,

Inilah Enam Pohon Pereda Stres

Kehidupan di Jakarta dan kota besar lainnya menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Lingkungan di kota besar tersebut juga berpeluang untuk tercemar oleh berbagai aktivitas manusia.

Tuntutan kerja dan tingginya aktivitas di kota besar, meningkatkan stres bagi warganya. Secara sederhana bisa dilihat pada perilaku pengguna jalan yang temperamental dan ugal-ugalan. Perilaku tersebut ada pengaruhnya dari timbal dan karbon monoksida yang tinggi sebagai emisi dari gas buang kendaraan bermotor.

Keberadaan kawasan hijau perkotaan dapat membantu mengurangi tingkat stres warga perkotaan. Kesejukan dan kesegaran atas jasa biologis pepohonan akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, Nox dan lainnya dapat dikurangi dengan hamparan hijaunya tajuk pohon dan rerumputan. Ditambah lagi dengan kicauan burung yang ada di taman kota.

Ahli restorasi ekologi dan Dosen Departemen Geografi UI, Tarsoen Waryono mengatakan ada beberapa jenis tumbuhan yang secara morfologi dapat mengurangi stres. Biasanya berupa pohon dengan ukuran tinggi besar, dan dengan tajuk pohon yang lebar.

“Ciri pohon untuk pereda stres, salah satunya adalah agathis. Orang melihat pohon agathis, ada arsitektur antara batang dan daun, akan mulai cool down. Begitu juga dengan mahoni, pohonnya besar dan daunnya. Trembesi itu rimbun seperti payung. Penampakan morfologi tumbuhan seperti tajuk menyebabkan akan mempengaruhi psikologis manusia secara positif,” kata Tarsoen yang ditemui Mongabay pada diskusi yang diselenggarakan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) beberapa waktu yang lalu.

Berikut jenis tumbuhan pepohonan pada kawasan hijau perkotaan yang mampu mengurangi gejala stres :

1. Damar (Agathis alba)

Tumbuhan asli Indonesia ini terdapat menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina (Palawan dan Samar). Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya.

Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.200 meter diatas permukaan laut. Tinggi pohon bisa mencapai 65 meter dengan batang bulat silindris.

Pohon damar umum digunakan sebagai tanaman penghias taman, tumbuhan peneduh taman dan tepi jalan. Tajuknya tegak meninggi dengan percabangan yang tidak terlalu lebar.

2.  Mahoni (Swietenia macrophylla)

Pohon asli Hindia Barat ini dapat mencapai tinggi 35–40 meter, dengan diameter batang mencapai 125 cm dan berbentuk lurus berbentuk silindris.  Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Bakal tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.

Pohon mahoni. Sumber: fnews
Pohon mahoni. Sumber: fnews
Pohon ini berfungsi sebagai pelindung, penangkap air dan filter udara karena dapat mengurangi polusi udara sekitar 47% – 69%. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya, sekaligus melepaskan oksigen yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.

Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, tanaman ini bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman penjajahan Belanda mahoni dan rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai Panarukan.

3. Pala (Myristica fragrans)

Pohon asli kepulauan Banda, Maluku merupakan pohon rempah dengan biji pala menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi.

Pohon pala. Foto :  balittro.litbang.pertanian.go.id
Pohon pala. Sumber: balittro.litbang.pertanian.go.id

4.  Asam jawa (Tamarindus indicus)

Pohon ini bisa mencapai ketinggaian 30 meter dengan diameter pangkal batang hingga 2 meter. Tajuknya rindang dan lebat berdaun, melebar dan membulat. Bijinya digunakan sebagai bumbu dalam masakan Indonesia.

Tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari savana Afrika timur, tumbuh baik hingga ketinggian sekitar 1.000 m dpl, pada tanah berpasir atau tanah liat, khususnya di wilayah yang musim keringnya jelas dan cukup panjang.

Pohon asam jawa. Foto : pohonpekarangan.wordpress.com
Pohon asam jawa. Sumber: pohonpekarangan.wordpress.com

Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh, terutama terkenal di sepanjang jalan raya Daendels, dari Anyer hingga Panarukan.

Pelaut-pelaut Bugis pada masa lalu diketahui menanam pohon asam jawa di pantai utara Australia, di Northern Territory di saat mereka beristirahat menunggu datangnya angin untuk kembali ke daerah asal. Pohon-pohon asam jawa ini menjadi petunjuk kontak orang Aborigin setempat terhadap orang luar sebelum kedatangan orang.

5.  Johar (Cassia siamea)

Pohon yang juga dikenal sebagai juar, juwar atau johor merupakan jenis pohon penghasil kayu keras berasal dari Asia Selatan dan Tenggara. Di Indonesia, johar diketahui tumbuh alami di Sumatra. Johar dapat tumbuh baik pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim muson.

Pohon johar. Foto : istianggana.com
Pohon johar. Sumber: istianggana.com

Pohon yang di Sumatera bernama bujuk atau dulang, sering ditanam sebagai peneduh tepi jalan ini, pohon hias di taman-taman, bahkan juga untuk merehabilitasi lahan pertambangan.. Pohon ini acap ditanam sebagai penaung di perkebunan-perkebunan teh, kopi atau kakao.

6.  Trembesi (Samanea saman)

Pohon dengan nama lain ki hujan, atau pohon hujan ini berukuran besar, tinggi dengan tajuk yang sangat lebar. Pohon yang populer untuk tumbuhan peneduh di areal publik yang luas ini berasal dari Amerika tropik yang sekarang tersebar di seluruh daerah tropis.

Pohon trembesi atau rain tree. Foto : nams.ca
Pohon trembesi atau rain tree. Sumber: nams.ca
Disebut pohon hujan (rain tree) karena air yang sering menetes dari tajuknya yang disebabkan kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Daunnya juga sangat sensitif terhadap cahaya dan menutup secara bersamaan dalam cuaca mendung (ataupun gelap) sehingga air hujan dapat menyentuh tanah langsung melewati lebatnya kanopi pohon ini. Rerumputan juga berwarna lebih hijau dibawah pohon hujan dibandingkan dengan rumput disekelilingnya.

Pohon trembesi juga mampu menyerap CO2 puluhan kali dari pohon biasa, yaitu menyerap 28,5 ton karbondiokasida setiap tahunnya, dibandingkan pohon biasa yang rata-rata mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya. Selain itu pohon Trembesi juga mampu menurunkan kosentrasi gas secara efektif, tanpa penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,