, , , ,

Yuk, Liburan Sambil Belajar Konservasi Alam di Pesisir Bantul

Angin berhembus semilir. Deburan ombak bak bersahut-sahutan dengan suara-suara burung di hutan cemara. Papan imbauan menjaga kebersihan, jalur evakuasi dan papan edukasi zonasi pantai terpampang di hutan maupun pesisir pantai. Warung-warung kuliner tertata rapih sekitar 200 meter dari bibir pantai. Inilah suasana di Pantai Goa Cemara, Gadingsari, Saden, Bantul, Yogyakarta.

Ini berawal pada 2009, kala kelompok Tani Dusun Patihan, Gadingsari, Bantul, berinisiatif membuat wisata beda dengan yang lain. Cemara udang (Casuarinaequessetifolia) membuat lokasi ini berbeda dengan pantai lain.

“Di sini tidak hanya berlibur, juga belajar mengenal alam dan konservasi penyu. Ini bagian tidak terpisahkan,” kata Edi Mahmud Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Bantul.

Di pendopo pantai, berbagai kalangan dari instansi pemerintah, pecinta alam, jurnalis dan perhotelan datang. Mereka dikenalkan tentang potensi ekowisata di Pesisir Bantul, yang digagas DKP Bantul bekerjasama dengan Lembaga Ekonomi Pengelolaan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPM3) dan Komunitas Relawan Banyu (KRB). Adapun KRB konsern upaya konservasi baik penyu maupun mangrove di Bantul.

Edi mengatakan, banyak potensi pesisir Bantul antara lain pantai, mangrove, laguna, penyu, gumuk pasir, hutan cemara udang, kuliner sampai energi hybrid

Kabupaten ini secara geografis berhadapan langsung dengan Samudera Hindia hingga memiliki potensi alam mengagumkan. Panjang garis pantai Bantul, ±17 km memanjang dari Kecamatan Kretek sampai Srandakan.  Dari ekowisata diharapkan memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat dan mendukung konservasi alam.

“Kami meminta semua pihak berperan serta menjaga dan melestarikan sumberdaya alam pesisir dan mendukung ekowisata ini.”

Suhono , Ketua LEPM3 Bantul mengatakan, saat ini pesisir Bantul punya daerah wisata potensial berlibur. Ada beberapa tempat bisa jadi obyek wisata baru berkonsep ekowisata. Jadi, warga bisa berlibur tetapi dikenalkan dengan lingkungan dan pendidikan konservasi. Mereka ikut melepasliarkan tukik, menanam mangrove, mengenal energi matahari dan angin. Juga ikut menjaga kebersihan pantai.

Kolam penampungan tukik sebelum dilepasliarkan di habitat. Foto: Tommy Apriando
Kolam penampungan tukik sebelum dilepasliarkan di habitat. Foto: Tommy Apriando

***

Jam menunjukkan pukul 10.30. Sinar matahari menembus sela-sela pepohonan cemara. Udara terasa sejuk. Puluhan peserta berkumpul mengikuti instruksi pemandu lapangan. Kami berjalan sekitar 250 meter dari Pendopo Goa Cemara, menuju konservasi penyu dan tukik Patihan di sebelah barat pantai.

Sebuah bangunan melingkar berdiameter sekitar lima meter berisi aquarium kaca kosong. Ada poster berisi informasi berbagai jenis penyu. Bangunan bagian lain ada bak penampungan berisi empat tukik lekang berumur dua minggu. Sekitar satu meter dari penampungan dua timbunan berisi 98 telur penyu proses penetasan.

Yhanu Surya Asmoro lebih setahun bergabung di KRB.  Ia komunitas mayoritas anak muda yang peduli konservasi penyu maupun mangrove. Dia bercerita tentang gerakan peduli konservasi penyu.

”Penyu sangat terancam, baik karena faktor alam, maupun manusia. Jogja salah satu lokasi penjualan telur penyu ilegal terbesar di Jawa.”

Konservasi penyu di Bantul sejak 2010, baru dikenalkan ke publik 2012 ketika musim bertelur pada Mei-September.  Ada empat lokasi konservasi penyu di Bantul, Pantai Mancingan Parangtritis, Pantai Samas, Gua Cemara dan Pandansimo.

Pada 2010-2014, tukik bisa diselamatkan sampai 5.489. Setiap penyu bertelur, berkisar 60-70% berhasil menetas.

Kami diajak berkeliling menggunakan kereta wisata ke Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) Bayu di Pantai Baru. Iwan Fahmi, teknisi PLTH Bayu menyambut. Dia bercerita, PLTH Bayu adalah gabungan pembangkit listrik tenaga surya (matahari) dan bayu (angin). Daerah ini juga menerapkan sistem terintegrasi bagi pertanian, perikanan, dan kawasan wisata alam serta penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, seperti  biogas, dari sisa kotoran sapi.

“PLTH di Desa wisata Ngentak, Poncosari, ini model percontohan sistem inovasi daerah Indonesia.”

Secara geografis, katanya, pesisir pantai selatan Yogyakarta lahan terbuka luas, matahari bersinar sepanjang hari dan kecepatan angin rata-rata intensitas 4m/second. PLTH Bayu didirikan di lahan seluas 18 hektar. Energi listrik dari turbin angin dan panel surya untuk keperluan penerangan jalan, listrik warung-warung kuliner di pinggir pantai, pompa air, dan pembuatan 1.000 kilogram balok es. Es-es ini untuk pengawetan ikan, mengisi ulang aki nelayan, memompa air sumur renteng untuk petani pesisir pantai.

Untuk sektor perikanan dan pertanian lahan pasir juga dikembangkan dengan sistem aquaponik. Yaitu, kolam ikan air tawar mengandalkan metode penyaringan tumbuhan untuk membersihkan air. Air dari bawah tanah menggunakan energi listrik hybrid, sebagian untuk air bersih di wisata pantai.

Melon, salah satu hasil pertanian  lahan pesisir Bantul. Foto: Tommy Apriando
Melon, salah satu hasil pertanian lahan pesisir Bantul. Foto: Tommy Apriando

Sistem terintegrasi ini mampu meningkatkan perekonomian warga di Pantai Baru. Mulai energi listrik, biogas untuk memasak, es balok murah serta eduwisata.

Untuk biogas kotoran sapi, menjadi pengganti LPG. Ia dipakai pemilik warung kuliner untuk memasak, merebus air dan lain-lain. Lokasi terletak di kandang kelompok ternak sapi Pandan Mulyo. Ada 110 kandang sapi sebagai bahan dasar pembuatan biogas.

“Hasil pembuatan gas menghasilkan limbah cair dan padat untuk pupuk organik petani pesisir,” kata Iwan.

Dari PTH Bayu, kami menuju Laguna di Samas. Dari Laguna, berperahu, kami menuju konservasi mangrove di Baros, Tirtohargo, Kretek. Sekitar 10 menit perjalanan terlihat hutan mangrove sekitar 26 hektar.

Dwi Rahmanto memandu kami, mengenalkan sejarah hutan dan berbagai tanaman mangrove serta berbagai satwa. Dia bercerita, hutan mangrove ini sejak 2003. Ia diinisiasi Kelompok Pemuda Pemudi Baros (KP2B) dengan dukungan LSM Relung Yogyakarta.

Hutan ini untuk menjaga konservasi pesisir Pantai Baros yang setiap saat terancam abrasi pantai dan banjir dari Sungai Opak. Di sebelah utara hutan mangrove terdapat persawahan warga, hingga berperan penting menjaga kelestarian lingkungan.

Di hutan ini, bisa ditemui beberapa mangrove seperti Rhizophora, Bvicennia, Brugueira, dan Nypha. Sedang fauna lain, 49 jenis burung, ikan, dan serangga. Ada juga satwa khas mangrove yakni gelodok, uca, scylla dan berbagai mollusca.

Lokasi wisata edukasi di Pantai Baru Bantul. Pengunjung akan dikenalkan pemanfaatan energi dari kotoran sapi. Foto: Tommy Apriando
Lokasi wisata edukasi di Pantai Baru Bantul. Pengunjung akan dikenalkan pemanfaatan energi dari kotoran sapi. Foto: Tommy Apriando

***

Kami kembali ke tepian Laguna. Menaiki perahu ke Pesisir Pantai Depok. Sekitar lima menit perjalanan, perahu merapat. Mobil kereta wisata sudah menunggu. Kami dibawa ke Pantai Pelangi untuk melepasliarkan tukik.

Matahari terasa menyengat kulit. Masing-masing peserta membawa satu tukik berwadahkan tempurung kelapa berisikan air. Mereka berjalan menuju bibir pantai. Berbaris memanjang di belakang garis, menghadap pantai. Perlahan mengikuti instruksi pemandu. Mulai dari memegang badan tukik hingga membiarkan mereka berjalan sendiri hingga terbawa ombak. Satu persatu tukik berenang ke laut.

Suhono, dari LEPM3 mengatakan, perkenalan berbagai obyek wisata di Bantul, dikemas dalam ecoeduwisata merupakan upaya mendorong ekonomi masyarakat sambil membawa pesan pendidikan dan konservasi alam. Ke depan, paket ecoeduwisata berkeliling desa bersepeda, atau kereta wisata dipandu pemuda atau masyarakat setempat. Peserta wisata bisa menyaksikan kehidupan sehari-hari warga pesisir, mendapatkan pengetahuan aktivitas perekonomian mikro pedesaan, melepasliarkan tukik, mengenal konservasi penyu, memahami dasar nilai-nilai konservasi lingkungan, serta melihat perkembangan teknologi energi terbarukan dan pertanian modern.

“Eduecowisata akan mengajak masyarakat tetap berlibur, namun ikut mengenal dan menjaga lingkungan serta tahu energi ramah lingkungan,” kata Suhono.

Pelepasliaran tukik di Pantai Pelangi, Bantul, oleh puluhan peserta. Foto: Tommy Apriando
Pelepasliaran tukik di Pantai Pelangi, Bantul, oleh puluhan peserta. Foto: Tommy Apriando
Papan larangan untuk berburu satwa di  hutan mangrove Baros. Foto: Tommy Apriando
Papan larangan untuk berburu satwa di hutan mangrove Baros. Foto: Tommy Apriando
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , ,