Inilah Penjelasan Mengapa Gempa Mengguncang Aceh hingga 140 Kali

Pasca-gempa berkekuatan 9,1 Skala Richter (SR) yang diikuti tsunami pada 26 Desember 2004 silam, gempa-gempa susulan hingga 11 tahun ini masih terjadi di Aceh. Bahkan, dalam tiga hari terakhir (Minggu hingga Selasa), gempa telah mengguncang Serambi Mekah hingga 140 kali.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Aceh, Faizal Adriansyah, Selasa (10/11/15) menyebutkan, setelah gempa paling fenomenal yang terjadi pada 26 Desember 2004 yang berpusat di Samudera Hindia, banyak gempa susulan yang terjadi di Aceh dan daerah lainnya di dunia.

Gempa tektonik ini terjadi karena pergerakan lempeng bumi. Terlebih, Aceh berada pada jalur pertemuan dua lempeng bumi, yaitu lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

“Gempa-gempa susulan yang terjadi saat ini untuk menstabilkan kembali lempeng bumi setelah gempa kuat pada penghujung 2004. Saat lempeng bergerak untuk stabil, gempa-gempa itu terjadi.”

Faizal mencontohkan, untuk proses penyembuhan setelah mengalami luka parah akan membutuhkan waktu yang lama. Nah, lempeng bumi juga seperti itu, butuh waktu untuk menuju kestabilan. Lempeng bumi yang saling terhubung membuat Aceh rentan akan gempa, setelah daerah lain terjadi gempa.

“Yang harus diingat, semua lempeng bumi itu berhubungan satu sama lain. Beberapa waktu lalu ada pergerakan lempeng bumi di dekat Aceh sehingga memicu gempa di Nepal. Ini juga mempengaruhi keadaan Aceh.”

Faizal menambahkan, seringnya gempa kecil terjadi dapat mengurangi tekanan energi lempeng bumi. Yang berbahaya adalah ketika lempeng bumi tidak melepaskan energinya dalam waktu yang lama maka akan menimbulkan gempa berkekuatan besar saat energi itu lepas.

“Secara teori, lebih baik banyak gempa kecil, daripada tidak pernah terjadi. Jika banyak gempa kecil, energi di lempeng bumi tidak besar dan tidak menimbulkan gempa besar pula.”

Data Stasiun Geofisika Mata Ie, Kabupaten Aceh Besar menyebutkan, gempa tektonik yang terjadi akibat pergerakan lempeng bumi tersebut, intensitasnya naik sejak Minggu hingga Senin. Dalam dua hari terakhir tercatat 140 kali gempa yang pusatnya di barat laut Kota Sabang.

“Dari Minggu pukul 07.00 WIB hingga Senin pukul 07.00, jumlah gempa yang terjadi mencapai 71 kali. Sementara, 24 jam kedua mulai Senin pagi hingga Selasa pukul 07.00 WIB, jumlah gempa sebanyak 70 kali. Semua gempa berada pada titik yang berdekatan atau di barat laut Sabang,” jelas Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie, Eridawati.

Screenshot_2015-11-10-16-21-55

Eridawati menyebutkan, kekuatan gempa yang terjadi berulang dan beragam, mulai dari 3,0 SR sampai 6,0 SR. Dari 140 lebih gempa tersebut, yang bisa dirasakan hanya 21 gempa, karena kekuatannya 4,5 SR hingga 6,0 SR. “Pergerakan lempeng bumi yang menyebabkan terjadinya gempa.”

Aceh khususnya dan Pulau Sumatera umumnya, memang daerah yang rawan gempa. Selain karena berada di pertemuan dua lempeng bumi, juga karena berada pada patahan Semangko atau sesar Sumatera, yang juga dapat menimbulkan gempa darat.

“Patahan Semangko membentang di Pulau Sumatera, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Aceh berada di jalur atau zona aktif gempa, bahkan jika dihitung, rata-rata gempa yang terjadi dalam sehari sekitar tujuh kali,” ujar Eridawati.

Data yang dikeluarkan Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat atau The United States Geological Survey (USGS) sejak Minggu (8/11) pukul 17.04 hingga Senin (9/11) pukul 14:13 WIB, gempa yang berpusat di laut Sabang telah terjadi 20 kali dan di sekitar Geumpang, Kabupaten Pidie, satu kali. Gempa terakhir sekitar 5,5 SR yang terjadi pada pukul 15.12 WIB juga berpusat di 92 KM Barat Laut, Kota Sabang dengan kedalaman 35 kilometer.

Kekuatan gempa yang dicatat USGS, terendah 4,7 SR dan tertinggi 6,4 SR pada Minggu malam pukul 23.47 WIB yang berpusat di 27 KM Barat Laut Kota Sabang, dengan kedalaman 103 kilometer. Gempat 6,4 SR ini dapat dirasakan di seluruh Aceh yang membuat masyarakat berhamburan ke luar rumah.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,