,

Jaga Ekologi di DAS Musi, Hutan Tropis Kembangkan Pertanian Organik

Hutan Tropis memang bukan sebatas kelompok musik. Selain menelurkan sebuah album yang berisikan lagu-lagu bertema lingkungan, melakukan pendidikan musik lingkungan hidup dan penanaman pohon, kini grup ini mengembangkan pertanian padi dan sayuran organik.

“Kami dipercaya mengelola persawahan padi seluas satu hektar untuk pengembangan padi organik,” kata Jemi Delvian, vokalis Hutan Tropis, saat menunjukkan persawahan tersebut yang terletak di Desa Bintuhan, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Rabu (27/05/2015).

Selain itu, di sekitar persawahan yang terdapat dua rumah panggung—satu sebagai tempat tinggal dan satu sebagai penyimpanan padi—akan dikembangkan kebun sayuran organik dan perikanan.

“Ini tantangan sendiri bagi Hutan Tropis. Sebab menjaga lingkungan hidup, bukan hanya mencegah kebakaran atau kerusakan hutan, melakukan penanaman pohon. Tapi juga menjaga pangan yang bebas dari racun, bebas berbagai penyakit, dan tidak merusak kualitas tanah,” ujarnya.

Namun, kata Jemi, guna mewujudkan hal tersebut, langkahnya tidak mudah. Selain membutuhkan pengelola yang paham dengan pertanian organik, juga harus didukung oleh penyediaan pupuk organik, serta pembibitan yang dikembangkan secara organik pula.

“Saat ini yang ada selain lahan adalah tenaga yang siap mengelola. Yang cukup berat penyediaan pupuk dan pembasmi hama organik. Sebab, masih harus dibeli, termasuk bibit tanaman,” katanya. “Semoga ada pihak yang tertarik dan mendukung upaya kami ini,” tambahnya.

Persawahan yang dikelilingi perbukitan yang merupakan DAS Sungai Musi. Foto: Taufik Wijaya
Persawahan yang dikelilingi perbukitan yang merupakan DAS Sungai Musi. Foto: Taufik Wijaya

Kenapa organik?

Ada beberapa alasan pengembangan pertanian organik yang akan dilakukan Hutan Tropis di Desa Bintuhan.

Pertama, produksi pertanian dari sejumlah wilayah di Sumatera Selatan, seperti halnya di Desa Bintuhan, kualitasnya mulai menurun akibat terlalu sering menggunakan pupuk non-organik maupun racun pembunuh hama.

Kedua, Desa Bintuhan merupakan salah satu wilayah DAS Musi, yang kini kualitas air dan tanahnya kian menurun akibat penggunaan pupuk non-organik maupun racun hama.

Ketiga, pertanian organik secara ekonomi lebih menguntungkan dibandingkan pertanian non-organik. “Sebab tidak lagi tergantung dengan pupuk dan racun non-organik yang begitu mahal, serta harga hasil pertanian organik juga lebih tinggi di pasaran,” ujarnya.

“Tepatnya, pertanian organik yang akan kita kembangkan, pada akhirnya akan menjadi contoh bagi para petani di Desa Bintuhan,” kata Jemi.

Luas persawahan dan perkebunan milik masyarakat Desa Bintuhan dan sekitarnya, sekitar 100 hektar. Perkebunan yang dikembangkan yakni kopi yang juga menggunakan pupuk dan racun non-organik.

“Selama ini kita sudah mengembangkan perkebunan buah organik seperti duku, manggis, rambutan, dan durian. Banyak yang telah menikmatinya. Baik dari masyarakat desa, keluarga, pejabat pemerintah, atau kawan-kawan Hutan Tropis yang sempat mengunjungi Desa Bintuhan,” kata alumni Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini.

Kolam ikan yang berada di dekat lahan sayuran dan tanaman lainnya di sekitar pondok. Foto: Taufik Wijaya
Kolam ikan yang berada di dekat lahan sayuran dan tanaman lainnya di sekitar pondok. Foto: Taufik Wijaya
Pondok di sekitar persawahan. Foto: Taufik Wijaya
Pondok di sekitar persawahan. Foto: Taufik Wijaya

Kelompok Tani

JJ Polong dari Universitas Sriwijaya mengatakan pengembangan pertanian organik secara ekonomi jauh lebih menguntungkan. “Biaya produksi jauh lebih rendah karena tidak lagi tergantung dengan pupuk non-organik, sementara harga jualnya lebih tinggi,” katanya.

Namun, Polong mengharapkan pengembangan pertanian organik yang akan dikembangkan Hutan Tropis harus bersifat kelompok, sehingga persawahan atau perkebunan dalam satu wilayah benar-benar organik, “Jika hanya sebagian organik, tetap riskan terkena pupuk atau obat-obatan non-organik, seperti dibawa angin atau aliran air,” katanya.

Di sisi lain, pengembangan pertanian organik secara kelompok juga mampu meningkatkan perbaikan lingkungan secara luas, dan meningkatkan perbaikan ekonomi secara menyeluruh pada masyarakat.

Terhadap pengembangan pertanian organik kelompok ini memang menjadi tujuan dari Hutan Tropis. “Karena masyarakat desa itu cenderung membutuhkan bukti, jadi kita mulai dari kelompok kecil. Jika ini berjalan baik, kami yakin masyarakat akan bergabung. Kita memang berkeinginan membawa kesejateraan petani secara luas, sambil menjaga lingkungan, khususnya hutan,” kata Jemi.

Aliran air persawahan yang bercampur dengan pupuk maupun racun hama nonorganik. Foto: Taufik Wijaya
Aliran air persawahan yang bercampur dengan pupuk maupun racun hama non-organik. Foto: Taufik Wijaya
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,