,

Laut Indonesia Timur Wajib untuk Dijaga Bersama!

Sudah sejak lama kekayaan hayati Indonesia diakui sebagai salah satu yang terbaik dan terlengkap di dunia. Tidak hanya spesies ikan yang ada di lautan, kekayaan satwa laut juga diakui sangat beragam di Indonesia. Karenanya, Indonesia dikenal sebagai negara ibu bagi biota perairan laut di dunia.

Fakta tersebut menjadi anugerah yang tak bisa digantikan oleh apapun. Menurut Ketua Badan Pengurus WWF Indonesia Kemal Stamboel, kekayaan hayati yang ada di Indonesia saat ini harus bisa dijaga dengan baik dan dengan cara yang baik.

“Kalau kita ingin membangun sesuatu di Indonesia, maka pastikan rencana itu sudah sesuai dengan prinsip konservasi laut di Indonesia. Dengan demikian, antara pembangunan dan perlindungan kekayaan hayati dan laut bisa berjalan beriringan,” ujar Kemal di Jakarta, Rabu (28/10/2015).

Menurut Kemal, dengan memperhatikan prinsip konservasi, maka siapapun yang akan melaksanakan proyek pembangunan, bisa ikut melindungi kekayaan hayati dan laut yang saat ini ada.

Di antara keberagaman hayati dan laut yang ada di Indonesia, menurut Kemal, terdapat di kawasan Indonesia Timur, khususnya di sekitar Pulau Papua. Kata dia, kekayaan hayati dan laut yang ada di sekitar Papua menjadi rumah bagi kekayaan hayati dan laut di Indonesia.

Surga IUU Fishing

Karena kekayaan hayati dan laut yang ada di Indonesia Timur, Indonesia sejak lama dikenal sebagai salah satu surga bagi pencari ikan ilegal dari berbagai negara. Bahkan, karena aksi illegal, unreported, unregulated (IUU) Fishing yang sudah lama terjadi di Indonesia, Indonesia harus kehilangan 55 persen kuota ikan.

“Itu artinya, saat ini kuota yang tersedia tinggal 45 persen saja. Itu menjadi ancaman serius yang harus ditangani. Kita bersyukur karena Pemerintah sudah mulai menangani hal ini sejak setahun terakhir,” ungkap Strategic Leader Coral Triangle WWF Indonesia Imam Syuhada.

Selain IUU FIshing, Iman menyebutkan, ancaman lain yang dihadapi saat ini adalah keberadaan sampah di lautan yang jumlahnya semakin tak terbendung. Sampah-sampah yang berserakan tersebut, sebagian besar adalah sampah plastik yang memiliki resiko sangat tinggi dalam menjaga keberlangsungan satwa yang ada di laut Indonesia Timur.

“Bayangkan, bagaimana jika satwa seperti penyu yang sudah langka memakan sampah plastik, mereka pasti akan terancam jiwanya. Padahal, satwa tentu tidak bisa membedakan mana plastik dan mana bukan. Bagi mereka semua sama saja,” tutur Imam.

Sebagai negara yang memiliki lautan luas, Imam mengungkapkan, produksi sampah Indonesia bisa mencapai 9 juta ton dan itu hanya kalah dari Tiongkok saja yang hingga saat ini masih berstatus sebagai negara penghasil sampah terbesar di lautan.

Selain masalah sampah, Imam Syuhada menjelaskan, ancaman lain yang dihadapi Indonesia saat ini dalam menjaga keberlangsungan aneka biota lautnya, adalah perilaku dari warga dan pendatang yang sedang berada di perairan Indonesia Timur.

Coral Triangle

Salah satu biota laut yang ada di perairan Indonesia Timur dan saat ini menjadi yang terlengkap di dunia, adalah terumbu karang. Keberadaan terumbu karang tersebut, menjadi bagian dari coral triangle yang mencakup beberapa negara di sekitar Indonesia.

“Tetapi, terumbu karang yang ada di Indonesia sangat lengkap. Dan, kawasan yang menjadi rumah terumbu karang Indonesia itu, tidak lain adalah di sekitar Raja Ampat. Itu adanya di Papua. Jadi, kekayaan itu menjadi bukti nyata bahwa Indonesia Timur memang kaya akan aneka hayati laut,” ucap Imam Musthofa, Strategic Leade fo Coral Triangle WWF Indonesia.

Sebagai bukti bahwa kekayaan laut Indonesia Timur memegang peranan penting di dunia, kata Imam, saat ini 76 persen spesies coral triangle dunia itu berada di Indonesia. Selain itu, 37 persen ekosistem dunia juga ada di coral triangle, salah satunya ada di Indonesia.

penyu sisik hidup diantara terumbu karang. Foto : Arkive.org
penyu sisik hidup diantara terumbu karang. Foto : Arkive.org

“Kekayaan lain yang tidak bisa dilupakan, adalah Indonesia menjadi rumah bagi 6 spesies penyu dari total 7 spesies yang tersisa di dunia. Sangat langka. Selain itu, Indonesia juga adalah penghasil 40 persen tuna dunia. Itu menegaskan bagaimana kayanya laut Indonesia Timur,” tutur Imam Musthofa.

Untuk itu, menurut CEO WWF Indonesia Efransjah, perlu kesadaran semua pihak untuk bisa menjaga kekayaan hayati dan laut di Indonesia Timur.”Kalau hanya WWF saja, yang tidak mungkin. Kita butuh pihak-pihak lain juga untuk ikut menjaganya. Seperti yang dilakukan HSBC ini,” ucap dia menyebut hasil kerja sama dengan bank swasta asal Hong Kong itu.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , ,