam “catatan perjalanan hidup” bagi orang Iban. Semakin penuh tubuh seorang lelaki dengan tato, semakin ia dianggap petualang sejati, Iban sejati.

(c) Gama, tato tunuh, watermark
Motif tato Iban. Foto: Gama

5. Ritual Budaya dan Pengobatan

(c) Mulyadi, pernikahan, watermark
Pernikahan dalam adat Melayu. Foto: Mulyadi

Masyarakat Melayu Desa Teluk Aur tidak lepas dari ritual dan tradisi. Beragam ritual yang melingkupi pernikahan, kelahiran, kematian, menanam atau memanen padi, telah dijalankan sejak dahulu. Bagi mereka, ritual dipercaya membuat hidup lebih seimbang dan harmoni.

Dokter tidak selalu tersedia bagi warga di Desa Teluk Aur, namun pelayanan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan seorang bidan telah tersedia bagi pelayanan warga masyarakat. Sebelum ada bidan, masyarakat mengandalkan pertolongan kepada dukun anak, melalui pengobatan tradisional.

(c) Sari, pengobatan tradisional, watermark
Pengobatan tradisional masih berlaku disini. Foto: Sari
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,