, ,

Para Relawan Melawan Asap Ini Tuntut Tutup Perusahaan Pembakar Lahan

“Raung buldozer gemuruh pohon tumbang. Berpadu dengan jerit isi rimba raya. Tawa kelakar badut badut serakah. Tanpa HPH berbuat semaunya… Lestarikan alam hanya celoteh belaka. Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu. Oh mengapa…” Itulah kutipan lagu Iwan Fals berjudul Isi Rimba, yang dibawakan pemusik jalan yang meramaikan aksi melawan asap di Medan, Selasa (13/10/15).

Ada juga memperagakan Sibuta dari Gua Hantu, lengkap dengan monyet, sambil membawa tulisan, “Jangan ada lagi korban asap, dan cukup dirinya yang buta.”  Aksi ini mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian. Sambil mengatur lalulintas, aparat dibagikan masker karena khwatir menjadi korban asap.

Ratusan massa dari berbagai komunitas melawan asap dan pembakaran hutan, sepanjang Jumat hingga Selasa (13/10/2015) aksi unjukrasa di Medan, Sumatera Utara. Mereka dari Riau, Jambi, Kalimantan, dan Sumut. Mereka menuntut pemerintah menindak tegas dan menutup perusahaan pembakar lahan. 

Dalam aksi, mereka membawa berbagai spanduk yang dibentangkan di beberapa sudut jalan di Medan. Pemerintah Indonesia, dituntut tidak sekadar pencitraan dengan mengatakan akan memberikan tindakan tegas pada perusahaan tanpa aksi nyata.

Upaya kepolisian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dalam menangani kasus kebakaran ini dinilai terlambat. Mabes Polri menyatakan, 218 tersangka di tujuh wilayah berdampak asap, 34 berkas dinyatakan lengkap dan dilimpahkan ke kejaksaan.

“Kemana selama ini penegak hukum? Kemana KLHK? Kemana pemerintah daerah? Ketika sudah jatuh korban jiwa baru bekerja. Ketika Presiden Jokowi blusukan ke hutan baru semua rame-rame menyatakan bekerja,” teriak Bondan Hariyanto, komunitas tolak perusakan hutan Indonesia dari Jambi.

Beginilah kabut asap di Kota Medan dari asap tebal kiriman  kebakaran hutan di  Sumatera. Foto:  Ayat S Karokaro
Beginilah kabut asap di Kota Medan dari asap tebal kiriman kebakaran hutan di Sumatera. Foto: Ayat S Karokaro

Mengapa mereka aksi di Medan? Menurut Muhammad Darwis Nasution, Koordinator Relawan Menolak Asap, Medan, sentra netral dari aksi kali ini. Sebelumnya, menggelar aksi serupa di daerah-daerah terdampak kebakaran. Medan, juga korban asap kebakaran hutan dari provinsi lain, jadi harus disinggahi.

Data mereka, setidaknya ada 20 korban asap meninggal dunia. Ada puluhan ribu terserang ISPA dari kabut asap tebal kebakaran lahan. Jadi, mereka menuntut pemerintah mencabut izin perusahaan pembakar yang sudah menelan korban jiwa ini.

“Kami mendesak ini menjadi bencana nasional. Daerah-daerah itu bagian Indonesia. Jakarta harus melihat serius. Apa mesti Jakarta terdampak baru bencana asap menjadi bencana nasional? Peradilan juga harus bersikap adil. Jangan mau disuap.”

Tak hanya korban manusia, dalam kebakaran ini banyak satwa dilindungi menjadi korban. Tidak sedikit mati. Di Kalimantan, ada orangutan menjadi korban asap. Di Riau dan Jambi, gajah liar jadi korban. “Data kami ada delapa gajah mati akibat kebakaran ini.”

Para relawan juga membagi-bagikan masker pada pengendara. Mereka mengumpulkan sumbangan, yang akan diberikan pada korban terdampak asap.

Asap Sumut

Sementara itu, Kepala BLH Sumatera Utara, Hidayati, mengatakan, kabut asap Kota Medan dalam beberapa hari cukup tebal. Untuk itu, perlu menggunakan masker dan menjaga kondisi kesehatan, sebab ketebalan debu tebal. Penyakit-penyakit yang bisa terkena seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, asma, iritasi mata dan iritasi kulit “Segera ke dokter jika ada gejala itu,” katanya.

BLH juga melakukan pengukuran kualitas udara di beberapa titik, seperti Kuala Namu, Deli Serdang, Polonia Medan, dan Kantor Gubernur Sumut. Hasilnya, udara cukup berbahaya bagi kesehatan kala terhirup.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , , ,