Menghadirkan Terang di Pulau Terdepan Indonesia

“Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah yang telah memberikan terang kepada kami di pulau terpencil ini.  Kami membutuhkan listrik, dan kebutuhan itu sudah di jawab”.

Itu merupakansekelumit cerita haru yang dilontarkan oleh masyarakat yang berada di pulau terdepan Indonesia.  Tepatnya di Pulau Matutuang (Kec. P. Marore) dan Kawaluso (Kec. Kendahe), yang merupakan gugusan pulau di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.  Dahulu mereka sulit mendapatkan listrik, saat ini mereka telah menikmati terang dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Dengan menumpang speedboat Badan Pengelola Perbatasan, Mongabay menuju pulau pertama yaitu Pulau Matutuang sekitar 2 jam perjalanan menggunakan speedboat berkekuatan 600PK.  Sambutan hangat oleh masyarakat terasa ketika tiba di lokasi dan kami tidak bisa berlabuh karena ombak tinggi, secara sukarela mereka menjemput dengan perahu agar kami bisa mendarat dengan selamat.

Kepala Kampung Matutuang, Heri J. Sumolang mengatakan bahwa kehadiran listrik sangat ditunggu oleh warga di pulau tersebut.  Adanya listrik memberikan suasana kampung yang lebih baik.  “Listrik tenaga matahari ini bermanfaat buat kami warga di Matutuang ini, dahulu gelap sekarang bisa lebih terang”, ungkap Sumalang.

Namun demikian, bukan tidak ada tantangan terkait dengan 30 kWp PLTS ini, terbukti bahwa dengan teknologi tinggi tersebut, pengelola merasa kesulitan jika ada kerusakan.  Hal ini diungkapkan oleh Ketua Kelompok Pengelola PLTS, Suharto Mokodompis.  “Keterbatasan pengetahuan dan ilmu kami saat ini belum mampu mengatasi jika ada kerusakan PLTS, sehingga kami masih memerlukan pelatihan teknis PLTS ini”, kata Mokodompis.

Hal senada juga diamini oleh dua orang teknisi yang bertanggung jawab dengan keberlangsungan PLTS tersebut.  Dihuni oleh 130 KK, daya terpasang per KK 450 watt dengan iuran Rp.10.000,- per bulan.  Jauh lebih murah dibanding harus menggunakan genset yang sebelumnya mengeluarkan sekitar Rp.300.000,-/bulan.

Anggota Tim Pengelola PLTS Menunjukkan Perangkat dalam Gardu Instalasi PLTS di  Pulau Matutuang Kec. P. Maroro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara sebagai penyedia listrik kepada masyarakat di pulau tersebut.  Foto : Agustinus Wijayanto
Anggota Tim Pengelola PLTS Menunjukkan Perangkat dalam Gardu Instalasi PLTS di Pulau Matutuang Kec. P. Marore, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara sebagai penyedia listrik kepada masyarakat di pulau tersebut. Foto : Agustinus Wijayanto
Perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Kawaluso, sekitar 2 jam perjalanan dari Matutuang menggunakan speed boat.  Setibanya di Kawaluso, kami pun disambut oleh keramahan penduduk disana.

Kaur Pemerintahan Hery Totaeng menyampaikan bahwa program pemerintah sangat membantu masyarakat, terutama yang berada di pulau terdepan Indonesia ini yang berdekatan dengan Negara tetangga, Filipina.  “Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah yang telah memberikan terang kepada kami di pulau terpencil ini.  Kami membutuhkan listrik, dan kebutuhan itu sudah di jawab”, ungkap Totaeng.

Hal senada juga disampaikan oleh teknisi PLTS, Roy, dengan adanya tambahan listrik yang saat ini 50 kWp mampu menerangi rumah-rumah warga sekitar 160-an KK dan jalan di kampung tersebut.  Sebelumnya telah ada 15 kWp dari Kementerian PDT, dan difungsikan untuk kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan di kampung tersebut. Iuran untuk PLTS tergolong sangat murah yaitu Rp. 6000,-/bulan.

Disisi lain, tantangan yang sama juga terjadi di Kawaluso.  Seperti halnya di Matutuang, teknisi di Kawaluso juga membutuhkan peningkatan kapasitas dalam mendukung keberlanjutan PLTS. “Pengetahuan kami masih sangat terbatas untuk dapat mengelola PLTS agar dapat berfungsi dengan baik ke depannya”, ungkap Roy.

Fasilitator yang mendampingi di wilayah tersebut juga mengungkapkan hal yang sama.  Steve F. Jansen menyampaikan bahwa yang terpenting adalah meningkatkan kapasitas pengelola dalam mengelola PLTS agar lebih baik.  “Teknisi PLTS perlu diperkuat kemampuannya agar jika ada kerusakan PLTS mampu menangani karena pengetahuan dan keterampilan dimiliki oleh mereka”.

PLTS dikedua pulau yang merupakan program Kementerian ESDM dan KKP untuk pulau-pulau terluar Indonesia ini memang menggunakan listrik berbasis energi terbarukan tersebut.

Anggota Tim Pengelola PLTS memperlihatkan batere penyimpan listrik dalam Gardu Instalasi PLTS di  Pulau Kawaluso Kec. Pulau Kendahe, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara sebagai penyedia listrik kepada masyarakat di pulau tersebut.  Foto : Agustinus Wijayanto
Anggota Tim Pengelola PLTS memperlihatkan batere penyimpan listrik dalam Gardu Instalasi PLTS di Pulau Kawaluso Kec. Pulau Kendahe, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara sebagai penyedia listrik kepada masyarakat di pulau tersebut. Foto : Agustinus Wijayanto
Ditjen. Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) bekerjasama dengan Ditjen. Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) pada tahun 2014 telah mengembangkan PLTS terpusat di 25 pulau-pulau kecil/terluar berpenduduk.

Sedangkan Ditjen. KP3K melalui Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil berkontribusi dalam pendampingan masyarakat melalui keberadaan Fasilitator.

Untuk selanjutnya pada tahun 2015, Ditjen. KP3K dan Ditjen. EBTKE bekerjasama dengan Gesellschaft fur Internationale Zusammenabeit (GIZ) melakukan kegiatan penguatan kapasitas Fasilitator dalam mendampingi masyarakat untuk pengembangan PLTS tersebut.

Mengingat pentingnya listrik tersebut, sudah tentu perlu perhatian lebih banyak dari Pemerintah dan pihak terkait dalam menghadirkan terang di masyarakat Indonesia, secara khusus kepada warga masyarakat yang berada di pulau-pulau terdepan sebagai pintu gerbang Negara Republik Indonesia ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , ,