, ,

Mengenaskan, Harimau Mati Terperangkap Jerat Babi Di Sumbar

Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditemukan mati di kebun karet milik masyarakat Nagari Palangai Gadang, Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Harimau itu ditemukan dengan leher terlilit kawat dan penuh luka pada Sabtu (02/05/2015).

Kematian harimau ini diketahui masyarakat sekitar pukul 07.00,  kemudian dilaporkan ke pihak Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumbar Barat, untuk dievakuasi bangkainya.

Masyarakat Nagari Palangai Gadang memang memasang jerat babi di sekeliling ladangnya untuk melindungi tanaman, perkebunan dan persawahan yang kerap diganggu hama babi hutan. Jerat kawat berbentuk lingkaran berukuran 40-50 centimenter, dipasang saling mengait di lahan.

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten di pantai barat bagian selatan Sumbar, dengan topografi dataran, dan perbukitan yang merupakan gugusan Bukit Barisan.

Sekitar 45,29 persen wilayah Pesisir Selatan merupakan kawasan hutan, kawasan TNKS, Cagar Alam Koto XI Tarusan, dan rawa gambut. Di sebelah timur kabupaten ini berbatasan langsung dengan kawasan TNKS, yang masih ada populasi harimau sumatera.

Besar kemungkinan harimau ini tersebut telah masuk perangkap pada malam harinya dan tidak dapat melepaskan diri dari lilitan jerat tersebut.

Kepala Satgas Polhut BKSDA Sumbar, Zulmi Gusrul kepada Mongabay di kantornya, Senin (18/05/2015) mengatakan pihaknya langsung membawa bangkai harimau yang sudah membusuk ke Padang, untuk dikubur di belakang kantor BKSDA Sumbar. Harimau berjenis kelamin betina itu diperkirakan berumur sepuluh tahun dengan panjang sekitar 180 centimeter.

Petugas menguburkan jasad harimau sumatera yang telah membusuk dibelakang kantor BKSDA Sumbar. Foto: BKSDA Sumbar
Petugas menguburkan jasad harimau sumatera yang telah membusuk dibelakang kantor BKSDA Sumbar. Foto: BKSDA Sumbar

Zulmi mengaku sekitar sebulan sebelumnya, pihaknya diinformasikan warga setempat mengenai adanya harimau yang berkeliaran di daerah mereka dan telah memangsa seekor sapi milik warga. Pantauan warga, ada tiga ekor harimau, terdiri dari anakan, induk dan pejantannya. Dugaan kuat, harimau itu sedang mengajari anaknya berburu.

Hasil peninjauan lokasi, memang benar ditemukan jejak harimu di daerah tersebut. Kemudian petugas bersama warga melakukan pemantauan, namun harimau tersebut tidak pernah terlihat kembali.

Menurut Zulmi, lokasi peladangan terindikasi masuk dalam kawasan hutan, sehingga warga dihimbau tidak memasang jerat karena dapat terkena sanksi dan memicu terjadinya konflik satwa. Petugas juga mensosialisasikan tindakan yang bisa dilakukan warga bila harimau masuk areal pemukiman.

“Jika masyarakat menemukan jejak harimau, cakarannya di batang pohon, segera berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan setempat atau BKSDA Sumbar, kemudian segera membuat bunyi-bunyian dengan menabuh kaleng, seng, dan benda lainnya didekat lokasi tersebut dan tidak  menggembalakan ternak di daerah tersebut,” himbaunya.

Pada 2013 dan 2014, BKSDA dan Dinas Kehutanan menemukan dan memusnahkan jerat babi, rusa, burung dan harimau di dalam kawasan hutan dan kawasan konservasi di Kabupaten Pasaman, Solok, Tanah Datar dan Sijunjung.

Sedangkan Direktur Institution Conservation Society (ICS) Salpa Yandri kepada Mongabay merasa prihatin akan kematian harimau akibat jerat babi itu. Dia berharap Dinas Kehutanan, BKSDA dan TNKS aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di pinggir dan dalam kawasan hutan untuk melindungi satwa yang terancam punah itu.

Masuknya harimau ke perkampungan, biasanya karena induk ingin mengajari anaknya berburu hewan seperti kijang, rusa dan babi, termasuk seperti ternak warga. Untuk itu, warga dihimbau tidak menggembalakan ternak di sekitar kawasan hutan, karena dapat memancing harimau.

ICS sendiri aktif memantau harimau di TNKS, khususnya di Solok Selatan, karena kawasan itu dijadikan perburuan sindikat perdagangan satwa dilindungi. Aktivitas warga seperti pembukaan lahan, perkebunan, penebangan liar dan pemasangan jerat di hutan juga memicu kepunahan harimau.

Tim ICS sering menemukan jerat harimau, babi, rusa, dan yang diduga dipasang sindikat pemburu harimau di Solok Selatan, Pesisir Selatan dan Kabupaten Dharmasraya. Jerat terbuat dari kawat baja dengan kayu ditanam di tanah dengan beban karet ban dalam.

ICS juga berkerjasama dengan BKSDA Sumbar dan Balai TNKS melakukan sosialisasi mitigasi konflik satwa kepada masyarakat di Solok Selatan. Salpa berharap kegiatan serupa dilakukan di daerah lain, agar masyarakat paham dan berperan menjaga habitat dan populasi harimau tersebut.

Selama 2015, setidaknya sudah dua ekor harimau sumatera betina mati di Sumbar. Sebelumnya seekor harimau sumatera betina bernama Sandy, ditemukan mati di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinatan (TMSBK) Kota Bukittinggi, pada Minggu (11/01/2015).

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,