,

Buku Pendidikan Lingkungan Hidup yang Membanggakan Gorontalo

Sebagai wilayah yang berada di utara Pulau Sulawesi, Gorontalo memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Buku pendidikan lingkungan hidup yang dibuat oleh Ani Kartika Sari dan Lynn Clayton khusus untuk sekolah dasar ini, diharapkan bisa menjabarkan kekayaan alam Gorontalo dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

Berawal dari pertemuan 30 tahun lalu. Ketika itu, Lynn Clayton mahasiswa asal Inggris, bertemu dengan mahasiswa asal Bogor, Ani Kartika Sari. Mereka dipertemukan oleh minat yang sama untuk belajar konservasi. Pertemuan keduanya semakin intens dan berubah menjadi persahabatan ketika di Gorontalo.

Lynn melakukan penelitian dan juga konservasi di Hutan Nantu, yang berstatus Suaka Marga Satwa. Sementara Ani, penelitiannya lebih kepada kajian sosial, mengenai persepsi manusianya. Ia mewawancarai stakeholder di Gorontalo maupun di Jakarta, mulai dari pendidik, penegak hukum, pejabat, anggota DPR, hingga Emil Salim yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup di era Soeharto.

“Saya melakukan analisis interview mendalam pada 150 orang. Dari situ salah satu kesimpulannya bahwa masih banyak yang tidak menaruh perhatian dan peduli terhadap keanekaragaman hayati di Gorontalo,” kata Ani kepada Mongabay, Sabtu, (17/10/15).

Ani dihadapkan pada kenyataan bahwa orang Gorontalo masih banyak yang belum menghargai satwa dan keunikan alam mereka sendiri. Sementara orang luar, seperti Lynn Clayton, getol memperkenalkan Gorontalo kepada dunia internasional melalui tulisan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Dari sinilah, Ani dan Lynn melahirkan gagasan membuat buku pendidikan lingkungan hidup di Gorontalo. Ani yang merancang draf, sedang Lynn mencari dana. “Masalah pendidikan lingkungan harus diarusutamakan dan tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap.”

Ani kini berstatus sebagai dosen di Lincoln University, Selandia Baru. Ia mengajar mata kuliah pengelolaan hutan dan juga mengajar pada program pasca- sarjana. Ditengah kesibukannya, ia kerap menyambangi Gorontalo hampir, hampir setiap tahun.

Desember 2013 hingga April 2014, ia telah merampungkan draf pendidikan lingkungan Gorontalo, kemudian dilokakaryakan dengan melibatkan perwakilan guru se-Gorontalo. “Buku ini lahir bukan dari benak saya, tapi melibatkan pengajar. Lokalitas Gorontalo hadir di buku ini.”

Fokus buku ini, katanya, dirancang untuk anak sekolah dasar kelas 5 dan 6. Sifatnya realistis dan tidak abstrak, siapa saja dengan mudah memahaminya. Buku ini juga terdiri dari dua bagian. Bagian pertama merupakan bahan untuk guru, atau semacam silabus, sementara bagian kedua adalah kegiatan atau aktivitas anak-anak yang sudah disesuaikan dengan lingkungan Gorontalo.

“Misal hutan mangrove, rantai makanan, atau fungsi pohon secara keseluruhan. Bahan yang ada pada buku ini sudah siap pakai. Ini seperti perpusaktaan mini yang membahas hutan, baik secara moral ataupun dalam tinjauan agama.”

Danau Limboto, danau bersejarah yang saat ini dangkal dan sebagian besar permukaannya dipenuhi eceng gondok. Foto: Christopel Paino

Muatan lokal

Pertengahan Oktober 2015, Ani Kartika Sari melakukan roadshow ke kabupaten dan kota, beker jasama dengan dinas pendidikan setempat, meluncurkan buku pendidikan lingkungan hidup tersebut. Ia juga diundang oleh pondok pesantren serta Universitas Negeri Gorontalo. “Respon pemerintah, seperti gubernur dan walikota sangat baik.”

Di kabupaten Boalemo yang bersentuhan langsung dengan Hutan Nantu, kata Ani, secara eksplisit kepala dinas di sana mengatakan sesegera mungkin akan membuat surat keputusan agar menggunakan buku ini sebagai muatan lokal. “Buku ini uniknya membahas aspek biologi, sosial, ekonomi, dan aplikasinya ke lingkungan Gorontalo. Tapi jika dipakai di belahan lain di Indonesia, saya rasa masih sangat relevan,” ujar Ani.

Ani sendiri menilai, buku tersebut pastinya memiliki kelemahan. Penjelasan dan contoh-contohnya barangkali masih banyak yang abstrak atau asing. Sehingga, semakin cepat diterapkan di sekolah, akan jauh lebih cepat dievaluasi, serta ada kesempatan untuk memperbaiki. “Buku ini ibaratnya, kalau tidak ada rotan, akar pun berguna. Anggaplah buku ini akar.”

Ikan manggabai di Danau Limboto yang kian sulit didapat. Jika tidak ada upaya pelestarian dikhawatirkan ikan endemik Danau Limboto ini akan punah. Foto: Christopel Paino

Hutan Nantu  

“Agak sulit menjelaskan kondisi Hutan Nantu saat ini,” kata Ani.

Ia menjelaskan, salah satu contoh adalah peta. Menurutnya, peta itu sesuatu yang objektif, tapi peta itu hanya di atas kertas dan di lapangan sangat beda. Sudah jelas, Suaka Margasatwa Nantu harusnya tidak ada kegiatan ekstraksi, tapi di sana ada penambangan, ada illegal logging. Sementara suara untuk menentang hanya sedikit, misalkan hanya suara Lynn atau BKSDA. “Kami justru kewalahan dengan pemerintah daerah yang tidak melakukan apa-apa, malah hanya mengeluarkan izin.”

Agar hutan Nantu tetap eksis dan supaya tidak cepat terjadi penggeregotan akibat desakan-desakan kegiatan ilegal, Yani (Yayasan Adudu Nantu International) telah bekerja sama dengan penegak hukum. “Namun, kerja sama tersebut, bukan karena ingin melakukan militerisasi. Tapi karena cara lainnya tidak jalan.”

Selain itu karena kesadaran untuk tidak melakukan tindakan ilegal itu belum ada. Selalu alasannya ekoniomi. Padahal, prinsipnya hanya menguntungkan sedikit orang, tapi merugikan orang banyak. “Alam itu tidak punya suara sendiri. Alam memerlukan suara kita.”

Kehadiran Yani, menurutnya, tidak sekadar pada aspek penelitian, tapi juga memberikan pendidikan kepada anak sekolah. Karena, pengetahuan mengenai keterkaitan antara hutan dan jasa hutan masih rendah. Di hutan, kayu dihargai, tapi jasa lingkungan diabaikan karena masih banyak orang yang belum tahu. Sementara kita belajar tentang lingkungan, tapi saling terpisah, dan kadang tidak nyambung.

“Ini juga yang mendasari ketika mengambil keputusan bahwa hutan tidak bisa dinilai dengan uang,” papar Ani.

Buku Panduan dan MAteri Lingkungan Hidup Tingkap Pendidikan Dasar di Provinsi Gorontalo

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,