,

Ekspedisi LIPI 2015 Ungkap Biodiversity Dan Biogeokimia Di Samudra Hindia

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar dua ekspedisi penelitian sekaligus tentang kelautan yang dilakukan oleh dua tim pada 2015 ini.

Kedua tim peneliti tersebut melakukan penelitian di atas kapal Baruna Jaya VIII yang bersandar di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara. Teknisnya, kapal akan digunakan oleh dua tim dengan sistem waktu bergiliran. Tim pertama akan menggunakan kapal dari Jakarta hingga ke Padang,Sumatera Barat dan tim kedua dari Padang ke Aceh dan berakhir di Jakarta.

Kedua ekspedisi itu kemudian dinamakan sesuai dengan rutenya, yaitu Ekspedisi Widya Nusantara yang berlayar dari Jakarta ke Pelabuhan Teluk Bayur, Padang dan Ekspedisi Sabang yang berlayar dari Padang dan menyusuri Aceh, kemudian kembali ke Jakarta.

Menurut Kepala LIPI Iskandar Zulkarnai pelaksanakaan ekpedisi sengaja dibagi dua tim, karena memang ada dua misi yang ingin diungkap.”Ini yang jadi pertimbangan kenapa ada dua tim. Kapalnya sih masih tetap sama,” ujar dia menyebut KM Baruna Jaya VIII yang dimiliki LIPI.

Adapun, dua misi yang dimaksud, dikatakan Iskandar, pertama adalah mengungkap profil oseanografi dan potensi Samudra Hindia Timur melalui Ekspedisi Widya Nusantara. Tujuan pokok ekspedisi ini adalah untuk menentukan proses biogeokimia di Samudra Hindia Timur sebagai proses yang diatur oleh arus Equatorial Jet dan arus Sumatra.

“Ekspedisi Sabang tujuannya adalah mengungkap kondisi geologi dan kondisi oseanografi akibat pengaruh Samudera Hindia dan Selat Malaka serta keberadaan aktifitas hidrotermal terhadap kondisi biodiversitas daerah penelitian,” papar Iskandar di sela pelepasan tim ekspedisi yang digelar di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Kamis (07/05/2015).

Untuk itu, LIPI menggandeng sejumlah peneliti yang ada di masing-masing satuan kerja LIPI, termasuk Pusat Penelitian Oseanografi, Pusat Penelitian Biologi, Pusat Penelitian Geoteknologi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Informasi Teknologi (BIT) dan mahasiswa dari beberapa universitas dalam negeri.

“Kami berharap ekspedisi ini bisa ikut memperkuat visi kemaritiman yang sekarang sedang digulirkan melalui program Nawa Cita Presiden Joko Widodo. Ini juga menjadi hal yang positif untuk bidang oseanografi yang ada di Indonesia,” tutur Iskandar.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengaku bangga dengan ekspedisi tersebut, karena akan membantu mewujudkan visi pemerintahan yang ingin mengangkat sektor kemaritiman.

“Sekarang sudah jadi program nasional penelitian ini. Karena, Indonesia itu kan punya 16 kapal riset dan survei. Sayang sekali kalau cuma digunakan sebulan atau dua bulan dalam setahun. Belinya mahal dan manfaatnya bisa diambil banyak,” tutur Indroyono.

Ekspedisi Ungkap Potensi di Laut Samudra Hindia

Melalui ekspedisi Widya Nusantara dan Ekspedisi Sabang 2015, LIPI optimis bisa mengungkap profil dan potensi laut dalam yang ada di Samudra Hindia. Hal itu diakui oleh Aan Johan Wahyudi, Koordinator Peneliti yang membawahi 19 peneliti dalam Ekspedisi Widya Nusantara.

“Misi yang dibawa memang untuk melihat profil dan potensi di Samudra Hindia Timur, terutama yang berbatasan dengan Pulau Sumatera,” ungkapnya.

Ekspedisi tersebut meneliti proses biogeokimia yang mencakup oseanografi kimia, oseanografi fisika, sistem biologi mikropia dan dinamika plankton.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei, karena biasanya terjadi fenomena alam di Samudra Hindia yang patut untuk diteliti lebih jauh lagi.

“Biasanya di bulan ini, kami memprediksi akan ada perpindahan materi organik dari secara spasial, horizontal dari tengah samudra ke arah selatan, atau secara vertikal dari atas ke bawah, alias dari permukaan ke dasar laut,” jelas Aan merinci.

Proses biogeokimia tersebut akan memengaruhi plankton yang ada. “Sehingga, itu akan memengaruhi siklus rantai-rantai makanan yang ada, populasi ikan yang ada juga akan terdeteksi,” kata dia.

Sementara itu Koordinator Peneliti Ekspedisi Sabang 2015, M Hasanudin, mengungkapkan, penelitian yang dipimpinnya akan memfokuskan pada biodiversity yang ada di perairan Samudra Hindia. Rute yang akan dilalui dimulai dari Padang menyusur ke Aceh untuk kemudian berlabuh di Pulau Weh dan berlanjut ke Pulau Rondo yang menjadi pulau terluar dan berbatasan langsung dengan India.

“Di Pulau Weh kami akan meneliti lebih jauh biodiversity yang ada disana. Karena, Pulau Weh diapit Samudra Hindia dan Selat Malaka dan di tengah pulau juga ada hydro thermal yang diyakini bisa memengaruhi biodiversity di sekitarnya,” ungkap Hasanudin.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,