, ,

Mengoleksi Tumbuhan Pegunungan Jawa di Kebun Raya Baturraden

Mendengar nama Baturraden, kebanyakan orang langsung mengerti jika kawasan itu adalah tempat wisata. Baturraden yang berada di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) sejak lama memang terkenal dengan wisata alamnya karena berlokasi di lereng selatan Gunung Slamet. Udaranya yang sejuk dilengkapi dengan sejumlah air terjun dan pemandian air panas.

Tetapi kini Baturraden tak hanya wisata alam, namun juga menawarkan wisata pendidikan dan konservasi. Itu nanti bakal disajikan Kebun Raya Baturraden yang rencananya di-launching pada Oktober 2015 mendatang. Meski belum diresmikan, tetapi kebun raya tersebut sudah mulai tertata. Karena di lokasi setempat telah ada spot-spot yang mendukung Kebun Raya Baturraden untuk mendukung tematik “Tanaman Pegunungan Jawa.”

kbr1

“Dengan adanya tematik tanaman pegunungan Jawa, maka pengelola Kebun Raya Baturraden mulai mengumpulkan beragam flora khas pegunungan. Tentu yang pertama dikumpulkan adalah tanaman dan pepohonan khas di Gunung Slamet. Selain itu, kami juga mengumpulkan bermacam tanaman lainnya dari sejumlah pegunungan di Jawa,”ujar Andika Andi Krisna, petugas Registrasi Koleksi Kebun Raya Baturraden, Kamis (16/7).

Dijelaskan oleh Andika, berbagai macam koleksi yang mulai dikoleksi di Kebun Raya Baturraden di antaranya berasal dari dan lainnya. “Jadi, kami ingin, nantinya Kebun Raya Baturraden menjadi tempat koleksi flora yang tumbuh di gunung-gunung di Jawa. Sampai sekarang, kami masih mencari tanaman yang khas agar dapat dikembangan di Kebun Raya Baturraden,”jelas Andika.

Menurutnya, berbagai macam flora yang telah dikumpulkan di antaranya adalah tumbuhan paku, anggrek, kantung semar, tanaman obat dan lainnya. “Berbagai macam tumbuhan tersebut saat sekarang telah ditata sedemikian rupa sesuai dengan tempatnya. Jadi ada spot-spot tanaman yang telah dikelompokkan. Misalnya saja ada lokasi tanaman herbal atau taman liliana,”katanya.

Peneliti LIPI yang menjadi pendamping di Kebun Raya Baturraden, Nuri Jilma Megawati, menunjukkan sejumlah lokasi yang kini menjadi tempat pengembangan flora untuk kebun raya. “Kalau di sini, merupakan tempat koleksi anggrek. Banyak ragam anggrek yang ada di sini. Tidak hanya yang khas dari Gunung Slamet, melinkan juga daerah pegunungan lainnya,”kata Mega, panggilan akrab Nuri Jilma Megawati.

Ia mengungkapkan bersama dengan pekerja kebun raya lainnya, ia melakukan perbanyakan koleksi. “Tidak hanya anggrek yang menjadi koleksi Kebun Raya Baturraden, tetapi juga ada kantung semar yang macam-macam spesiesnya. Ada juga lokasi pengembangan tanaman obat. Namun sampai sekarang belum terlalu tinggi pohonnya, salah satunya disebabkan karena sinar matahari yang tidak langsung akibat terhalang tegakan hutan damar,”ujarnya.

Namun, lanjut Mega, tidak ada masalah yang berat, karena koleksi tanaman herbal yang ditanam tetap dapat tumbuh. “Harus benar-benar dirawat setiap harinya, sehingga seluruhnya akan dapat berkembang dengan baik,”kata Mega yang didampingi sejumlah temannya melakukan pengecekan seluruh tanaman setiap harinya.

Hingga kini, lanjut Mega, Kebun Raya Baturraden memiliki koleksi 116 suku, 396 marga, 571 spesies, 2.637 spesimen. Jumlah tersebut, katanya, dimungkinkan akan terus bertambah untuk menambah koleksi untuk melengkapi tanaman dan tumbuhan koleksi dari pegunungan di Jawa. “Masih cukup banyak koleksi yang bakal dikumpulkan. Idealnya memang dari seluruh pegunungan di Jawa dapat dikumpulkan di sini,”tambahnya.

Sejarah Kebun Raya

Menurut Kepala Seksi Tata Usaha Kebun Raya Baturraden Sumanto ide adanya kebun raya diawali saat Megawati Soekarno Putri yang saat itu jadi Wapres menutup Jambore Nasional tahun 2001. “Ketika itu, ada ide dari Ibu Megawati mengenai pembangunan kebun raya. Setahun kemudian, Pemprov Jateng membentuk Tim Khusus untuk merintis pembangunan kebun raya dengan melakukan studi kelayakan,”kata Sumanto.

Dengan difasilitasi pengelola Kebun Raya Bogor, maka mulai 2002 dimulai eksplorasi dan pengiriman bibit dari Kebun Raya Bogor. “Dari usulan Gubernur Jateng, maka keluarlah SK Menteri Kehutanan No 117/Menhut-II/2004 tanggal 19 April 2004. Isinya adalah Penunjukkan Kawasan Hutan Produksi Terbayas seluas 150 Ha di Banyumas sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) untuk hutan penelitian dan pengembangan serta pendidikan lingkungan dalam bentuk Kebun Raya Baturraden,”paparnya.

Ia melanjutkan, pada 29 Desember 2004 dilaksanakan peresmian, penanaman perdana, dan penandatanganan nota kesepahaman antara Kepala Litbang Kehutanan Departemen Kehutanan, Gubernur Jateng, Kepala LIPI, Dirut Perum Perhutani dan Bupati Banyumas. MoU tersebut mengenai kolaborasi pengelolaan Kebun Raya Baturraden. “Guna meningkatkan status hukum kawasan, Menhut menerbitkan SK Menhut No 85/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus untuk Hutan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan Lingkungan dalam bantuk Kebun Raya Baturraden seluas 143,5 ha,”katanya.

Untuk menjadi kebun raya seperti Bogor, membutuhkan waktu panjang. Namun demikian, lanjut Sumanto, menurut rencana Kebun Raya Baturraden bakal di-launching pada Oktober 2015 mendatang. Kebun raya yang berlokasi sekitar 15 km dari pusat Kota Purwokerto tersebut memiliki ketinggian antara 600-750 meter di atas permukaan laut (mdpl). Temperatur lokasi Kebun Raya Baturraden cukup sejuk, berkisar antara 20-30 derajat Celcius. Curah hujan di tempat ini cukup tinggi, berkisar antara 5 ribu hingga 6 ribu milimeter (mm) per tahun.

Salah satu tempat di kawasan Kebun Raya Baturraden dengan koleksi tanaman gunungnya. Foto : L Darmawan
Salah satu tempat di kawasan Kebun Raya Baturraden dengan koleksi tanaman gunungnya. Foto : L Darmawan

Kebun Raya Baturraden akan difungsikan sebagai lembaga konservasi yang melakukan usaha koleksi, pemeliharaan dan penangkaran berbagai jenis tumbuhan untuk membentuk dan mengembangkan habitat baru. Selain itu, juga sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, pengembangan iptek serta sarana rekreasi yang sehat. “Hingga kini, Kebun Raya Baturraden telah dijadikan sebagai tempat riset para mahasiswa khususnya taksonomi tumbuhan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Negeri Semarang,”kata Sumanto.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,