, ,

Begini Aksi Nyata Slank Peduli Konservasi Yaki Dan Terumbu Karang

Siapa tak kenal Slank? Band rock n roll terkenal ini ternyata tidak hanya piawai dalam bermusik, tetapi juga punya kepedulian dan terlibat dalam konservasi lingkungan di Sulawesi Utara.  Misalnya, sejak 2013, mereka telah bersepakat untuk menjadi Yaki Ambassador (Duta Yaki). Kemudian, secara individual, Kaka, vokalis Slank, pernah membuat petisi yang berisi penolakan pertambangan di pulau Bangka, Minahasa Utara.

Keterlibatan Slank sebagai Duta Yaki disebabkan karena keprihatinan mereka pada penurunan populasi yaki (Macaca nigra) dalam 30 tahun terakhir. Padahal, monyet berpantat merah ini hanya bisa ditemui di Sulawesi Utara.

“Kami tergugah karena teman-teman dari Yayasan Selamatkan Yaki memberi input kepada kita bahwa yaki adalah satwa endemik, yang cuma ada di Sulawesi Utara. Kita orang Indonesia, siapa lagi yang mau jagain yaki, ‘sesepuh’ kita,  kalau bukan kita?” ujar Kaka dalam jumpa pers terkait keterlibatan slank dalam program konservasi terumbu karang dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Save Our Litorral Life (SOLL), yang dipusatkan di Pantai Malalayang, Manado, Sulut pada Minggu (16/08/2015).

Sementara itu, Ivanka pembetot bass, menyatakan, pentingnya keterlibatan Slank dan slankers pada kampanye penyelamatan yaki. Sebab, saat ini banyak satwa di Indonesia berada dalam ancaman kepunahan, salah satunya yaki. “Kita tahu, setelah dia lahir butuh waktu 2 tahun setidaknya untuk lahir 1 bayi yaki lagi. Ya, kalau habis di Sulawesi Utara berarti di seluruh dunia sudah tidak bisa ditemukan yaki lagi,” terang Ivanka.

Bimbim, drumer sekaligus pendiri Slank, berpesan kepada slankers, penggemar fanatik mereka, untuk melibatkan diri dalam isu-isu pelestarian satwa endemik ini. Keterlibatan slankers dinilai dapat membantu memberi penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya eksistensi yaki.

“Slankers bisa jadi agen pelindung yaki yang menyebarkan ke temen-temennya, ke saudaranya, ke kampungnya, ngajak mereka semua untuk peduli. Jangan ditumis yakinya. Jangan lagi ada yaki di pasar ekstrim. Hutannya juga  jangan diganggu, ntar banjir lagi,” demikian pesan drumer bernama asli Bimo Setiawan Al Machzumi.

Sebagai Duta Yaki, Slank mengajak fans fanatik mereka, Slankers, dan masyarakat luas untuk ikut peduli terhadap keberadaan yaki, primata endemik Sulawesi Utara. Mereka prihatin dengan penurunan populasi yaki dalam 30 tahun terakhir.  Foto : Themmy Doaly
Sebagai Duta Yaki, Slank mengajak fans fanatik mereka, Slankers, dan masyarakat luas untuk ikut peduli terhadap keberadaan yaki, primata endemik Sulawesi Utara. Mereka prihatin dengan penurunan populasi yaki dalam 30 tahun terakhir. Foto : Themmy Doaly

Ia berpendapat, masyarakat luas penting mendapat edukasi terkait pelestarian satwa endemik. Sebab, selama ini, Bimbim menyaksikan sejumlah pandangan yang salah, khususnya mengenai perilaku konsumsi satwa dilindungi.

“Memang harus diedukasi, sih. Kayak di Bali kebiasaan makan penyu, dengan mitos-mitos, budaya dan agama. Tapi, setelah dicari nggak ada hubungannya sama sekali. Itu cuma pembenaran. Makan kelinci aja nggak tega, apalagi yaki yang bentuk tubuhnya mirip manusia, lucu, fun. Jadi, kita biasakan makan yang wajarlah,” kata Bimbim ketika ditemui di Manado.

Stop Pertambangan

Kaka sempat menyinggung pentingnya penyelamatan pulau Bangka dari pertambangan, serta latar belakang keterlibatannya dalam pembuatan petisi online beberapa waktu silam.

Lelaki bernama asli Akhadi Wira Satriaji ini memberi analogi pulau Bangka seperti taman bermain yang terancam digusur. Sebagai orang yang beberapa kali merasakan keindahan alam bawah laut di sana, Kaka merasa perlu melibatkan diri dalam gerakan penyelamatan pulau Bangka.

“Jadi, hati kecil merasa sedih dan sayang. Pas waktu itu saya ada di Bangka dan ada informasi pulau ini akan jadi areal pertambangan. Yang saya tahu, ada beberapa regulasi yang tidak memenuhi syarat. Wah, ini nggak bener.”

Pembuatan petisi tadi, diakui Kaka, merupakan upaya untuk membentuk kesadaran masyarakat bahwa terjadi penyalahgunaan wewenang, khususnya terkait pemberian izin pertambangan di pulau Bangka. Meski demikian, ia menampik tudingan anti terhadap aktifitas pertambangan. Menurut Kaka, perusahaan tambang boleh beraktifitas asal mengikuti aturan yang berlaku di negara ini.

Ketika wartawan menghubungkan kegiatan SOLL dengan keterlibatan TNI AL dalam mengangkut alat berat perusahaan tambang di pulau Bangka, 2012 silam, Slank menyatakan semua pihak tidak usah lagi melihat kesalahan di masa lampau, tapi lebih fokus pada perbaikan-perbaikan kedepannya.

Dikatakan Bimbim, keterlibatan Slank murni untuk memberi penyadaran kepada seluruh masyarakat agar kembali memperhatikan permasalahan di pesisir dan laut. Ia percaya, kehadiran Slank dalam SOLL dapat menarik respon masyarakat di seluruh Indonesia.

“Itu, kan, tahun 2012. Sekarang kita mau revolusi mental. Kita jangan saling curiga. Semua pengen berubah, kok. Kita juga mantan ‘penjahat’, mantan pengguna narkoba. Kita mikirnya kedepan. Di kegiatan SOLL Slank membentuk awarenessnya. Kalau nggak ada Slank mungkin orang nggak nengok. Tapi, karena ada Slank, seluruh Indonesia nengok kesitu dan kita bisa sama-sama mulai untuk kembali ke pesisir,” ungkapnya.

Ia juga sependapat dengan Kaka, bahwa aktifitas pertambangan bukanlah hal buruk. Hanya saja, pemerintah daerah serta investor perlu membuka komunikasi agar masyarakat setempat dapat terlibat. “Kalau gua percaya kurang komunikasi, ya. Sebenernya pertambangan itu nggak jelek, cuman mestinya warga terlibat. Mestinya banyak dialog sebelum memulai,” tambah Bimbim.

Selamatkan Pesisir dan Laut

Keterlibatan Slank dalam SOLL, diyakini dapat menjadi magnet agar pesan-pesan penyelamatan pesisir dan laut lebih efektif diterima masyarakat luas. Dalam pertemuan itu, Slank juga mendapat piagam penghargaan sebagai seniman pendukung SOLL.

Letkol ( Mar)Etwin Ramadhan, yang menjadi moderator jumpa pers, mengakui, selama ini banyak kegiatan TNI AL yang berhubungan dengan tema-tema penyelamatan pesisir tidak begitu terekspos. Ia mencontohkan, tahun 2009 sudah pernah diselenggarakan Sail Bunaken yang memecahkan rekor dunia dengan melibatkan 2456 penyelam.

“Itu adalah awal berlangsungnya kepedulian kita terhadap pelestarian lingkungan laut. Manado ini icon-nya bukan wokunya, bukan ikan cakalang, bukan bubur manado, tapi Bunaken. Secara pribadi, tahun 2012 lalu, saya juga pernah terlibat pelestarian penyu di Sumatera Barat. Bukan hanya terumbu karang, tapi ekosistem di laut.”

Korps Marinir TNI AL memberi penghargaan kepada Slank, karena keterlibatannya dalam program konservasi terumbu karang dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Save Our Litorral Life (SOLL), yang dipusatkan di Pantai Malalayang, Manado, Sulut pada Minggu (16/08/2015). Penghargaan diserahkan oleh Letkol ( Mar)Etwin Ramadhan. Foto : Themmy Doaly
Korps Marinir TNI AL memberi penghargaan kepada Slank, karena keterlibatannya dalam program konservasi terumbu karang dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Save Our Litorral Life (SOLL), yang dipusatkan di Pantai Malalayang, Manado, Sulut pada Minggu (16/08/2015). Penghargaan diserahkan oleh Letkol ( Mar)Etwin Ramadhan. Foto : Themmy Doaly

“Kenapa sekarang kita ajak Slank? Mereka ini band legendaris. Kita ngajak mereka, akhirnya masyarakat pada tahu. Sudah lama kami bikin kegiatan seperti ini. Hanya, karena ada Slank baru kali ini booming,” tambah Etwin.

Ivanka mengapresiasi ide Korps Marinir dalam menyelamatkan lingkungan. Melalui even SOLL, menurut dia, gerakan penyelamatan lingkungan yang berjalan sendiri-sendiri mulai menemukan wujud persatuan.  “Seluruh masyarakat Indonesia harus terlibat,” ajaknya.

Sementara itu, Kaka menilai, kesamaan ide antara marinir dengan Slank menjadi salah satu alasan keterlibatan mereka. Melalui kegiatan ini, ia berharap masyarakat dapat kembali melihat pentingnya pelestarian ekosistem laut dan pesisir.

“Kebetulan, marinir punya ide cemerlang yang menyatukan visi-misi kita, yaitu mencintai alam khususnya laut dan pesisir. Ada penanaman satu juta karang. Kami sambut dengan antusias yang sama. Kita merasa wajib mendukung kegiatan ini. Memang Marinir gayanya kaku, tapi terbukti idenya cemerlang,” ungkap Kaka.

Kaka percaya energi positif dari musik lebih efektif digunakan untuk mengajak masyarakat terlibat aksi penyelamatan lingkungan, daripada diskusi panjang lebar.

“Kalau kita ada misi tertentu yang ingin disampaikan lebih efektif dengan nyanyi. Sambil nyanyi kita ngomong dan sindir. Makanya, Slank selalu berpikir gimana caranya rock n roll show memberi sesuatu yang positif.”

Sebagai seniman, Bimbim mengatakan Slank merasa lebih nyaman menyebarkan pemikiran positif lewat lagu, termasuk soal konservasi lingkungan.  “Tugas kita bukan bikin pressure ke pemerintah. Kalau gitu, kami jadi politisi aja. Kita bukan demonstran, kita seniman yang menyebarkan pemikiran positif ke banyak orang. Lebih efektif kita buat lirik lagu. Menyebarkan pesan lewat lagu, musik dan pemikiran di lirik,” ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , , , ,