,

Aben-Gas, Konverter Kit Hemat Energi ala Amin Suwarno

Amin Suwarno adalah warga Pontianak kelahiran Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sehari-hari, lelaki jebolan Fakultas Pertanian Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Pancabhakti, Pontianak, ini berbisnis barang elektronik. Kini, nama Amin identik dengan Aben-gas, nama paten perahu dua bahan bakar: 15 liter bensin dan gas elpiji 3 kilogram, yang ia ciptakan.

Sekarang, mesinnya dirakit oleh warga, termasuk pembuatan tubuh perahunya. “Tidak perlu dibangun pabrik. Kita berdayakan masyarakat setempat, yang tadinya nelayan untuk merakit mesin perahu motor Aben-gas ini,” ujar lelaki kelahiran 24 Februari 1970 ini, akhir pekan lalu.

Alih teknologi dilakukan Amin kepada siapa saja yang tertarik untuk membuat perahu dual fuel. Piranti buatannya menghemat ongkos BBM, terutama solar. “Lahirnya konverter kit ini berawal dari keluhan nelayan akan sulitnya mendapatkan BBM. Konverter ini aman dan sangat layak digunakan, karena keamanan yang berlapis. Kemungkinan bocor kecil.”

Amin mengatakan, belum lama ini Provinsi Sulawesi Utara memanfaatkan Aben-Gas, melalui Bidang Penangkapan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P3H) Perikanan DKP Provinsi Sulut. Konverter kit ciptaannya dibagikan kepada nelayan dan kelompok tani di Kota Manado.

Terlebih, dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil, makin mengukuhkan penemuan Amin sebagai solusi nelayan tangkap pesisir. Dalam Perpres disebutkan, sasaran penyediaan dan pendistribusian LPG untuk kapal perikanan nelayan kecil hanya yang menggunakan mesin motor tempel dan/atau mesin dalam yang beroperasi harian. “Saya sangat berharap, temuan ini bisa berdaya guna. Termasuk menambah pendapatan perkapita nelayan.”

Akrab perahu motor

Amin mengaku tidak pernah belajar khusus tentang mesin atau elektronik. Sebagai anak yang tinggal di tepi sungai, sejak kecil ia sudah akrab dengan perahu motor. Dari utak atik mesin, Amin sedikit banyak tahu cara kerja mesin dan onderdil yang menyertainya. Terlebih, dia punya pengalaman memperbaiki perahu motor tempel keluarganya yang kerap mogok.

Menurut Amin, program konversi minyak tanah ke elipiji, mengilhaminya membuat perahu berbahan bakar bensin dan gas. Elpiji jauh lebih mudah didapat ketimbang solar, begitu pula bensin. Biaya operasional untuk perahu motor yang menggunakan bensin atau gas, pastinya lebih murah.

Percobaan membuat Aben-gas dilakukannya lima tahun terakhir. Jika dirupiahkan, uji cobanya itu menghabiskan Rp50 hingga Rp100 juta yang dirogoh dari kantong pribadinya. Mixer, salah satu piranti konverter milik Amin, terinspirasi dari mixer yang  sering digunakan para ibu untuk membuat adonan kue.

Bedanya, mixer buatan Amin berfungsi untuk mencampurkan gas dan udara yang masuk ke bagian mesin, sebelum menjadi tenaga yang dapat memacu perahu. Mixer dibentuk menggunakan mesin bubut dengan  bahan dasar aluminium. Bahan ini diyakini tidak mudah korosi  dibanding besi atau tembaga. Prosesnya memang butuh keahlian. “Selisih nol koma sekian milimeter, hasilnya akan beda. Jelas, akan berpengaruh pada kecepatan putaran dan penggunaan bahan bakar,” kata Amin.

Boleh dikata mixer kit jantungnya sistem kerja perahu hemat energi ini. Karena, alat  ini  berfungsi  untuk  menempatkan spuyer dan stud bolt agar bisa menyambung pipa saluran bahan bakar untuk menghidupkan mesin. Sehingga, sistem mesin membentuk model dual fuel. Artinya, alat ini bekerja untuk mengubah bahan bakar gas  dari elpiji menjadi sumber energi.

