Hiu Martil juga Bisa “Terbang”

Hiu martil pastinya hidup di perairan. Di Indonesia terdapat tiga jenis hiu martil (Sphyrna spp) yang dilindungi yaitu Sphyrna lewini, Sphyrna zygaena, dan Sphyrna mokarran. 

Namun perlu dicatat, aturan perlindungan tersebut barulah larangan ekspor, bukan larangan penangkapan. Mengapa demikian? Karena, Pemerintah Indonesia masih menganggap hiu sebagai sumber daya perikanan, sebagaimana jenis ikan yang ada di negara kita. Aturan penangkapan hiu untuk diambil siripnya ini tertera dalam Kepmen KKP Nomor 59 Tahun 2014 tentang pelarangan sementara ekspor sirip hiu martil dan hiu koboi sejak 11 Desember 2014 hingga 30 November 2015.

Sementara pada tataran internasional, larangan perdagangan hiu disepakati dalam Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Liar (CITES) di Bangkok pada 2013. Empat jenis hiu tersebut (hiu martil dan hiu koboi) masuk dalam Apendiks II CITES, yang penangkapannya harus dalam pengawalan ketat.

Kenapa disebut hiu martil? Hiu yang dalam bahasa Inggris dipanggil Hammerhead Shark ini memang memiliki bentuk kepala seperti martil bila dilihat dari satu sisi. Uniknya lagi, mata dan lubang hidungnya justru berada di ujung kepala.

Hiu martil yang memiliki kemampuan luar biasa yaitu dapat menemukan partikel di air 10 kali lipat dibanding hiu lainnya. Sumber: Wikipedia Commons

Bentuk kepalanya yang seperti martil inilah yang membuat hiu mampu berbelok dengan tepat. Kepalanya yang berbentuk palu ini juga membuatnya dapat mencium lebih jauh dan meningkatkan kemampuannya menemukan partikel di air 10 kali lipat ketimbang jenis hiu lainnya.

Bila dianalogikan, bentuk kepalanya yang aneh itu sebagaimana antena yang ada pada serangga. Kemampuan luar biasa lainnya adalah hiu martil ini memiliki organ penginderaan khusus yang dinamakan electroreceptors atau jaringan penuh pori-pori.

Sensor ini dinamakan juga ampullae of Lorenzini, diambil dari nama Stefano Lorenzini, orang yang pertama kali menjelaskan temuan ini pada 1678. Dengan sensor tersebut, hiu martil dapat mencari mangsanya berupa ikan, cumi-cumi, dan udang-udangan lebih efektif. Bahkan, ia juga mampu mendeteksi medan listrik di air dengan sensitivitas rendah sekalipun.

P1 HH Hammerhead, pesawat tanpa awak yang awalnya pesawat komersial P-180 Avanti II. Sumber: P1hh.piaggioaerospace.it
P1 HH Hammerhead, pesawat tanpa awak yang awalnya pesawat komersial P-180 Avanti II. Sumber: P1hh.piaggioaerospace.it

Ternyata, bentuk tubuh hiu martil di laut ini dapat kita lihat dalam rupa pesawat terbang bernama P1 HH Hammerhead. Adalah Piaggeo Aero Industries, Italia, yang mengembangkan pesawat tak berawak jarak jauh Hammerhead yang awalnya merupakan pesawat komersial jenis P-180 Avanti II.

Hammerhead telah melakukan penerbangan perdananya pada Februari 2013 dari Pangkalan Udara Trapani-Birgi, Sisilia, Italia.

Pesawat tanpa awak ini memang dirancang untuk kegiatan operasi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (intelligence, surveillance and reconnaissance/ISR). Ini terlihat dari kemampuan dan daya jangkaunya yang jauh, kecepatannya saat operasi, dan kelebihan lainnya yang mengalahkan kemampuan pesawat tanpa awak lainnya.

Hammerhead dapat terbang dengan kecepatan maksimal 395 KTAS dan kecepatan minimal sekitar 135 KTAS. Daya tahan terbangnya selama 16 jam pada ketinggian 45 ribu kaki.

Secara keseluruhan, pesawat ini memiliki bentang sayap 15,6 m, panjang 14,4 m, dan tinggi 3,98 m. Berat maksimum lepas landas adalah 6.146 kg.

Tampilan P1 HH Hammerhead mengingatkan kita akan hiu martil, sebagaimana namanya. Sumber: P1hh.piaggioaerospace.it
Tampilan P1 HH Hammerhead mengingatkan kita akan hiu martil, sebagaimana namanya. Sumber: P1hh.piaggioaerospace.it
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,