,

Gajah di Aceh Terkini: Satu Sekarat kena Jerat, Dua Individu Mati

Satu individu anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang diperkirakan berusia 4 tahun dilaporkan dalam kondisi kritis setelah terkena jerat rusa yang dipasang warga di dekat hutan. Anak gajah itu, kini bersembunyi di rimbunan hutan muda di Desa Tunong, Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie, Aceh, dan dijaga oleh 2 individu gajah jantan dan 1 betina.

Boyhaqie, anggota ranger masyarakat yang ikut memantau mengatakan, anak gajah tersebut harus segera mendapat bantuan medis agar nyawanya selamat. “Gajah itu sudah terkena jerat sejak Jumat (9/10/15) dan kami sudah melaporkannya ke BKSDA Aceh. Namun, belum ada tim medis yang turun ke lapangan untuk mengobati si gajah,” katanya.

Sejak Kamis (8/10/15), warga melihat 13 ekor gajah berkeliaran di sekitar kebun yang berbatasan dengan hutan. Akibat banyaknya gajah itu, warga tak ada yang berani bekerja di kebun.

Rabu (14/10/15)  tim ranger masyarakat kembali mengecek kondisi anak gajah tersebut. “Jika melihat tanda-tanda jejak di tanah, anak gajah itu sepertinya sudah sekarat. Kami tak bisa mendekat karena dihalau oleh gajah jantan yang menjaga anak gajah itu. Kondisi hutan juga sangat rapat dengan tanaman sehingga menyulitkan kami memantau,” ujar Boyhaqie.

Kepala BKSDA Aceh Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, pihaknya juga sedang menangani kasus matinya 2 individu gajah di Desa Geni, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya. “Dilaporkan, seekor induk gajah beserta anaknya ditemukan mati yang diduga memakan racun.”

Anak gajah sumatera yang kondisinya kian kritis setelah terkena jerat rusa di Pidie, Aceh. Foto atas dan bawah: Boyhaqie
Anak gajah sumatera yang kondisinya kian kritis setelah terkena jerat rusa di Pidie, Aceh. Foto atas dan bawah: Boyhaqie

Peristiwa kelam ini tentunya menambah panjang daftar kematian gajah sumatera di Aceh. Berdasarkan catatan WWF-Indonesia, sejak 2012 telah ada 36 individu gajah yang mati dan jumlahnya terus bertambah. Penyebab utamanya karena racun, sementara beberapa kasus dikarenakan terkena setrum atau terjerat di perkebunan sawit. Secara keseluruhan, kematian gajah di seluruh Pulau Sumatera dalam tiga tahun terakhir sekitar 200 individu dari populasinya di alam yang berdasarkan data Forum Gajah Indonesia 2014 sekitar 1.700 individu.

Sunarto, Wildlife Species WWF-Indonesia sebelumnya mengatakan, jika hukum tidak ditegakkan untuk mencegah pembunuhan dan perburuan, gajah sumatera diperkirakan bisa punah dalam kurun waktu 10 tahun kedepan. “Populasi gajah sumatera menurun drastis. Kami mendesak dan siap mendukung tim penegak hukum untuk segera mengungkap kasus ini agar pihak-pihak terlibat dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.”

Menurut Sunarto, kasus-kasus kematian gajah tak lepas dari konflik satwa-manusia (human-wildlife conflict) yang berakar dari berubahnya fungsinya kawasan habitat gajah menjadi perkebunan sawit. Menurutnya, diperlukan upaya perbaikan sistem menyeluruh dan penataan ulang zonasi perkebunan agar keberadaan perkebunan sawit tidak mengancam habitat satwa liar dilindungi termasuk gajah sumatera.

Habitat dan populasi gajah sumatera mengalami penurunan drastis. Sekitar 70% habitatnya hilang atau rusak hanya dalam satu generasi (25 tahun) sejak 1985. “Sebanyak 23 kantong populasi gajah pun mengalami kepunahan lokal pada periode tersebut, yang sebagian besar berada di Lampung dan Riau,” papar Sunarto.

Jerat usa yang dipasang warga yang telah mengenai anak gajah yang kondisinya kian kritis. Foto atas dan bahwa; Boyhaqie
Jerat usa yang dipasang warga di dekat hutan di Pidie, Aceh, yang telah mengenai anak gajah yang kondisinya kian kritis. Foto atas dan bahwa; Boyhaqie
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,