, , ,

Pemkab Gayo Lues akan Relokasi 3.000 Keluarga dari TN Leuser

Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, Aceh, berencana merelokasi warga di Kecamatan Puteri Betung, yang masuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser. Sekitar 3.000 keluarga dari belasan desa ini bakal dipindah ke hutan produksi bekas perusahaan sawit pada 1990-an.

Ibnu Hasyim, Bupati Gayo Lues mengungkapkan itu saat Jambore Konservasi Leuser 2015 di TNGL Aceh Tenggara, Aceh, yang berlangsung Selasa-Kamis (10-12/11/15).

Dia mengatakan, Gayo Lues hampir di kelilingi TNGL. Bahkan, satu kecamatan, Putri Betung, berada dalam kawasan. Hasyim mengatakan, ada 13 desa masuk kawasan hutan dan rencana relokasi.

Namun, katanya, pindah tak sembarang pindah. Dia harus memikirkan agar warga pindah tetapi tak merugikan mereka.

Sebelum memutuskan relokasi, dia berdialog dulu dengan warga. “Berdiskusi untuk tahu apa saja keinginan mereka agar mau direlokasi,” katanya.

Setelah pembahasan mendalam, warga yang sudah tinggal di kawasan hutan lebih 20 tahun ini, memerlukan tempat tinggal, lahan bertani, Puskesmas, gedung sekolah dan tempat beribadah.

Setelah itu, pencarian lokasi dilakukan dengan floting area, studi kelayakan, dan pembahasan dengan sejumlah pihak. Akhirnya, ditemukan hutan produksi (HTI) di perbatasan Aceh Tamiang, bekas perkebunan sawit PT Cipta Rimba Jaya pada 1990. “Langkah ini agar kawasan hutan terjaga.”

Ketika studi selesai, katanya, pemkab bertemu Presiden Joko Widodo dan Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di Istana Bogor. Jokowi menyambut baik, dan akan mengkoordinasikan dengan menteri termasuki Siti Nurbaya.

Soal pendanaan, dia berharap pemerintah provinsi dan pusat ikut membantu. “Yang jelas Pemerintah Gayo Lues, sudah selesai studi, warga siap dan setuju relokasi. Tinggal tanggapan serius pemerintah provinsi dan pusat,” katanya.

Awalnya, Hasyim berpikir buat mengeluarkan desa dari TNGL. Niat itu urung karena wilayah itu banyak memiliki kemiringan 40 derajat dan tak layak bagi manusia.

Andi Basyrul, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) menyambut baik rencana Bupati Gayo Lues. Sikap ini menunjukkan dukungan pada pelestarian hutan. Diapun akan berupaya maksimal menyapaikan ke KLHK—terkait penggunaan hutan produksi. “Kami tunggu dukungan pemerintah daerah lain di sekitar TNGL melakukan hal sama.”

Jangan sampai relokasi ke hutan bagus

Rudi Putra, Advisor Forum Konservasi Leuser (FKL), menanggapi rencana ini. Menurut dia, rencana pemkab luar biasa. Daerah lain di sekitar TNGL, belum ada rencana serupa di tengah aksi illegal logging maupun perusakan hutan.

Rudy mengatakan, perlu pertimbangan penting soal relokasi yakni tempat lebih baik buat tinggal dan tak mengancam kehidupan mahluk lain dan alam. “Artinya memberikan harapan hidup bagi masyarakat, dan tak merusak hutan,” katanya.

Walaupun area yang akan diberikan warga hutan produksi, namun, bisa jadi setelah ditinggal perusahaan puluhan tahun jadi hutan.

“Lokasi harus ideal, jangan sampai hutan yang kembali pulih, rusak lagi. Hutan perlu dilestarikan tanpa harus menambah masalah baru, di tengah kerusakan TNGL. Ini poin penting.”

Rudi menyebutkan, Aceh memiliki lahan cukup luas. Sayangnya, lahan penting, seperti yang datar dan sangat baik untuk pertanian, dikuasai pemilik modal.

Dia mengusulkan, pemerintah mencabut atau manarik izin yang segera berakhir dan memberikan kepada warga.

Dia menghitung, lahan 3.000 keluarga jika satu keluarga dua hektar, perlu 6.000-7.000 hektar. Hingga sulit didapat dalam satu hamparan lahan bukan hutan. Jika pemerintah berani mengambil lahan perusahaan yang tak dikelola relokasi bisa terwujud. “Ini logis dan masuk akal.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,