Penemuan mixer kit atau perangkat pencampur, yang dimodifikasi dengan mesin perahu motor, mengorbankan belasan mesin sebagai kelinci percobaan. Awalnya,  Amin merakit mixer kit single hole. Sewaktu dicoba, hasilnya tidak maksimal lantaran perahu yang menggunakan bahan bakar gas elpiji tidak mampu mendorong perahu yang berisikan beban. Selain itu penggunaan gas elpiji sangat boros. Tak menyerah sampai disitu, Amin kemudian mengembangkan mixer kit multi hole. “Hasilnya tenaga mesin lebih besar dan hemat bahan bakar hingga lima kali lipat,” jelasnya.

Amin berharap, konverter kit ciptaannya dapat bermanfaat bagi para nelayan. Foto: Aseanty Pahlevi
Amin berharap, konverter kit ciptaannya dapat bermanfaat bagi para nelayan. Foto: Aseanty Pahlevi

Binaan

Amin mempunyai daerah binaan di Dusun Sejahtera, Desa Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya. Jaraknya dari Pontianak, berkisar 1 – 1,5 jam lewat sungai. Jarak ini lebih singkat dibanding jalan darat sekitar 2 – 2,5 jam. Di dusun ini, mayoritas nelayannya juga berwirausaha membuat perahu. Bedanya, perahu yang dibuat dari bahan fiber glass.

“Saya menekankan warga agar tidak menggunakan kayu sebagai bahan dasar. Penggunaan fiber glass mempunyai banyak kelebihan, selain tidak adanya penebangan pohon, juga lebih tahan lama,” katanya. Jika menggunakan kayu, satu perahu butuh satu hingga dua pohon dengan diameter minimal satu meter. Dalam setahun biasanya terjadi pergantian dua kali. Dengan fiber, jika bocor hanya keluar biaya Rp20 ribu.

Sekitar 80 pembuat sampan aktif di daerah tersebut. Mereka berasal dari Desa Punggur, Telok Pakedai, Sungai Kakap, Sungai Tekong dan sekitarnya. Rata-rata, mereka tadinya nelayan tangkap. Sampan-sampan buatan warga itu nantinya akan digerakkan dengann motor dual fuel, ciptaan Amin.

Saat ini, teknologi konverter kit baru dipasang untuk mesin 160 cc dan 200 cc. Dua tabung gas elpiji 3 kg diletakkan pada badan perahu lalu dialirkan melalui selang untuk diatur melalui mekanisme tee joint. Sebelum masuk ke mekanisme bracket dan acceleration, pengamanan gas dilakukan pada mekanisme ball valve (bola katup). Gas yang masuk ke mekanisme mixer diubah menjadi tenaga penarik perahu nelayan. Butuh dua tabung sekaligus guna mencegah pembekuan.

Estimasi penghematan dalam beberapa uji coba cukup menggembirakan. Mesin standar dengan bahan bakar bensin untuk satu jam perjalanan, volume pemakaiannya 2,75 liter bensin. Bila dirupiahkan menjadi Rp20,350 dengan putaran maksimal 5.600 rpm. Sementara mesin yang menggunakan konverter kit selama satu jam perjalanan butuh 7 ons elpiji. Bila dirupiahkan hanya sekitar Rp5.326. Satu tabung gas bisa digunakan untuk perjalanan sepuluh jam dengan jarak tempuh lebih 20 kilometer.

Ciptaan kreatif Amin ini telah diapresiasi Bupati Kubu Raya saat dijabat oleh Muda Mahendrawan. Penemuannya juga mendapat perhatian dari Institut Teknologi Bandung dan Kementerian ESDM. Amin diikutkan dalam pameran teknologi menggunakan gas untuk transportasi. Amin juga menjadi pembicara di FGD dengan para profesor di ITB pada 2012.

Amin berharap, konverter kit ciptaannya ini bisa dirasakan manfaatnya oleh nelayan. Dia tidak ingin  dikomersialisasi. Hak patennya telah terdaftar 15 Maret 2012 dengan nama Amin Ben-Gas di Kementerian Hukum dan HAM dengan Nomor S00210300051. “Pemerintah daerah harus menganggarkan dana untuk  pengadaan alat, lalu dibagikan gratis kepada nelayan. Terlebih, konverter ini bisa dipasang dengan beragam jenis mesin perahu. Baik solar maupun premium,” ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,