,

Asap Mulai Selimuti Riau, Titik Api Terditeksi di Konsesi Perusahaan sampai Kawasan Konservasi

Titik-titik api mulai terdeteksi di Riau sejak beberapa hari terakhir menyebabkan sejumlah kabupaten-kota mulai diselimuti kabut asap bahkan kualitas jarak pandang mengalami penurunan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyebutkan,  kabut asap terlihat di Pekanbaru dini hari hingga pagi dengan jarak pandang lima kilometer, Kabupaten Pelawan dan Kota Rengat jarak pandang lebih rendah, empat kilometer.

Paragusan Gurning, warga Pekanbaru mengeluhkan kabut asap tebal tiba-tiba menyelimuti kota pagi ini. Dia membagi foto kabut dari teras lantai dua rumah melalui akun Facebook. “Aku kira kayak tetangga bakar sampah. Kemarin-kemarin ndak setebal ini dan ndak bau. Ini terasa. Kayaknya bisa jadi dekat atau yang terbakar bisa banyak. Bau arang itu terasa,” katanya kepada Mongabay.

Jarak pandang di Dumai lebih pendek hanya satu kilometer. Menurut BMKG, bukanlah kabut asap melainkan embun. Keterangan berbeda disampaikan Hamid, warga Dumai. Dia mengatakan,  jarak pandang pendek beraroma khas kebakaran hutan gambut.

“Malam pukul 11.00 tekanan udara agak rendah. Jadi malam baru muncul kabut. Biasalah macam bau terbakar. Dari lampu jalan nampak betul.”

Kabut tebal di Dumai disinyalir arah angin bertiup dari selatan ke utara dan timur laut. Dumai terletak pesisir utara Riau. Jika kebakaran berlangsung luas, diperkirakan asap menutup Dumai sampai ke Singapura dan Malaysia.

“Karena mungkin titik api (sekarang) belum banyak, asap masih terdistersi di daerah kita. Belum sampai di Singapura dan Malaysia, asap sudah terdistersi di Selat Melaka,”  kata Slamet Riyadi, Kasi Data dan Informasi BMKG Pekanbaru.

Berdasarkan satelit Terra Aqua, titik panas terpantau Selasa pagi (30/6/15) mencapai 45 titik. Paling banyak di Kabupaten Pelalawan (17), Bengkalis (15), Siak (4), Indragiri Hulu dan Rokan Hilir masing-masing 3 titik, Dumai (2) dan Kepulauan Meranti (1). Jumlah ini berkurang dibandingkan sehari sebelumnya, 59 titik. “Pelalawan masih terbanyak diikuti Rokan Hilir.”

Menurut Slamet, awan mulai terbentuk di sekitar Dumai tetapi secara umum sampai minggu depan udara di Riau, masih kering. Kalaupun terjadi hujan sangat ringan. Suhu udara cukup tinggi sekitar 34,5 derajat celsius, rata-rata suhu pada bulan Juni 33 derajat celsius. Namun suhu ini tidaklah termasuk ekstrim.

“Suhu ekstrim itu kalau kenaikan tiga derajat di atas suhu rata-rata. Prediksi kita terjadi sampai minggu ketiga Agustus.”

Titik api di konsesi perusahaan

Sedangkan Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) mengeluarkan analisa titik panas dalam peta gambut, yang menyebutkan ada 43 titik panas di gambut periode pemantauan 16-21 Juni 2015.

Sebanyak 13 titik panas pada kawasan gambut dengan kedalaman lebih empat meter, delapan titik panas di gambut kedalaman dua sampai empat meter. Pada gambut kedalaman satu sampai dua meter hanya enam titik dan satu di hamparan kedalaman gambut satu meter. Titik panas juga terpantau 15 titik di tanah mineral atau non gambut.

“Ini titik panas belum tentu api. Mungkin ada indikasi api. Titik panas banyak terpantau di gambut paling dalam. Gambut dengan kedalaman empat meter ini seharusnya basah malah terpantau titik panas. Maka ini harus dicek,”  kata Rahmaidi Azani, GIS Jikalahari.

Jikalahari melakukan overlay titik panas ke peta konsesi. Ternyata hampir seluruh titik panas terdeteksi di konsesi milik dua perusahaan pulp besar Indonesia yakni APRIL dan APP. Padahal kedua perusahaan punya kebijakan zero burning.

Titik panas juga terpantau di kawasan lindung seperti Tesso Nilo, Suaka Margasatwa Bukit Rimbang, Bukit Baling dan hutan lindung Bukit Suliki.

“Kita juga pantau hutan konservasi. Ada yang menarik. Titik panas terdeteksi di Tesso Nilo, beberapa minggu pemantauan. Minggu pertama Juni titik api di sana, minggu ketiga ada lagi. Tidak jauh dari titik pertama.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,