, ,

Indonesian Peatland Network Toolbox, Kotak Interaktif Perihal Lahan Gambut

Lahan gambut merupakan ekosistem unik sekaligus rentan. Mengapa? Karena tanah organik yang terbentuk selama ribuan tahun dari akumulasi serasah tumbuhan ini adalah tempat penyimpanan sempurna karbon di daratan.

Ekosistem lahan gambut memegang peranan penting dalam hal mitigasi perubahan iklim. Ini dikarenakan simpanan karbonnya mencapai lima kali lebih banyak dibandingkan yang dimiliki hutan tropis.

Lalu mengapa lahan gambut rentan? Alasannya adalah ekosistem lahan gambut mengalami tekanan hebat karena masih dianggap sebagai lahan yang kurang memberikan kontribusi dalam keseharian. Akibatnya, lahan gambut begitu mudah dialihfungsikan. Sementara, bila lahan ini rusak, akan begitu sulit untuk dipulihkan ke kondisi idealnya seperti semula.

Meski penting, namun pemahaman kita mengenai potensi penyimpanan karbon hutan lahan gambut tropis ini sangat minim. Termasuk pengetahuan akan besarnya risiko dari pelepasan emisi ke atmosfer saat gambut dikeringkan, dikonversi, dan dibakar untuk dijadikan lahan pertanian.

Daniel Murdiyarso, peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menuturkan, proses akumulasi karbon yang lambat tersebut dapat menyusut dengan cepat ketika ekosistem terganggu melalui konversi, drainase, dan pembakaran. “Akibatnya, ketika rawa gambut dikeringkan, dikonversi, dan dibakar maka sejumlah besar karbon yang tersimpan akan dilepaskan ke atmosfer.”

Berdasarkan data penelitian CIFOR, lahan gambut berhutan pantai terbentuk sekitar 5 ribu tahun sedangkan lahan gambut daratan telah terakumulasi selama 13 ribu tahun. Sangat beralasan pula bila konversi dan alih fungsi lahan terhadap ekosistem gambut ini harus dilakukan ekstra hati-hati.

Untuk meningkatkan kesadaran masyakarak dan semua pihak akan pentingnya lahan gambut, CIFOR berupaya memberikan informasi yang akurat mengenai lahan gambut Indonesia.

Upaya bersama ini dilakukan melalui Indonesian Peatland Network (IPN), jejaring ilmiah yang dibentuk oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) dan Indonesian Climate Change Center (ICCC) yang dulunya berada di bawah Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dan didukung oleh US Forest Service – International Program.

Salah satu bentuknya adalah dengan menyusun perangkat pelatihan (Toolbox) berbentuk pembelajaran daring/online tentang lahan gambut Indonesia yang dinamakan Indonesian Peatland Network Toolbox (IPN Toolbox).

Sejauh mana peranan IPN Toolbox ini terhadap lahan gambut Indonesia, berikut petikan wawancara Mongabay Indonesia dengan Daniel Murdiyarso di Bogor, belum lama ini.

Daniel Murdiyarso,  peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR). Foto: Rahmadi Rahmad
Daniel Murdiyarso, peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR). Foto: Rahmadi Rahmad

Mongabay: Bisa dijelaskan mengenai Indonesian Peatland Network?

DanielIndonesian Peatland Network (IPN) merupakan jejaring ilmiah yang dibentuk oleh CIFOR dan Indonesian Climate Change Center (ICCC) yang didukung oleh US Forest Service-International Program.

Fungsi dan peranan ICCC yang sebelumnya berada di bawah Dewan Nasional Perubahan Iklim bersama Badan Pelaksana REDD+ saat ini dikoordinasikan di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Melalui jejaring ini diharapkan akan terjadi interaksi yang produktif antara peneliti, praktisi, dan ahli gambut Indonesia. IPN akan memfasilitasi proses tersebut melalui berbagai forum dan kesempatan.

Mongabay: Toolbox itu sendiri, apa saja materinya?

Daniel: Toolbox merupakan perangkat pelatihan yang berisikan materi ceramah berbentuk PowerPoint yang ditujukan untuk memahami tantangan dan peluang lahan gambut di Indonesia beserta kaitannya dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Toolbox tersebut tersedia secara online untuk kalangan akademisi, praktisi, maupun masyarakat umum. Bahkan, disajikan pula dalam versi bersuara sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran guna menyampaikannya secara lisan. Patut dicatat, Toolbox ini hanya sebagai media pelatihan, bukan untuk menurunkan emisi karbon!

Dalam IPN Toolbox ini terdapat 18 topik yang dikelompokkan dalam empat tema besar yang dapat digunakan sebagai rujukan mengenai distribusi, status dan aspek legal lahan gambut di Indonesia; metodologi penilaian karakteristik lahan gambut; ekosistem lahan gambut tropis; serta peranan lahan gambut dalam perubahan iklim.

Mongabay: IPN Toolbox ini merupakan salah satu produk dari SWAMP. Maksudnya?

Daniel: SWAMP singkatan dari Sustainable Wetlands Adaptation Mitigation Program yang merupakan kerja sama penelitian antara CIFOR dengan USDA Forest Service, dan Oregon State University yang didukung oleh US Agency for International Development (USAID) dan US States Department.

SWAMP bertujuan memberikan informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan untuk para pengambil keputusan dalam menggariskan kebijakan terkait penggunaan lahan basah untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Informasi tersebut berupa emisi, cadangan karbon, model, dan informasi spasial tentang lahan basah yang disampaikan melalui berbagai forum konsultasi ilmiah.

Alasan kuat mengapa lahan gambut harus dipertahankan. Sumber: Presentasi Daniel Murdiyarso
Alasan kuat mengapa lahan gambut harus dipertahankan. Sumber: Presentasi Daniel Murdiyarso

Mongabay: Mengapa lahan gambut yang dipilih sebagai topik ini?

Daniel: Dalam kaitannya dengan isu perubahan iklim, gambut ini penting karena ekosistem ini mengandung ekosistem yang sangat tinggi, lima hingga delapan kali dibanding hutan tropis. Proses ini terbentuk 5-13 ribu tahun yang lalu. Jadi cadangannya sangat besar dan dibentuknya juga begitu lama.

Namun, ketika lahan ini diganggu akibat dikonversi, maka akan hilang dalam hitungan puluhan tahun saja. Jadi, gambut ini memang penting dan sangat menarik dalam kaitannya dengan climate change ini.

Dari sini, kita belajar dari A sampai Z mengenai lahan gambut di Indonesia. Dan harus diketahui, Toolbox ini merupakan salah satu produk dari IPN selain dari publikasi maupun pelatihan yang ada.

Mongabay: Hal yang ingin dicapai di masa mendatang melalui IPN Toolbox?

Daniel: Versi yang sekarang kita namakan Beta Version atau versi awal. Kami masih menantikan feedback dari semua pihak terkait kekurangan dan hal lainnya agar lebih baik kedepan. Karena ini terus berkembang, bisa jadi akan ada versi dua dan isu yang berbeda juga.

Masyarakat dipersilakan untuk mengaksesnya, dengan catatan harus mencantumkan sumber aslinya. Dan masyarakat juga dipersilakan menyumbangkan pikirannya di Toolbox ini demi tata kelola gambut Indonesia yang lebih baik.

Materi IPN Toolbox ini dapat diunduh secara gratis dengan mengakses http://www.cifor.org/ipn-toolbox/.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,