, ,

1,7 Juta Hektar Lahan Terbakar, Indonesia Mulai Terima Bantuan Negara Lain

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, saat ini diperkirakan mencapai luas 1,7 juta hektar, antara lain di  Kalimantan 770.000 hektar,  35,9%  di lahan gambut. Sedang, Sumatera 593.000 hektar terbakar, dengan 45,5% lahan gambut dan Sumatera Selatan 221.704 hektar.  Kabut asap pekat dari kebakaran lahan dan hutan ini telah menyebabkan puluhan ribu warga menderita sakit, hampir 30 juta orang terdampak. Korban jiwa berjatuhan dampak asap berbahaya ini, seperti di Riau, Jambi dan Kalimantan Tengah.

Presiden Joko Widodo,  seperti dikutip dari website Setkab.go.id menyatakan, dengan lahan terbakar begitu luas hingga menyulitkan pemadaman, meskipun pemerintah telah berupaya dengan mengerahkan berbagai lini dari daerah hingga pusat.

Namun, kata Presiden, upaya penanganan bencana asap terasa lama karena wilayah terbakar sangat luas bersamaan dengan kekeringan hingga tak hujan dan pasokan air terbatas.

Kekuatan dalam negeri dari Manggala Agni, BNPB, TNI, sampai masyarakat sudah dikerahkan, tetapi api tak juga padam. Asap pekat masih menyelimuti beberapa daerah meskipun sudah mengalami penurunan.

Bantuan negara lain

Akhirnya, Presiden membuka pintu negara lain ikut membantu—setelah sebelumnya masih berupaya menggunakan kekuatan dalam negeri. “Pemerintah menerima bantuan pesawat dari Malaysia, Singapura, Rusia dan Tiongkok,” katanya  kala ke lokasi kebakaran, di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kampar, Riau, Jumat (9/10/15).

Menurut Jokowi, pemadaman akan fokus mengerjakan ke titik api paling banyak, di Sumsel. “Asap yang kesini (Riau) dari sana.”

Jokowi menargetkan dalam dua minggu kebakaran bisa tertangani karena sudah memakai kapasitas water bombing lebih besar.

Informasi dari Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyebutkan, yang mengatur bantuan internasional soal asap kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan oleh Kementerian Luar Negeri.

Saat ini, katanya,  ada lima negara akan membantu Indonesia yaitu Singapura, Malaysia, Tiongkok, Australia dan Rusia.  “Hingga kini baru Singapura dan Malaysia yang menyampaikan bentuk bantuan dan persiapan pengiriman. Kemenlu masih menunggu kepastian bantuan beberapa negara lain,” katanya dalam informasi yang dibagikan kepada Mongabay, di Jakarta, Jumat (9/10/15).

Pemerintah Singapura, kata Sutopo,  akan mengirimkan satu helikopter Chinook beserta bumbi bucket mampu membawa air 5.000 liter pada Jumat (9/10/15). Pesawat terbang dari Singapura langsung ke Palembang.

Lalu, akan diberangkatkan juga satu pesawat Hercules C-130 dengan 42 personil pemadam kebakaran dari Badan Pertahanan Sipil Singapura (SCDF), berikut awak dan peralatan.

Untuk Malaysia, katanya,  sedang menyiapkan pengiriman satu pesawat bombardier CL415 water bombing dan satu pesawat Hercules C-130 yang mengangkut crew, peralatan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Juga satu helikopter kecil untuk survai dan memandu pemboman air. “Malaysia sudah kirim permohonan flight clearance kepada Kemenlu. Rencana dikirim 9 dan 16 Oktober 2015.”

Dia mengatakan, bantuan Singapura dan Malaysia akan bergabung dengan tim Indonesia guna memadamkan api dan asap di Sumsel.  Pemerintah Indonesia sudah menempatkan lima helikopter water bombing dua pesawat air tractor water bombing, dan satu Casa 212.

BNPB juga akan menambah helikopter water bombing.. Pengerahan personil gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, BNPB,  dan BPBD dan lain-lain sebanyak 3.694 personil TNI dan Polri akan menambah kekuatan untuk operasi di darat.

Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo mengatakan, selama bantuan tak mengikat dan tak ada embel-embel atau tak mengintervensi negara, bagi Komisi IV, tak masalah bantuan diterima.

“Kita dibantu oleh orang juga tidak usah malu menerimanya. Ini adalah bencana melibatkan banyak orang. Permasalahan ini tidak hanya berdampak kepada kita sendiri juga negara tetangga,” katanya.

Pembuatan kanal bersekat dan sodetan-sodetan kanal di Kalteng. Foto dari akun Facebook Presiden Jokowi
Pembuatan kanal bersekat dan sodetan-sodetan kanal di Kalteng. Foto dari akun Facebook Presiden Jokowi

Sekat kanal 

Di Riau, Jokowi kembali mengingatkan soal pentingnya sekat kanal karena kebakaran banyak terjadi di lahan gambut. Karakteristik gambut unit hingga sulit pemadaman. “Di atas kelihatan sudah padam, tapi di bawah masih membara,” katanya masih dari website Setkab.go.id.

Untuk itu, solusi mengatasi kebakaran lahan gambut, katanya, dengan membuat kanal bersekat, dan sisi kiri kanan diberi stok air  dengan embung. Tujuannya, melakukan pembasahan (rewetting) lahan gambut.

Sekat kanal  ada embung, katanya, selain dibuat di lokasi bekas kebakaran, Desa Rimbo Panjang, Kampar, juga di Pulang Pisang Kalimantan Tengah.

