, , ,

Kemarau, Kebakaran dan Kekeringan Landa Jayawijaya dan Pegunungan Tengah Papua

Masyarakat Jayawijaya dan Pegunungan Tengah Papua,  sedang menghadapi kemarau panjang. Kekeringan tak terelakkan. Kebakaran hutan dan lahan bahkan sudah merembet dan menghanguskan rumah-rumah warga dan gereja. Cuaca ekstrim. Kala siang,  sangat panas dan malam-pagi begitu dingin. Kecepatan angin juga di atas normal hingga berbahaya bagi penerbangan.

“Puncak Agustus ke September. Prediksi kami sampai November,”  kata Subahari, Observer Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meterorologi Wamena kepada Mongabay, Jumat (21/8/15) di Wamena.

Dia mengatakan, peningkatan suhu udara di laut pasifik  menyebabkan perubahan angin dan tekanan udara hingga curah hujan berkurang.  Dampaknya, Pegunungan Tengah dengan ketinggian 5.100 kaki di atas permukaan laut menyebabkan siang sangat panas, malam dan pagi sangat dingin.

“Di Wamena seminggu lalu suhu udara pagi sempat empat derajat Celcius. Siang 27 derajat. Ini tingkat tinggi.  Selama 20 tahun terakhir pertama kali empat derajat, sebelumnya hanya sembilan derajat.”

Telaga yang mengering di Distrik Pisugi. Foto: Asrida Elisabeth
Telaga yang mengering di Distrik Pisugi. Foto: Asrida Elisabeth

Kondisi ini, di Wamena, Ibukota Jayawijaya merupakan pusat kota di lembah pegunungan. Dia memperkirakan, wilayah-wilayah lebih tinggi dari Wamena suhu di bawah empat derajat. Kecepatan angin juga meningkat, mencapai 38 knot. Batas normal di bawah 20 knot. Keadaan ini, sangat berbahaya bagi landing dan take off pesawat serta bisa menimbulkan kerusakan pada bangunan dengan konstruksi tidak kuat. Pepohonan roboh sudah terjadi di beberapa tempat di Jayawijaya.

Kebakaran lahan dan hutanpun terjadi. Mama Dinna Haluk, warga Kampung Laytopo,  Distrik Walelagama menceritakan, kebakaran di pebukitan. “Saya siap makanan waktu ada dua orang mama datang teriak kebakaran…kebakaran. Kita tidak tahu penyebabnya,”  katanya, seraya menyaksikan dari jauh api menyebar di perbukitan bagian selatan distrik hingga ke Distrik Maima.

Api merembet ke perkampungan dan kekeringan

Karena lambat penanganan,  api juga membakar perkampungan warga hingga honai beserta isi juga ternak peliharaan.  Berdasarkan data Polres Jayawijaya, kebakaran di 12 tempat, terdapat 120 rumah terbakar, dua gereja. Jumlah titik api tidak terdeteksi BMKG, namun kasat mata petugas BMKG menghitung per 20 Agustus 2015,  di Wamena ada lebih 15 titik api ditemukan di Distrik Walelagama dan Maima. Angin kencang memperparah luas kebakaran. Asap kebakaran menyebabkan gangguan penerbangan dan kualitas udara.

Kepulan asap kebakaran hutan yang tampak dari Kota Wamena. Foto: Asrida Elisabeth
Kepulan asap kebakaran hutan yang tampak dari Kota Wamena. Foto: Asrida Elisabeth

Tak hanya itu. Sumber-sumber air juga mengering.  Pusat Listrik Tenaga Hidro (PLTH) Welesi yang menjadi sumber listrik di Kota Wamena kekurangan daya. Debit air Kali Uwe makin berkurang membuat daya listrik berkurang hingga PT. PLN mengatur pemadaman bergilir wilayah-wilayah Wamena. Sumur-sumur sumber air warga juga kering, terutama di gunung.

Natalia Itlay dari Distrik Pisugi menunjukkan sumur sumber air mereka mengering. “Sekarang kita ambil air dibawah bukit, sekitar tiga km dari sini,” katanya.

Lahan pertanian juga mengering. Siska Asso warga Distrik Assolokobal mengungkapkan, musim panas ini membuat lahan pertanian sulit ditanam. “Sekarang masih bisa makan dan jualan hasil kebun yang sudah ditanam beberapa bulan lalu. Kalau kemarau lebih panjang, kita tidak tahu bagaimana.Tanah keras dan tidak bisa tanam.”

lahan pertanian yang kering kerontang, tak bisa ditanami. Foto: Asrida Elisabeth
Lahan pertanian yang kering kerontang, tak bisa ditanami. Foto: Asrida Elisabeth

Siska sudah menanam di banyak lahan hingga persediaan hipere (ubi) cukup hingga akhir tahun. Namun, dia melihat banyak warga tidak punya pasokan hingga tidak siap menghadapi kemarau panjang. Keadaan ini juga tampak jelas di Pasar Misi, Wamena. Sayur dan ubi yang biasa sangat banyak jadi begitu berkurang.

BMKG Stasiun Wamena memantau seluruh wilayah Pegunungan Tengah. Data BMKG, kemarau panjang sekarang sama seperti 1997. Kala itu, di Yahukimo, Pegunungan Tengah mengalami bencana kelaparan hingga menimbulkan korban jiwa. 

Posko bencana

Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Jayawijaya telah membuka posko penanggulangan bencana diketuai Wakil Bupati John Richard Banua. Palang Merah Indonesia (PMI) membuka Posko sama. Posko ini menyediakan bantuan berupa makanan, peralatan maupun tenaga medis. Polres Jayawijaya juga membuka posko bantuan. Di media massa, pemerintah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar tidak membakar lahan-lahan kosong dan berhati-hati saat menggunakan api dalam rumah.

Kali yang mengering di Distrik Pisugi. Foto: Asrida Elisabeth
Kali yang mengering di Distrik Pisugi. Foto: Asrida Elisabeth
Pasar Wamena, yang sepi dari hasil pertanian, seperti sayur mayur dan ubi. Padahal, biasa di pasar ini dipenuhi produk-produk pertanian. Foto: Asrida Elisabeth
Pasar Wamena, yang sepi dari hasil pertanian, seperti sayur mayur dan ubi. Padahal, biasa di pasar ini dipenuhi produk-produk pertanian. Foto: Asrida Elisabeth
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , ,