,

Unik! Tikus Hidung Babi Ditemukan di Sulawesi

Sekelompok  ilmuwan dari Museum Zoologi Bogor, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lousiana State University, dan Museum Victoria berhasil menemukan spesies tikus baru yang begitu unik. Tikus ini ditempatkan sebagai genus baru tikus, yang disebut tikus hidung babi atau hog-nosed rat.

Spesies yang diberi nama Hyorhinomys stuempkei atau ‘tikus hidung babi’ ini adalah tikus karnivora yang memiliki bentuk wajah unik dan berbeda jika dibandingkan tikus lainnya. Para peneliti meringkas hasil penemuannya itu  dalam artikel yang dipublikasikan di The Journal of Mammology edisi 29 September 2015.

Nama Hyorhinomys berasal dari kata hyo yang artinya babi. Sedangkan rhino merupakan hidung, dan mys artinya tikus. Untuk nama stuempkei dicuplik dari nama Harald Stuempke, penulis buku The Snouter yang berkisah tentang tikus terkena radiasi yang mengakibatkan hidungnya memanjang.

Tikus spesies baru ini memiliki ciri yang unik, seperti hidung yang datar dan berwarna merah muda, dan lubang hidung yang menghadap depan seperti babi. Ciri lainnya, kaki belakang panjang yang digunakan untuk melompat, gigi bawah yang menjorok keluar dari mulutnya yang kecil (yang di dalam jurnal tersebut disebut sebagai “gigi vampire”), juga rambut panjang di sekitar alat kelaminnya yang oleh para peneliti diyakini berguna dalam hal reproduksi.

Salah satu ciri yang cukup menonjol adalah tidak adanya rahang bawah, untuk membantunya mengerat dengan kuat. Karena itu, makannya berupa cacing tanah dan larva kumbang.

Dalam jurnal tersebut disebutkan juga, bila spesies baru ini memang berbeda dengan spesies tikus lainnya di Indonesia berdasarkan ukuran hidung dan moncongnya yang mengarah ke depan. Dan jika dibandingkan dengan tikus yang ada di Sulawesi, tikus baru ini memiliki telinga yang sangat besar, diperkirakan sekitar 21 persen dari panjang kepala dan badan.

Tikus hidung babi ini ditemukan di hutan Sulawesi Tengah. Foto atas dan bawah: Kevin Rowe/Museum Victoria

Jake Esselstyn, kurator mamalia dari Lousiana State University memastikan, berdasarkan hasil pengurutan DNA yang dilakukan tim peneliti, tikus ini berbeda secara genetik dengan spesies tikus yang lain. Ini yang menempatkannya dalam genus baru.

Penemuan ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat kompleksitas geografi Pulau Sulawesi yang bergunung dan sangat sulit untuk disurvei sehingga penelitian jarang dilakukan. Kawasan tempat tikus ini ditemukan berada di kawasan Gunung Dako, Kabupaten Toli-toli, Sulawesi Tengah, dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Atau, dua hari perjalanan dari desa terdekat.

“Banyak kompleksitas bio-geografi di Pulau Sulawesi. Sehingga, kami tidak terlalu terkejut jika kami menemukan hal-hal baru di sana. Tapi, tim kami cukup terperangah mendapati betapa hewan ini begitu aneh. Hewan ini tak hanya merupakan organisme berbeda, namun juga benar-benar berbeda secara kharismatis,” tutur Esselstyn.

Tim peneliti menemukan tikus hidung babi ini pertama kali pada 2013. Namun, Esselstyn mengatakan bahwa dia dan salah satu koleganya, Kevin Rowe, kurator senior di Museum Victoria, langsung tahu bahwa mereka baru saja menemukan hewan yang belum ada dideskripsikan secara sains. “Kami tak pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Jelas, ini adalah spesies baru.”

Penemuan genus dan spesies baru ini tentu saja menambah catatan keragaman jenis tikus yang ditemukan di Sulawesi menjadi 6 gebera dan 8 spesies. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan guna menyibak kekayaan satwa yang ada di hutan Sulawesi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,