, ,

Warga Sakit Terdampak Asap, Apa Upaya Pemerintah?

Kabut asap kebakaran hutan dan lahan menimbulkan gangguan kesehatan warga. Berbagai penyakit timbul seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), pneumonia, asma, sampai iritasi mata dan kulit. Ratusan ribu warga menderita sakit dampak bencana ini. Menyikapi ini, Kementerian Kesehatan melakukan berbagai langkah antisipasi.

Imran Agus Nurali, Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes di Jakarta, Selasa (8/9/15) mengatakan, sudah pertemuan dengan KLHK dan stakeholder lain.

“Prinsipnya, sisi kesehatan reguler pengamatan dari waktu ke waktu, ini berjalan di kabupaten dan provinsi terkena dampak, bersama BMKG monitoring polusi asap. Kami juga gerakkan Dinas Kesehatan dengan Puskesmas persiapkan obat-obatan dan perawatan,” katanya.

Data Kemenkes menyebutkan, asap kebakaran hutan menimbulkan berbagai penyakit di beberapa daerah. Di Riau, hingga 4 September tercatat 10.133 orang terkena ISPA, 311 pneumonia, 415 asma, 689 iritasi mata dan 1.085 iritasi kulit.

Di Sumsel hingga Juli, ada 298.673 ISPA. Di Jambi, sampai Agustus, ada 214.227 orang ISPA, kebanyakan di Kota Jambi 76.245 orang. Di Kalteng, hingga Agustus ada 9.634 orang ISPA. Kebanyakan di Kota Palangkaraya 2.409 orang. Kalbar di Kota Pontianak, hingga Agustus ada 1.219 orang ISPA. Meningkat dua kali lipat dibandingkan Juli.

Menurut dia, perlu terobosan agar bencana tak terulang kembali.  “Tak hanya penanggulangan, juga harus menyiapkan solusi jangka panjang. Kalau bisa tak hanya saat kering juga persiapkan musim hujan.”

Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan, sebenarnya asap karena kebakaran hutan bisa diprediksi sejak awal.

KLHK menyebut, bencana ini 99% ulah manusia, baik sengaja maupun tidak. Achmad menyebut, ada cerita tak sengaja seperti membuang puntung rokok tetapi kecil, sebagian besar oleh perusahaan perkebunan.

“Menghadapi ini semestinya kalau penyebab orang bisa penegakan hukum. Waktu bisa diantisipasi. Yang kita kerjakan antisipasi di hilir. Kalau di hulu tak komprehensif diperbaiki, kita optimis tahun depan terulang,” katanya.

Kemenkes sudah antisipasi sejak awal. Saat berakhir musim penghujan, pemantauan periodik terhadap daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dilakukan.

“Kita pantau khusus dua indikator, kita rekap setiap bulan sejak akhir musim hujan. Pertama muncul titik api. Kedua penyakit-penyakit timbul akibat asap,” katanya.

Pada Mei 2015 , sudah bisa terlihat 28 di Riau titik api meningkat. Penyakit infeksi saluran pernafasan yang terkait pencemaran partikel asap juga naik. Kemenkes menurunkan tim untuk penilaian.

“Ternyata betul ISPU juga menunjukan angka tidak sehat. Titik api banyak. Penyakit dampak asap juga sudah mulai muncul. Kita memberikan saran pemerintah daerah untuk pencegahan dampak lebih parah.”

Asap, katanya, partikel debu abu sangat halus. Apabila konsentrasi tinggi dalam tubuh bisa muncul reaksi alergi. “Ada mekanisme tubuh menolak. Gejala muncul pertama kali benda asing itu masuk ke tubuh seperti orang influenza.”

Pada kelompok rentan seperti balita, atau manula menyebabkan daya tahan tubuh lemah hingga infeksi saluran pernafasan. Orang yang memang berpenyakit saluran seperti asma dan bronhitis akan makin parah,  gampang kambuh.

Dia menyarankan, selama asap belum bisa diatasi, bagi kelompok rentan agar tidak keluar rumah. Mana kala terpaksa harus keluar rumah, gunakan masker. Idealnya, masker tepat adalah F95, yang bisa mencegah partikel asap masuk tubuh.

“Kita tahu dalam kasus ini tidak ada pengungsian. Masyarakat tetap berada dalam posisi. Tak perlu pos kesehatan baru. Tiap pos atau tempat layanan kesehatan selama ini bisa naikkan kapasitas ataupun jam kerja. Ibu menteri sudah menginstruksikan seluruh puskesmas daerah terdampak buka 24 jam.”

Instruksi Menkes lainnya, agar rumah sakit mengantisipasi peningkatan pasien. Memastikan kecukupan logistik dalam menangani masalah ini dan meningkatkan pelayanan.

Kemenkes sudah mengirim masker 65.000 ke Riau. Tambahan masker didapat dari dana alokasi pemprov dan CSR perusahaan.

Terkait dengan ISPU, angka yang dimonitor Kemenkes tidak menetap dalam waktu lama. Bahkan tak sampai satu hari. Dalam sehari laporan tiga kali. Pagi, siang dan malam. Seringkali pagi, ISPU baik, sore berubah. Begitupun sebaliknya. “Tapi hampir semua daerah terdampak kategori tidak sehat.  Selama sumber asap masih ada, tak pernah di bawah 100.”

“Kita sarankan, makakala sekolah PAUD, TK dan SD pagi hari ISPU 150-200, agar diliburkan. Kalau sudah lebih 200, mending semua tak usah sekolah. Sampai kondisi stabil.”

Dua papan pengumuman ISPU di Pekanbaru, Kamis (3/9/15), menunjukkan tanda berbahaya, meningkat dari kondisi sebelum itu, status tidak sehat. Foto: Made Ali
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,