Hormati Laut, Lewat Tradisi Pesisir di Sikka

Tradisi melarung atau dalam bahasa daerahnya Pamanga Tamianotai yang sudah lama tidak pernah dilakukan kembali dihidupkan oleh nelayan di Pulau Pemana, Kabupaten Sikka. Tradisi ini merupakan tradisi untuk memberi penghormatan kepada laut yang telah menghilang sejak tahun 1980-an.

Pulau Pemana sendiri merupakan pulau kecil berpasir yang berjarak tempuh 2-3 jam perjalanan menggunakan kapal penumpang dari Maumere. Masyarakat di Pulau Pemana dikenal sebagai nelayan yang tangguh.

Para nelayan Pulau Pemana, mayoritas merupakan keturunan suku pendatang dari Selayar, Bone, Buton dan Bugis di Sulawesi yang telah beratus tahun tinggal di wilayah ini. Dalam tradisi warisan dari para leluhur mereka mengikat para nelayan agar menjaga laut dengan tidak menangkap ikan dengan cara merusak terumbu karang, biota laut dan alam.

Apa yang melatarbelakangi nelayan untuk kembali ke warisan leluhur?

“Dahulu biasanya kami melaut cuma dua tiga jam sudah dapat ikan tuna atau cakalang, tapi sekarang bisa butuh waktu 7 sampai 8 jam berlayar ke laut lepas mencari ikan,“ jelas Haji Bahamid Yunus, salah satu tetua masyarakat saat dijumpai (26/11).

Dengan menggelar kembali ritual ini, masyarakat diajak kembali untuk mencintai laut dan ekosistemnya. “Kegiatan ini juga untuk menyadarkan mereka kembali agar menghormati laut dan tidak merusak biota laut dan terumbu karang.“

Dalam ritual adat ini dilarungkan 7 perahu mainan berukuran panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter dengan lebar 50 sampai 70 senti meter dan berbagai simbol persembahan bagi laut. Setiap satu perahu menyimbolkan 10 kapal penangkap ikan yang ada, dimana terdapat 70 kapal penangkap ikan milik nelaya Pemana.

 

Kapal nelayan pole and liners
Kapal-kapal  pole and line penangkap tuna milik nelayan Pulau Pemana. Foto: Ebed de Rosary

Pasang Rumpon

Menurut Haji Boy seorang tokoh pemuda Pemana, selain menggelar ritual adat, para nelayan pun memasang beberapa rumpon agar ikan-ikan bisa berkumpul di sekitarnya. Rumpon diharapkan dapat menjadi tempat berkumpul ikan-ikan kecil mangsa yang akan mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk datang dan mengahmpiri

Dalam acara ini pula, para nelayan berjanji akan bekerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Sikka dalam menjaga zona laut yang menjadi zona inti pengembangan potensi keluatan. Juga para nelayan bersedia membantu pemerintah dan aparat keamanan memerangi para penangkap ikan baik dari kabupaten Sikka maupun dari luar daerah yang melakukan penangkapan ikan dengan cara merusak lingkungan.

Selain itu, para nelayan berjanji untuk menangkap ikan dengan cara-cara yang ramah lingkungan dan tidak lagi menangkap ikan dengan menggunakan cara-cara merusak seperti bom, pukat atau jaring yang terlarang maupun racun.

Warna-warni dalam kemeriahan acara larung laut. Foto
Warna-warni dalam kemeriahan acara larung laut. Selain sebagai puncak ritual, acara seperti ini dapat menjadi event festival budaya. Foto: Ebed de Rosary
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,