, ,

Air Nokan Bengkulu, Habitat Satwa Endemik yang Terus Terancam Dirambah

Survey ekologi yang dilakukan pada pertengahan Agustus 2015 di sungai Air Nokan, Bengkulu Utara menyimpulkan ekologi wilayah ini masih tetap baik, meski mendapat ancaman perambahan dan konversi lahan hutan yang dibuka oleh masyarakat di wilayah hulu sungai.

Tim peneliti yang terdiri dari kelompok dokumentasi konservasi Indonesia Nature Film Society (INFIS) bekerjasama dengan perkumpulan mahasiswa biologi Universitas Pakuan Bogor dalam presentasinya menyebutkan sungai Air Nokan belum rusak dan terkena pengaruh dampak pencemaran limbah dan galian tambang batubara, seperti yang umum dijumpai di sungai-sungai lainnya di provinsi Bengkulu.

Air Nokan adalah bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Lais yang terletak di Kabupaten Bengkulu Utara serta bermuara di Samudera Hindia. Sungai ini memiliki panjang 31,4 kilometer dengan total luas areal DAS 35.301 hektar. Berbeda dengan sebagian besar sungai yang mulai mengering pada musim kemarau, sungai ini masih mengalir deras dengan kondisi biota yang masih baik. Air Nokan berhulu di blok Hutan Lindung Bukit Daun yang bertopografi curam.

“Di kawasan hulu Air Nokan, kami jumpai struktur tutupan hutannya masih rapat, walaupun sudah ada beberapa titik kawasan Hutan Lindung Bukit Daun yang dibuka untuk perkebunan masyarakat,” jelas Een Irawan Putra, Koordinator Survey Ekologi Sungai Nokan.

Sejak dasawarsa 1990-an, gangguan aktivitas manusia seperti perambahan dan pembukaan lahan hutan berlangsung di beberapa bagian hutan di Hutan Lindung Bukit Daun. Puncaknya pada 2014 luas hutan terus berkurang akibat maraknya perladangan dan pembukaan perkebunan oleh masyarakat.

Daerah Aliran Sungai Lais, mencakup sungai Air Nokan. Titik-titik merah mengindikasikan hilangnya tutupan pohon hutan. Sumber Peta: Global Forest Watch/ WRI
Daerah Aliran Sungai Lais, yang mencakup sungai Air Nokan. Titik-titik merah mengindikasikan hilangnya tutupan pohon hutan. Sumber Peta: Global Forest Watch/ WRI
Jenis katak yang ditemui di segmen hulu2
Salah satu jenis katak (Rachoporus sp) yang ditemui di wilayah hulu sungai. Foto: Dok INFIS

Dalam lima hari penelusuran dari wilayah hulu, tengah dan hilir, tim peneliti berhasil mengidentifikasi sekitar 30 jenis burung, 10 jenis mamalia, 10 jenis herpeto fauna, dan lebih dari 50 jenis tumbuhan. Dari jenis flora dan fauna yang ditemukan tersebut terdapat beberapa jenis satwa endemik Sumatera yang tergantung dengan kanopi hutan seperti spesies primata, siamang (Symphalangus syndactylus) dan Ungko (Hylobates agilis).

Tim juga berhasil mengidentifikasi dua jenis rangkong pemencar biji yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros), salah satu jenis rangkong terbesar di dunia dan julang emas (Rhyticeros undulatus). Burung khas yang hidup di lantai hutan Sumatera yaitu kuau raja (Argusianus argus) pun masih dijumpai di wilayah ini. Jenis-jenis satwa khas ini dipastikan akan punah dari wilayah ini, sejalan dengan dibukanya wilayah riparian dan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Sungai Air Nokan.

“Air Nokan merupakan habitat penting untuk sedikitnya 12 jenis ikan air tawar, termasuk ikan siluang (Rasbora spp) yang merupakan endemik Sumatera,” jelas Yok Yok Hadiprakarsa, pengamat hidupan liar yang juga merupakan Koordinator Keanekaragaman dan Hayati Air Nokan.

Pertemuan Sungai Senali dengan Air Nokan di Desa Gn Agung. Foto: dok INFIS
Foto udara. Pertemuan Sungai Senali dengan Air Nokan di Desa Gunung Agung. Foto: dok INFIS
Muara Sungai Air Nokan Segmen Hilir_Pantai Lais. Foto: dok INFIS
Foto udara. Muara Sungai Air Nokan di Pantai Lais yang terhubung denga Samudra Hindia. Foto: dok INFIS

Sesuai dengan indikator kesehatan sungai, di Air Nokan masih mudah dijumpai biota-biota sensitif terhadap perubahan pencemaran seperti serangga air famili Baetidae dan Heptagenidae yang mengindikasikan kualitas air sungai yang masih terjaga baik.

“Potensi alam yang ada di Sungai Air Nokan ini sangat luar biasa baik dari kekayaan alam dan potensi ekonominya, air sungai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk air bersih, wisata dan irigasi,” imbuh Een.

“Lewat survey ini, kami ingin menunjukkan masih ada sungai di Sumatera yang masih terjaga baik, setidak-tidaknya hingga saat ini.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,