,

Gereja Diajak Kampanyekan Penyelamatan Yaki. Apa Hubungannya?

Pada umumnya, kegiatan di gereja berkaitan dengan keimanan dan kekristenan. Akan tetapi ada hal yang berbeda di Sulawesi Utara (Sulut). Sekitar 20 pendeta dari berbagai gereja di kota Bitung, pulau Lembeh dan kecamatan Airmadidi, Sulut mengikuti kegiatan “Torang Bacirita: Green Gospel” yang diselenggarakan Yayasan Selamatkan Yaki, Selasa (08/09/2015). Lewat kegiatan ini, mereka mendengarkan presentasi lalu mendiskusikan hubungan antara gereja dengan konservasi.

Dikatakan Jelty Ochotan, Pembantu Dekan III Universitas Kristen Tomohon, sejarah telah mencatatkan keterlibatan lembaga gereja dalam upaya pelestarian alam. “Sidang raya Dewan Gereja-Gereja Sedunia (DGD), misalnya, bertema ‘Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan’. Itu berarti, bumi harus dikelola secara bijaksana untuk kepentingan manusia dengan menghormati nilai-nilai hakiki dari ciptaan,” terang Jelty yang hadir sebagai pembawa materi.

Ia juga memaparkan sejumlah pandangan Kristen terkait etika lingkungan. Menurut dia, gagasan bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah menempatkan manusia dalam suatu hubungan yang unik dibanding dengan ciptaan yang lain. Hubungan yang unik itu dinilai membentuk tanggungjawab khusus untuk bertindak selaku penatalayanan dan pelaksana harian pemeliharaan ciptaan.

“Tugas pelaksana harian ini jelas dalam kitab Kejadian 1 dan 2, di mana Allah memerintahkan manusia menguasai ciptaan dan mengelola bumi. Tugas ini berisi mandat memelihara bumi, bukan mengesploitasi.”

“Kalau kita gagal memelihara bumi, kita gagal dalam tanggungjawab penatalayanan ciptaan Allah. Sebab, kehormatan kita yang khusus atau hak, bergandengan tangan dengan tugas kita yang khusus,” tegas Jelty.

Suasana diskusi konservasi yaki pada acar  “Torang Bacirita: Green Gospel” yang diselenggarakan Yayasan Selamatkan Yaki, Selasa (08/09/2015) di gereja di Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly
Suasana diskusi konservasi yaki pada acara “Torang Bacirita: Green Gospel” yang diselenggarakan Yayasan Selamatkan Yaki, Selasa (08/09/2015) di gereja di Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly

Asher Esau, pendeta dari Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) Sentrum Bitung, mengatakan, kegiatan “Torang Bacirita: Green Gospel” mengajak pemimpin agama untuk menyampaikan perintah Tuhan kepada manusia untuk menjaga dan memelihara bumi.

“Kegiatan ini menyampaikan pentingnya memelihara bumi, yang secara khusus mengajak kita peduli pada penyelamatan yaki. Sebab, sebagaimana data yang disampaikan, yaki (Macaca nigra) sedang berada dalam ancaman kepunahan. Jadi, kita punya tanggungjawab untuk menyampaikannya. Apalagi yaki adalah satwa endemik yang hanya berada di Sulawesi Utara. Kalau kita tidak ada kepedulian, maka dia akan punah,” demikian dikatakan Asher.

Kedepan, pihaknya berjanji akan melibatkan diri dalam kampanye pelestarian yaki, misalnya lewat pendekatan langsung pada jemaat yang kerap berburu. Upaya itu diyakini berdampak pada pengetahuan masyarakat terkait status perlindungan yaki.

Jika diburu ada sanksi hukum, 5 tahun penjara, sesuai UU 5 tahun 1990 (tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya). Sehingga, kalau sudah disampaikan, mereka tidak lagi memburunya. Dan, para pendeta sudah melakukan tanggungjawab pelayanannya.”

Harry Hilser, Field Project Manager Yayasan Selamatkan Yaki dalam acara presentasi mengenai konservasi yaki pada acara “Torang Bacirita: Green Gospel” pada Selasa (08/09/2015) di gereja di Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly
Harry Hilser, Field Project Manager Yayasan Selamatkan Yaki dalam acara presentasi mengenai konservasi yaki pada acara “Torang Bacirita: Green Gospel” pada Selasa (08/09/2015) di gereja di Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly

Harry Hilser, Field Project Manager Yayasan Selamatkan Yaki, kepada Mongabay mengatakan pelibatan pemimpin gereja dalam kegiatan konservasi beranjak dari data 85% penduduk di Sulawesi Utara beragama Kristen. Keterlibatan para pendeta ini diharapkan dapat memaksimalkan upaya penyebaran prinsip-prinsip positif mengenai hak dan kesejahteraan manusia, serta perlindungan lingkungan hidup.

Ia menyatakan, Yayasan Selamatkan Yaki, akan  terus berupaya mengkampanyekan pelestarian yaki agar masyarakat lebih memahami keterancaman, serta ikut melibatkan diri dalam praktik-praktik pelestarian satwa endemik Sulut ini.

“Ini juga jadi cara agar masyarakat terhindar dari jerat hukum karena memelihara, berburu atau memperdagangkan satwa dilindungi sesuai UU 5 tahun 1990. Tiga minggu dari sekarang, kami akan kembali berkomunikasi dengan para peserta, khususnya meminta tanggapan terkait silabus yang sudah dibagikan pada para pendeta,” pungkasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , ,