,

Titik Panas Riau Tinggi Lagi, Udara Kalteng Masih Buruk

Kebakaran di Riau, kembali membara setelah sempat redam. Titik api terjadi peningkatan. Meskipun begitu jarak panjang di Pekanbaru,  membaik dan kualitas udara level sedang. Sementara kualitas udara  di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, masih berbahaya.

Data  BPNB menyebutkan, titik api (hotspot) di Sumatera naik setelah selama lima hari terakhir mengalami penurunan. Pantauan Terra Aqua Senin (21/9/15) pukul 05.00, mendeteksi di Sumatera 399 titik: Jambi (39), Bangka Belitung (19), Kepulauan Riau (1), dan Lampung (20). Lalu, Riau (189), Sumbar (2), Sumsel (124), dan Sumut (5). Di Kalimantan terpantau 208 titik: Kalbar (11), Kalsel (6), Kalteng (154), Kaltim (33), dan Kaltara (4).

Pada Minggu (20/9/15), pantauan satelit Terra & Aqua, di Sumatera 255 titik: Jambi (21), Babel (19), Lampung (20), Riau (118), Sumsel (72), Sumut (3). Kalimantan 36 titik: Kalbar (11), Kalsel (2), dan Kalteng (23).

“Hotspot di Riau meningkat karena kebakaran hutan dan lahan marak di Pelalawan, Kampar dan Indragiri Hulu,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (21/9/15).

Dia mencontohkan, Taman Nasional Tesso Nelo terbakar. Ada dua penyebab, api awal sudah padam lalu menyala lagi dan ada pembakaran baru.

Meskipun begitu jarak pandang normal di Riau, termasuk berbagai daerah kecuali Jambi dan Kalteng. Jarak pandang Senin  pukul 06.00 di Pekanbaru 6.000 meter, Padang 4.000, Jambi 400, Palembang 2.000, Pontianak 2.000, Ketapang 1.200, Sampit 100, Palangkaraya 200, Muara Teweh 1.00, Sanggu-Buntok 100, dan Banjarmasin 500 meter.

Untuk kualitas udara Minggu (20/9/15), Palangkaraya berbahaya (572), Pontianak sedang (70), Banjarbaru sedang (102), Medan sedang (87), Pekanbaru sedang (75), dan Palembang tidak sehat (206).

“Pada Senin, kualitas udara di Pekanbaru 136 sedang, Palembang 162, tidak sehat, Pontianak 88 sedang, Banjarbaru 136 sedang. Ini mengindikasikan secara umum kondisi mulai membaik,” katanya.

Asap pekat menyelimuti Kalteng. Foto: Jenito
Asap pekat menyelimuti Kalteng. Foto: Jenito

Pemadaman terus berjalan. Pada Minggu 20/9/15),  di Riau, water bombing dengan heli sikorsky arah Rengat 54 kali., arah pelalawan 49 kali. Kekuatan satgas darat ada 1.059 personel.

Pemda Riau, hanya mampu mendanai operasional tujuh pos kesehatan dengan masing-masing lima tenaga medis selama 17 hari dan dua shift.  “Selebihnya diharapkan bantuan dana BNPB,” katanya.

Pemadaman di Kalbar, water bombing 1.655 penyiraman, Jambi 33 penyiraman, Sumsel 23 sorti, Kalteng 47 penyiraman dan Kalsel 52 penyiraman. 

Posko Kesehatan Riau

Pada 14 September,  Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, menyatakan Riau tanggap darurat pencemaran udara karena asap pembakaran lahan. Sebelumnya masih mempertahankan siaga darurat . Desakan ubah status jadi tanggap darurat bermunculan dari kalangan masyarakat melalui media sosial maupun demo.  Setelah kondisi darurat, Pemerintah Riau mendirikan beberapa posko kesehatan dan lokasi evakuasi.

Ada tujuh titik posko. Di Rimbo Panjang, dan depan Pengadilan Tata Usaha Negara untuk Panam. Di Rumbai, Halaman Kantor Pemadam Kebakaran. Di Jalan Jenderal Sudirman, ada tiga posko, depan Purna MTQ, depan Ramayana dan kantor BPBD. Di Jalan Diponegoro, Kantor Lembaga Adat Melayu jadi posko.

Posko ini menjadi tempat masyarakat mendapatkan pengobatan gratis dan pemeriksaan kesehatan. Dari tujuh posko, enam berbentuk tenda besar dari BNPB. Hanya satu dalam ruang tertutup, posko di LAM Riau.

Posko Rimbo Panjang dilengkapi fasilitas tempat tidur dan obat-obatan seperti vitamin, obat batuk, pilek dan antibiotik. Tabung oksigen juga tersedia. Tenaga medis, dua dokter dan dua perawat. Pemberian masker gratis juga dilakukan petugas posko.

“Hari ini baru tujuh orang datang memeriksakan kesehatan,” kata Neli, petugas Puskesmas Tambang. Ketujuh warga mengeluh gangguan pernafasan, batuk dan pilek. “Ada lansia, lebih banyak usia produktif.”

Beralih ke posko Panam. Tak ada warga memeriksakan kesehatan. Ada satu tempat tidur dalam tenda tertutup. Bagian luar ada meja. Hanya tampak dua kotak masker bedah dan dua botol oksigen. “Obat-obatan lain akan disuplai nanti ,” ujar Ruqqayah, petugas posko.

Hingga siang hari, 14 orang ke posko. Tiga anak-anak dan dua lansia. “Ada umur dua, delapan dan 10 tahun. Kalau dewasa ada 45 dan 50 tahun.” Warga mengeluh batuk, pilek dan gangguan pernafasan. Posko ini ada satu dokter, dua perawat dan bekerja sama dengan Satpol PP serta Rumah Sakit Jiwa Tampan.

Di Posko Rumbai,  baru 11 orang datang. “Nanti ramai sore. Kalau siang belum banyak,” kata petugas.  Posko yang banyak dikunjungi warga,  di depan Purna MTQ.  Hari itu, lebih 50 warga memeriksakan kesehatan. Ada anak-anak dan lansia mengeluhkan gangguan pernafasan. “Ada lima anak-anak dirujuk ke puskesmas karena tidak bisa diatasi disini, keluhan lebih berat,” ujar petugas posko.

Posko ini dilengkapi fasilitas lebih banyak dibanding dua posko sebelumnya. Ada tiga tempat tidur, mobil ambulans, serta obat-obatan. Jumlah tenaga medis juga banyak. Ada dua dokter, posko ini dilengkapi 10-15 perawat.

Posko kesehatan MTQ. Foto: Nurul Fitria
Posko kesehatan MTQ. Foto: Nurul Fitria

Beranjak ke posko di depan Ramayana, kondisi jauh berbeda. Posko lebih terbuka. Di dalam posko siap satu ambulans. Tampak dua tempat tidur.

Truk BNPB parkir dekat pintu masuk posko. “Obat-obatnya disini lengkap, tapi obat tetes mata habis dan oksigen botol juga tak ada,” ujar petugas. Dia mengeluhkan posko terlalu terbuka di tengah asap pekat .

Berada di bahu jalan raya Jendral Sudirman, posko ini ramai dikunjungi. Lebih 30 orang datang. Banyak juga meminta masker.

Sedang posko di depan Kantor BPBD, tak ada apa-apa. Hanya terpal di lantai dan meja merapat ke dinding posko. “Posko ada, tapi hari ini tidak ada orang. Semua pindah ke posko MTQ,” kata satpam.

Satu-satunya posko dalam ruang tertutup adalah di LAM Riau. Dilengkapi air conditioner, begitu membuka pintu masuk, udara dingin menyerbu. Ada lima tempat tidur berjejer dalam ruangan.

Warga datang lebih dari 25 orang, namun tidak ada yang dirawat intensif. “Keluhan batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan dan iritasi mata,” kata Witri petugas.

Ada dua dokter dan tiga perawat dibantu tim bantuan medis Fakultas Kedokteran Universitas Riau. “Kita minta tolong buat disosialisasikan kepada warga soal posko-posko ini.”

Data Dinas Kesehatan Riau, 7 September, ada 12.262 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Jumlah tertinggi di Pekanbaru dan Dumai, 2160 dan 2038 kasus. Ada juga pneumonia 324 kasus, asma 315, iritasi mata 879 dan iritasi kulit 1. 256.

Kini, kabut asap di Riau, mulai berkurang. Jarak pandang mulai membaik tetapi titik api kembali naik. Jarak pandang Pekanbaru pukul 17.00 satu km dan ISPU 50-150 kategori sedang.

Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru pekan lalu pekat dengan kabut asap. Foto: Nurul Fitria
Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru pekan lalu pekat dengan kabut asap. Foto: Nurul Fitria
Posko Kesehatan depan Ramayana. Dua anak sedang mengeluh batuk-batuk. Foto: Nurul Fitria
Posko Kesehatan depan Ramayana. Dua anak sedang mengeluh batuk-batuk. Foto: Nurul Fitria
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , ,