,

Benarkah Satwa Air Ini Tidak Berevolusi Selama Jutaan Tahun?

Penampakan satwa air moderen ini bila dilihat sepintas tidak mengalami perubahan sebagaimana wujud asli leluhurnya yang sudah tiada.

Apakah ini pertanda bahwa “fosil-fosil hidup” tersebut memang tidak berevolusi selama jutaan tahun? Atau sebaliknya, mereka telah berevolusi hanya belum terungkap karena keterbatasan ilmu pengetahuan kita?

Hiu Goblin

Hiu goblin memang jarang terlihat, namun sekalinya muncul akan selalu menghebohkan. Ini karena bentuknya yang tidak biasa. Dagingnya yang merah muda itu seolah habis dikuliti. Moncongnya yang seperti pisau belati, menonjol di atas kepala, membuatnya begitu berbeda. Tak heran, jika ia dijuluki “alien dasar samudera”.

Tidak hanya itu keunikannya. Riwayat hidupya juga sangat berbeda, dimana tubuhnya hampir-hampir tak berubah sedikitpun selama 125 juta tahun! Ini menandakan bahwa hiu goblin merupakan ‘fosil hidup’ yaitu hewan yang mampu bertahan dan tak berubah bentuk dalam jangka waktu yang amat panjang. Tapi benarkah hiu ini tak pernah berubah bentuk selama jutaan tahun dan bisa diartikan sebagai fosil hidup?

Platypus Paruh Bebek

Platypus paruh bebek yang menyerupai hewan purba. Sumber: Liveanimalslist.com

Terminologi “fosil hidup” pertama kali digunakan oleh Charles Darwin dalam buku yang memuat tentang teori evolusi On the Origin of Species pada 1859. Dalam satu bagiannya, Darwin menyebut platypus dan ikan paru sebagai dua spesies moderen yang berasal dari masa purba. Alasannya, bentuk mereka yang sama dengan leluhurnya yang telah menjadi fosil.

Ketika terminologi “fosil hidup” belum begitu dikenal, pada 1938 di Afrika Selatan, seorang kurator sejarah alam bernama Marjorie Courtenay-Latimer menyadari bahwa ikan yang sedang ia teliti tidak seharusnya ada di masa itu.

Ikan tersebut berasal dari kelompok ikan yang diperkirakan punah 65 juta tahun yang lalu, dengan penyabab yang sama sebagaimana kepunahan dinosaurus. Itulah ikan coelacanth.

Ikan Coelacanth

Ikan Coelacanth Afrika. Sumber: Marinebio.org

Coelacanth telah ada sejak 390 juta tahun lalu. Ikan ini cukup besar, pengarung dasar samudera yang panjangnya bisa mencapai dua meter.

Ada dua spesies ikan ini yang diketahui, yakni Coelacanth Afrika dan Coelacanth Indonesia. Mereka merupakan ikan bersirip cuping yang masih hidup yang dulunya mendominasi samudera.

Penemuan colancanth ini begitu penting, terutama untuk menguak bagaiman fenomena evolusi hewan-hewan darat terjadi.

Fosil Ikan Coelacanth 

Ikan coelacanth yang sudah menjadi fosil. Sumber: Wikimedia.org

Sekitar 400 juta tahun lalu, beberapa jenis ikan naik ke daratan dan “berjalan” menggunakan siripnya. Para ikan penjelajah ini kemudian menjadi pemicu munculnya hewan-hewan darat, mulai dari kadal, katak, hinga burung dan beruang.

Pada 2013, para ahli menyimpulkan bahwa Coelacanth merupakan kerabat dekat dari hewan-hewan darat pertama di muka bumi. Meski begitu, penelitian lain menyimpulkan bahwa ikan tersebut bukanlah benar-benar fosil hidup. Melalui penelitian DNA dan fosil, Coelacanth yang hidup 400 juta tahun lalu tidak identik dengan coelacanth yang hidup di masa kini,

Udang Kecebong 

Udang kecebong. Sumber: Wikimedia.org

Udang kecebong bisa jadi tampilannya terlihat lebih purba ketimbang Coelacanths. Tubuhnya memiliki karapan yang menyerupai perhiasan guna melindungi perutnya yang mirip ekor panjang.

Secara umum, Triops cancriformis ini dikenal sebagai fosil hidup karena bentuknya yang sangat mirip dengan nenek moyangnya. Namun, hasil penelitian terbaru mengungkapkan, ternyata hewan tersebut bukanlah fosil hidup karena usia mereka jauh lebih muda dari nenek moyangnya.

Peneliti menganalisis rangkaian DNA dari semua jenis udang kecebong yang telah teridentifikasi serta DNA dari kelompok crustaceae seperti kutu air dan udang brine. Hasilnya menunjukkan bahwa udang kecebong telah mengalami beberapa kali siklus perluasan evolusi dan kepunahan.

Belangkas

Belangkas. Sumber: Jangocohen.files.wordpress.com

Belangkas (Horseshoe crabs) merupakan hewan yang telah ada sejak 500 juta tahun lalu. Seluruh tubuhnya dilindungi cangkang keras. Belangkas atau kepiting tapal kuda ini memiliki dua mata majemuk primer dan tujuh mata sekunder, dua di antara tujuh mata sekunder tersebut berada di bagian bawah. Ia berasal dari famili Limulidae dan merupakan jenis hewan beruas (artropoda) yang tinggal di perairan dangkal.

Belangkas tidak berbahaya. Banyak yang meyakini bahwa bentuk fosil hewan ini tidak mengalami perubahan besar sejak periode Devon. Setiap tahun, ratusan ribu belangkas diambil dari habitatnya untuk keperluan medis, karena diketahui ada zat kimia yang berguna pada darahnya yang bisa mendeteksi darah terkontaminasi.

Benarkah mereka tak berubah sejak beratus juta tahun lalu? Sebenarnya, tak ada yang namanya “fosil hidup”. Semua spesies berevolusi, meskipun tak semuanya terlihat dengan jelas oleh kita.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,