,

Sampai Kapan? Siswi SMP Ini Korban Ke-12 Lubang Tambang Samarinda

“Sudah satu lusin Pak Wali Kota dan Anda masih merasa tak bersalah.” Pernyataan ini diposting di akun Facebook Kahar Al Bahri, mantan Dinamisator Jatam Kaltim (18 November 2015, 18.38)  sembari membagikan tautan video yang dikirim oleh Fauzy Rhamadani.

Rabu, 18 November 2015, lubang bekas tambang batubara yang terletak di Jalan Karang Mulya, RT 17, Lok Bahu, Samarinda, Kalimantan Timur, menelan korban jiwa. Aprillia Wulandari, anak kedua dari pasangan Mus Mulyadi dan Mulyana ditemukan membujur kaku, tenggelam di lubang bekas tambang.

Teresia Jari dari Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT) yang berada di lokasi saat evakuasi menyebutkan, Wulan panggilan akrab  Aprillia Wulandari, bersama lima temannya pergi ke lubang bekas tambang itu sepulang sekolah. Mereka mengendari sepeda motor. “Wulan siswi kelas 1 SMP Negeri 25 Samarinda. Dia biasa mengendarai sepeda motor sendiri ke sekolah.”

Menurut Teresia, peristiwa tenggelamnya Wulan bermula dari kecurigaan warga bernama Abdul Hadi yang melihat motor terparkir di jalan tak jauh dari lubang tambang. Abdul Hadi menemukan rok, tas, ikat pinggang, serta handphone tergeletak di tepi kolam bekas tambang. “Tidak ada yang lapor kalau ada anak tenggelam. Cuma feeling saya saja karena curiga karena rok, tas, dan handphone ” tutur Teresia menirukan ucapan Abdul Hadi.

Berdasarkan nomor di handphone, Abdul Hadi menghubungi Mulyana, sang ibu, yang tercatat berkali melakukan panggilan tanpa jawaban. Mulyana gelisah karena empat teman sekolah Wulan datang ke rumah menanyakan apakah Wulan sudah pulang atau belum.

Usut punya usut, mereka yang datang adalah teman sekolah Wulan yang pergi bareng ke lubang tambang. Saat bermain di lubang tambang itu, Wulan dan Silvi tenggelam. Namun, Silvi bisa diselamatkan dengan menarik rambutnya. Selanjutnya, para pelajar ini mencari Wulan, namun tidak menemukannya. “Mereka meninggalkan lubang maut itu tanpa memberitahukan tenggelamnya Wulan kepada ibunya karena takut disalahkan.”

Pencarian Wulan di lokasi lubang bekas tambang yang berdasarkan data Jatam Kaltim milik CV. Rinda Kaltim Anugrah. Foto: Burhanudin/ Pusat Kajian Kalimantan
Pencarian Wulan di lokasi lubang bekas tambang yang berdasarkan data Jatam Kaltim milik CV. Rinda Kaltim Anugrah. Foto: Burhanudin/Pusat Kajian Kalimantan

Kabar tenggelamnya Wulan menyebar, warga, keluarga, awak media, dan tim penyelamat melakukan pencarian. Pukul 17.30 Wita, jasad Wulan yang mengenakan baju seragam berhasil diangkat dari dasar lubang yang letaknya di pinggir cekungan dengan kedalaman 5 meter. Jasadnya dibawa ke rumah duka yang berada di Jalan Teuku Umar, Karang Paci, Samarinda.

Kanit Reskrim Polsekta Sungai Kunjang, Ipda Heri Santoso membenarkan meninggalnya  siswi SMP Negeri 25 Samarinda di bekas lubang tambang tersebut. “Mereka sepulang sekolah datang ke lokasi untuk melihat pemandangan. Kami masih menghimpun informasi, penyebab pastinya” ujar Heri.

Berdasarkan penelusuran Teresia Jari pada database Jatam Kaltim, lubang yang berada di Jl. Karang Mulya, RT 17, Kelurahan Lok Bahu ini diduga milik CV. Rinda Kaltim Anugrah. Izin usaha pertambangan (IUP) seluas 196,40 hektar itu dikeluarkan oleh Wali Kota Samarinda dengan Nomor SK 545/376/HK-KS/VII/2010.

Proses evakuasi. Lubang tambang maut ini berada di  Jl. Karang Mulya, RT 17, Kelurahan Lok Bahu, Samarinda, Kalimantan Timur. Foto: Burhanudin
Proses evakuasi. Lubang tambang maut ini berada di Jl. Karang Mulya, RT 17, Kelurahan Lok Bahu, Samarinda, Kalimantan Timur. Foto: Burhanudin

Lemahnya niat baik

Saat menerima kabar tenggelamnya Wulan lewat pesan singkat, Merah Johansyah Ismail, Dinamisator Jatam Kaltim, tengah mempersiapkan pemasangan poster mini. Isinya berupa peringatan warga Samarinda, 11 anak telah tenggelam di bekas lubang tambang. “Kabar ini mengagetkan. Dalam poster ini kami tulis tebal-tebal angka 11. Namun, saat hendak dipasang korbannya sudah 12.”

Merah menyebut, tenggelamnya siswi ini bertepatan dengan kedatangan Presiden Joko Widodo ke Kalimantan Timur. Rabu, 18 November 2015, pukul 19.00, Jokowi dijadwalkan tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan, untuk memulai kunjungan kerja di Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Bontang. “Semoga peristiwa ini menjadi perhatian serius Presiden demi keselamatan anak-anak Samarinda.”

Dalam kajian tenggelamnya anak-anak di lubang bekas tambang, Jatam Kaltim menemukan berbagai kelemahan penuntasan persoalan ini. Secara eksternal, pemerintah di berbagai tingkatan, terutama pemerintah nasional tidak menunjukkan upaya serius untuk mengambil alih persoalan yang diabaikan oleh pemerintah kota dan pemerintah propinsi.

“Kami sudah membawa kasus ini ke Jakarta. Salah satu keluarga korban, bersama kami pernah bertemu dengan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan beberapa lembaga lainnya untuk mengadukan permasalahan ini,” terang Merah.

Aprillia Wulandari merupakan korban ke-12 di lubang bekas tambang Samarinda. Meski korban terus bertambah, hingga kini belum ada penyelesaian sama sekali. Sampai kapan? Foto: Burhanudin
Aprillia Wulandari merupakan korban ke-12 di lubang bekas tambang Samarinda. Meski korban terus bertambah, hingga kini belum ada penyelesaian sama sekali. Sampai kapan? Foto: Burhanudin

Jatam Kaltim juga menemukan adanya ketidaksamaan cara pandang dari aparat kepolisian terkait tenggelamnya anak di lubang bekas tambang. Polsek Palaran, tempat yurisdiksi kejadian perkara tenggelamnya Nadia (Korban ke 8), menganggap kasus ini sebagai delik aduan. Sehingga, pihak kepolisian tidak memproses karena tidak ada laporan dari keluarga korban.

“Seharusnya, tanpa laporan keluarga, kepolisian harus mengusut karena kasus ini bukan delik aduan. Komnas HAM juga sudah mengirimkan surat ke Kapolda untuk tegas dan serius mengusut persoalan ini.”

Dari sisi internal, Merah menyatakan, umumnya pihak keluarga menerima kejadian ini sebagai musibah atau takdir. Mereka tidak menganggap ini sebagai kejahatan korporasi. “Dari 11 korban terdahulu, hanya satu keluarga yang aktif memperjuangkannya di ranah hukum.”

Merah berharap, meski tidak ada jadwal kunjungan, Presiden Jokowi singgah sejenak, melihat langsung lubang bekas tambang menganga yang bertebaran di Samarinda. “Kami prihatin dengan jumlah korban yang terus bertambah ini,” paparnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,