,

Anak Muda Ini Klaim Cara Ampuh Untuk Angkut Sampah dari Lautan

Dalam forum konperensi teknologi terbesar di Asia, Seoul Digital Forum, seorang anak muda Boyan Slat (20 tahun), CEO dan Pendiri The Ocean Cleanup mengumumkan rencana perusahaannya untuk mengoperasikan alat pembersih plastik di lautan yang akan mulai bekerja pada triwulan kedua 2016. Kawasan yang dipertimbangkan akan dibersihkan pertama kali adalah lepas pantai Tsushima, sebuah pulau yang terletak di antara kepulauan Jepang dan semenanjung Korea Selatan.

Alat ini mempunyai rentang panjang sekitar 2 kilometer, yang akan menjadi struktur terpanjang di dunia yang mengambang di lautan, mengalahkan Tokyo Mega-Float yang “hanya” satu kilometer. Direncanakan, alat tersebut akan beroperasi selama dua tahun, mengambil sampah-sampah plastik di lautan sebelum sampah tersebut mencapai pantai. Saat ini, pemerintah lokal pulau Tsushima sedang mengkaji apakah plastik bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Proses kerja alat penyapu sampah di lautan dilihat dari atas. Foto : theoceancleanup.com
Proses kerja alat penyapu sampah di lautan dilihat dari atas. Foto : theoceancleanup.com

Jepang, yang merupakan negara kepulauan, sudah lama mencari cara untuk mengatasi sampah plastik di laut yang sangat masif. Rata-rata satu meter kubik sampah per tahun dibuang oleh tiap individu di Jepang saat ini. Jika percobaan pertama ini berhasil, maka alat sepanjang 100 km akan dipasang membentang untuk menjaring sampah plastik di Great Pacific Garbage Patch, sebuah kawasan di antara Hawaii dan California.

Konsep yang ditawarkan Boyan, 'menangkap' plastik di lautan dengan membentangkan
Konsep yang ditawarkan Boyan, ‘menangkap’ plastik di lautan dengan membentangkan jaring raksasa di lepas pantai pulau Tsushima. Sumber: The Ocean Cleanup.com

“Kalau kita mengangkat sampah-sampah plastik dari lautan menggunakan kapal, entah berapa ribu tahun sampah-sampah itu akan terangkat,” tutur Boyan. Anak muda ini mulai memikirkan ide pembersihan laut saat sedang diving di perairan kepulauan Yunani. Saat itu dia terkejut saat menjumpai banyak sampah plastik di lautan, dan tak seorangpun yang peduli, apalagi punya solusi.

Dalam prakteknya, alat yang dikembangkan Boyan akan tersambung dengan pembatas yang tersambung hingga dasar laut, yang akan menangkap sampah mengambang kemudian mengumpulkannya. Plastik-plastik tersebut akan bergerak merambat mengikuti pembatas menuju sebuah platform yang telah disediakan untuk selanjutnya diekstraksi. Desain Boyan ini mendapat penghargaan Best Technical Design dari Delft University of Technology, Belanda.

Dalam 30 hingga 40 tahun terakhir ini, berjuta-juta ton plastik telah membanjiri lautan di dunia. Produksi plastik global saat ini mencapai 288 juta ton per  tahun, dan sekitar 10 persen darinya  langsung menuju lautan. Sisanya, sekitar 80 persen sampah yang berasal dari daratan, seperti sampah plastik apapun yang kita buang di jalanan, kemudian tersapu ke sungai dan kemungkinan akan menuju ke lautan sebagai tujuan akhirnya.

Meski begitu, ide ini juga tidak sepenuhnya didukung oleh para ahli kelautan dunia. Dr. Kerry Howell, seorang peneliti laut dalam dari University of Plymouth, Inggris menyatakan bahwa sampah plastik tak hanya mengambang, tapi bahkan melayang di bagian lautan dalam sekalipun. Isu lain adalah jika ide ini benar-benar dikembangkan, tentu sedikit banyak akan mengganggu keseimbangan kehidupan biologi laut, terutama ikan-ikan yang berada di permukaan laut.

Sementara itu Prof. Richard Thomson, salah satu kolega Howell menyebut pembersihan sampah di lautan bukanlah suatu prioritas. “Cukup aneh ketika kita fokus untuk mengangkat sampah dari lautan sedangkan di saat yang sama kita bisa mencegah sampah di daratan menuju ke lautan. Rasanya itu jauh lebih penting,“ demikian argumennya.

Tampak atasSampah di lautan, menjerat seekor penyu yang berenang diantara lautan sampah. Sumber: NOAA
Tampak atas: foto yang mengabadikan berbagai sampah yang ada di lautan. Tampak bawah: foto yang menunjukkan lautan sampah di samudera menjerat seekor penyu yang sedang berenang. Foto credit: J.A van Franeker/IMARES (atas), NOAA (bawah)

Sampah di lautan, menjerat  seekor penyu yang berenang diantara lautan sampah. Sumber: NOAA

Boyan sendiri tampaknya tidak ambil pusing dengan berbagai komentar terhadap idenya. Sudah sering dia mendengar semua jenis masukan dan tentangan dari berbagai pihak yang justru membuat dia semakin bersemangat dan menuntaskan proyek besarnya.

“Hampir semua orang mengatakan bahwa, tidak ada yang bisa kita perbuat jika plastik sudah mencapai lautan. Saya tertantang untuk membuktikan sebaliknya.”

Saat ditanya mengapa tidak memulai membersihkan sungai dulu, Boyan menjawab, “Saya memang memilih yang sulit dulu, lautan.“

Apakah ‘ambisi’ anak muda ini bisa berhasil? Apakah sistem yang dikembangkannya akan benar-benar bisa berfungsi? Mari kita nantikan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,