Soal sekat kanal dan embung ini, data BNPB per 7 Oktober 2015, menyebutkan, sodetan di Jembatan Tumbang Nusa Desa Pilang, Jabiren Raya , Pulau Pisau, Kalteng, panjang kanal 7.000 meter, lebar empat meter, dan dalam dua meter. Lalu, sodetan lorong ke dalam ada 28, lebar dua meter  dalam dua meter. Kolam kolam 30 buah, ukuran 10 x 10 meter, dan ukuran 20×30 dengan dalam empat meter.

Direktur Eksekutif Walhi Kalteng, Arie Rompas menilai pembangunan sekat kanal bukan solusi. Justru,  makin membuat lahan gambut kering.

“Akar persoalan karena pembukaan skala luas. Ada kanal mengeringkan lahan gambut. Ketika Jokowi datang, menyimpulkan masalah dan harus dibangun kanal. Padahal kanal yang membuat gambut kering. Yang dilakukan Jokowi bukan solusi. Dari mana sumber air untuk kanal? Kanal akan makin banyak . Ini akan menghancurkan gambut,” katanya, pekan lalu.

Menurut dia, sekat kanal yang dibangun bukan di daerah ada titik api.  “Ini kesalahan sangat fatal. Yang dibangun kanal, tetapi titik api di wilayah lain. Ini menunjukkan upaya Jokowi tidak menjawab persoalan. Belum lagi ukuran elevasi gambut. Dari mana sumber air untuk pemadaman itu juga tidak jelas. Level ketinggian Sungai Kahayan dan kanal sangat berbeda.” Jadi, katanya, secara teknis perlu ekologi lebih kuat. “Kanal akan menghancurkan gambut.”

Anggapan ini dibantah Direktur Pengendalian  Kebakaran Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan. Menurut dia, air akan membasahi sekat kanal dari Sungai Kahayan, memanfaatkan pasang surut air. Selama ini katanya, keadaan pasang Sungai Kahayan tak dimanfaatkan membuat gambut kembali menjadi basah.

“Dengan sekat kanal, saat air Sungai Kahayan pasang, akan masuk ke kanal. Karena ada sekat, ketika surut air tertangkap di sekat kanal dan tak akan keluar lagi. Biasa keadaan pasang pagi hari. Siang jam satu sudah surut lagi,” katanya.

Menurut Raffles tak ada pembangunan kanal baru, yang ada direhabilitasi. Diperbaiki, diperdalam, dibuat embung, dan sekat. Ada pengaturan sesuai level ketinggian air. “Dengan sodetan itu akan mempermudah menyediakan air bahkan sampai empat km ke dalam.”

Selama ini, katanya, kanal ada, tetapi tidak disekat. “Jadi air pasang, terbuang lagi kala surut. Apalagi saat kemarau menjadi kering. Sekat kanal dibuat agar air bertahan lama. Gambut menjadi basah. Air kita atur, akan ada embung untuk menyiapkan air.”

Embung-embung akan dibangun. KLHK akan menyediakan pompa air untuk menyemprot. Total pompa air ada 30 di Kalteng.

Sekat kanal sedang dikerjakan sepanjang 17 km di Kalteng dan Kalsel. KLHK sedang kajian dan berkonsultasi dengan para ahli agar bisa diterapkan di daerah lain.

“Kami meminta pemda memetakan wilayah mana yang rawan kebakaran untuk dibuat sekat kanak. Yang dikerjakan di Kalteng dan Kalsel baru 17 km.”

Senada dengan Kepala BNPB Willem Rampangilei. Menurut dia, Presiden memerintahkan membangun kanal bersekat, bukan kanalisasi. Upaya ini untuk pencegahan.

“Memang lahan gambut kering saat ini karena kanalisasi masa lalu. Jadi dibuat kanal tanpa dibendung dan disekat. Maka lahan gambut menjadi kering. Kalau sudah terbakar, sulit dipadamkan,” katanya, pekan lalu.

Proses pembangunan kanal bersekat dan embung sejak 25 September, sehari setelah Presiden berkunjung ke Kalteng. Panglima TNI mendatangkan detasemen seni dan peralatan dengan harapan 10 Oktober selesai.

“Dengan kanal bersekat, sangat membantu percepatan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. ini akan kita kembangkan di kemudian hari. Kanal bersekat bertujuan membasahkan kembali lahan gambut.”

Asap begitu pekat.  Foto ini diambil di Jalan Palangkaraya-Pulau Pisau Km 29,5, Kalteng,  pada Jumat (9/10/15). Informasinya, api menjalar antara 400 - 600 meter dari tepi jalan, kondisi lapangan air sulit ditemukan, dan jangkauan selang pompa tidak memadai. Foto dari Facebook Januminro, pegiat lingkungan dari Kalteng.
Asap begitu pekat. Foto ini diambil di Jalan Palangkaraya-Pulau Pisau Km 29,5, Kalteng, pada Jumat (9/10/15). Informasinya, api menjalar antara 400 – 600 meter dari tepi jalan, kondisi lapangan air sulit ditemukan, dan jangkauan selang pompa tidak memadai. Foto dari Facebook Januminro, pegiat lingkungan dari Kalteng.
Sekat-sekat kanal dibuat di Kalteng. Foto dari akun Facebook Presiden Jokowi
Sekat-sekat kanal dibuat di Kalteng. Foto dari akun Facebook Presiden Jokowi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , ,