,

Sesalkan Ditembak Matinya Harimau di Sumsel, Aktivis Tunggu Klarifikasi Aparat

Peristiwa tewasnya harimau sumatera karena ditembak oleh aparat keamanan di Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Kamis (10/09), menuai protes para pegiat lingkungan hidup di Sumatera Selatan. Mereka mempertanyakan keputusan aparat untuk menembak harimau tersebut hingga tewas.

Seperti yang diberitakah oleh Mongabay Indonesia sebelumnya, peristiwa ditembak matinya seekor harimau jantan oleh aparat, terjadi karena ketiadaan senapan bius saat seekor harimau jantan terjerat perangkap babi di Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan.

“Kami jelas amat menyayangkan harimau sumatera tersebut ditembak hingga mati. Jangan-jangan itu harimau sumatera yang terakhir. Butuh waktu dan habitat yang baik pasangan harimau dapat melahirkan dan membesarkan anaknya. Keputusan menembak mati sesuatu yang mahal bagi dunia,” jelas Deddy Permana, pegiat lingkungan dari Wahana Bumi Hijau (WBH).

Menurutnya jika informasi terjeratnya harimau dapat disampaikan kepada petugas BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) lebih cepat, pada saat subuh dini hari, masih ada waktu bagi petugas untuk turun ke lokasi, yang berkisar 7-8 jam dari Palembang. Menurutnya pihak BKSDA pasti memiliki peluru bius.

“Tapi ini pun masih dugaan soal situasi yang mendorong keputusan tersebut. Jadi, sebaiknya kita menunggu klarifikasi pihak BKSDA Sumsel yang berangkat ke lokasi. Mereka harus mendapatkan informasi, baik dari petugas maupun masyarakat, sehingga tindakan tersebut benar-benar masuk diakal,” kata Deddy.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel pun turut menyayangkan ditembak matinya harimau oleh aparat. “Kalau harimau terlepas dan kemudian menyerang manusia, mungkin situasinya lain. Kami pikir kalaupun terlepas, harimau yang sudah lemas dan terluka itu akan lari ke arah hutan. Bukan menyerang manusia,” jelas Direktur Walhi Sumsel, Hadi Jatmiko.

Menurutnya, keluarnya harimau ke kebun masyarakat, dan memburu babi sebagai makanannya, itu membuktikan hutan di sekitar Kabupaten Empat Lawang sudah habis.

“Termasuk pula kemungkinan akibat kebakaran hutan pada saat ini. Sebab kami juga menemukan beberapa titik api di Kabupaten Empat Lawang,” katanya.

Harimau yang Ditembak Berasal dari Bengkulu?

Kerusakan hutan dan lahan, perambahan, disertai kemarau panjang dan kebakaran, menyebabkan maraknya konflik harimau dengan wilayah permukiman masyarakat. Harimau yang kelaparan pun, keluar dari habitat mengejar mangsa termasuk hingga menjelajah ke tempat yang jauh.

Pihak BKSDA yang dihubungi oleh Mongabay pun menyatakan bahwa ada kemungkinan harimau yang ditembak mati bukan berasal dari wilayah Pendopo.

“Kemungkinan harimau ini dari Bengkulu, bukan berasal dari wilayah Pendopo. Tapi petugas kita di lapangan masih melacak dari mana harimau ini datangnya,” kata kepala BKSDA Sumatera Selatan, Nunu Anugrah (11/09/2015).

Menurut Nunu, pihaknya amat menyesalkan peristiwa tewasnya harimau sumatera yang terjadi di Desa Tanjung Raman tersebut, sembari menyebutkan bahwa BKSDA tidak hanya berada di Palembang, tetapi juga tersebar di Lahat, (berjarak sekitar 100 km dari Kabupaten Empat Lawang), Baturaja (Ogan Komering Ulu) dan di Sekayu (Musi Banyuasin).

Kemungkinan harimau sumatera tersebut berasal dari Bengkulu dibenarkan Direktur Walhi Bengkulu Beni Ardiansyah.

“Koridor harimau sumatera tersebut di kawasan hutan di daerah Lebong, Kepahyang, Seluma. Sebab hutan di wilayah kabupaten tersebut berdekatan dengan Kabupaten Empat Lawang di Sumsel. Kemungkinan harimau lari ke sana lantaran kawasan hutan di tiga daerah Bengkulu tersebut sudah habis dan rusak oleh penambangan batubara,” jelasnya.

Sementara itu di wilayah pesisir timur Sumatera, tepatnya di Kabupaten Banyuasin, harimau sumatera yang selama ini hidup di Taman Nasional Sembilang, dalam beberapa hari terakhir keluar mencari makan di perkebunan warga dan Hutan Tanaman Industri (HTI).

“Habitat aslinya ada di Taman Nasional Sembilang, sekarang harimau-harimau itu keluar ke perkebunan warga dan hutan tanaman industri (HTI),” kata Teguh, humas Balai Taman Nasional Sembilang Banyuasin, Sumatera Selatan, kepada wartawan (11/09/2015).

“Kalau dilihat dari jejak kakinya, harimau-harimau itu ingin mencari makan dan minum saja. Sejauh ini belum masuk ke pemukiman. Ini perilaku mereka yang tidak biasanya,” jelas Teguh.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,