, ,

Jerit Bayi Orangutan yang Nyaris jadi Korban Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dan lahan ternyata tidak saja membawa dampak bagi manusia. Habitat hewan yang tinggal di lahan tersebut pun terancam. Satu individu bayi orangutan berhasil diselamatkan warga dari lahan terbakar di wilayah Kecamatan Seponti Jaya, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, pertengahan Agustus lalu.

“Bayi orangutan tersebut berjenis kelamin betina. Namanya Seponti, diambil dari nama tempat dia ditemukan,” ujar kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Sustyo Iriyono, Rabu (2/9/15).

Seponti diserahkan oleh petugas Taman Nasional Gunung Palung Seksi Sukadana ke BKSDA Wilayah 1 Ketapang. Sebelum ditemukan petugas TNGP, Seponti sempat dirawat warga setempat sebelas hari. Usianya diperkirakan satu hingga satu setengah tahun.

Saat ditemukan warga, Seponti terlihat dehidrasi dan lemas karena terlalu banyak menghirup asap. Warga mengaku tidak melihat induk orangutan di sekitar Seponti. Dari Kecamatan Seponti, bayi orangutan itu diserahkan ke Sukadana dengan berjalan kaki selama kurang lebih tiga jam.

Sustyo mengatakan, Kepala BKSDA wilayah I Ketapang, Junaidi, yang menerima Seponti langsung melakukan pemeriksaan kesehatan dibantu petugas medis dari Yayasan YIARI.

“Dari catatan rescue, orangutan diserahkan ke kantor taman nasioal pada 19 Agustus 2015. Selama di kantor, Seponti susah makan dan minum, hanya duduk di sudut rumah sembari bermain kain,” ujar Heribertus Suciadi, Media Komunikasi Yayasan IARI.

Sebelumnya, tepat 17 Agustus 2015, satu bayi orangutan yang lebih kecil dari Siponti, berhasil diselamatkan oleh YIARI. Giet, bayi berusia sekitar tiga hingga empat bulan yang berhasil diselamatkan dari Dusun Giet, Desa Merawa, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. “Pemiliknya, kepala desa setempat bernama Ayong,” kata Heribertus, kemarin.

Saat datang, kondisi Giet sangat lemah. Dia mengalami dehidrasi, demam, tangan dan kaki kaku, serta menderita penyakit kulit. Miran, warga yang menyerahkan orangutan tersebut kepada YIARI mengatakan, Giet tidak dipelihara dengan baik selama dua bulan oleh pemiliknya. “Giet dibiarkan begitu saja tanpa perawatan dan dibeli seharga Rp400 ribu,” tambahnya.

Selama dipelihara, Giet hanya diberi susu kental manis. Alasan sang pemilik membeli Giet karena belum pernah melihat langsung orangutan dan ingin memegangnya. Selama dipelihara, Giet pernah diare dan sakit kulit. “Kini, Giet sudah dirawat,” jelas Miran.

Kebakaran hutan tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga menghilangkan habitat orangutan. Foto: BKSDA Kalbar
Kebakaran hutan tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga menghilangkan habitat orangutan. Foto: BKSDA Kalbar

Jerit Limpang ditinggal ibu

Bayi orangutan terakhir berhasil diselamatkan YAIRI adalah Limpang. Orangutan jantan ini berusia sekitar delapan hingga sembilan bulan. Ditemukan pada 29 Agustus 2015, di Desa Limpang, Dusun Nifu Jelutus, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang.

Daerah ini cukup jauh dari ibukota kabupaten. Medan yang ditempuh cukup berat, enam jam perjalanan.  Heri mengisahkan, bayi orangutan yang diberi nama sesuai dengan tempat asalnya itu,  ditemukan pertama kali oleh penduduk desa bernama Hatha alias Aben. Saat itu, warga tengah mengadakan acara adat tumbak ikan. “Ketika itu, Pak Hatha mendengar suara seperti tangisan di pinggiran hutan yang bersebelahan dengan sungai,” kata Heri.

Penasaran, Hatha mendatangi sumber suara dan menemukan bayi orangutan sendirian. Sebelum diserahkan ke YIARI, Limpang sudah dipelihara sebulan dengan diberi makan pisang dan nasi.

Limpang diserahkan oleh Hatha setelah dibujuk Yohanes, Kepala Desa Limpang yang masih berkerabat dengan Hatha. Yohanes menghubungi BKSDA Wilayah I Ketapang agar bisa menjemput bayi orangutan ini. “Yohanes memberitahukan sanksi memelihara satwa dilindungi. Dia bahkan memberikan uang pengganti kepada Hatha sebesar Rp500 ribu.”

Tim Rescue YIARI yang terdiri dari Ayu, Fauzi Iskandar, mahasiswa magang Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, seorang mitra, dan petugas BKSDA wilayan I Ketapang, berangkat ke Jelai Hulu untuk melakukan evakuasi.  “Kini, Limpang berada di kandang karantina bayi,” tukas Heri.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,