,

Banjir di Awal 2016 Ini Rendam Tiga Wilayah Aceh

Sekitar 1.500 masyarakat dari 10 desa di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, terpaksa mengungsi akibat banjir yang merendam desa mereka. Banjir juga menghantam Bireuen dan Kota Lhokseumawe.

Desa yang terendam banjir tersebut berada di Kecamatan Matang Kuli yaitu Aleu Entog, Teupin Barat, Hagu, Alue Tho, Cibrek, Lawang, Siren, Tanjong Haji Muda, Tanjong Tengku Ali,  dan Matang Mee. Secara keseluruhan, di Aceh Utara, banjir menghantam sembilan kecamatan, yaitu, Matang Kuli, Tanah Luas, Samudera, Geuredong Pase, Muara Batu, Sawang, Pirang Timu, Lhoksukon, dan Nisam.

Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Amir Hamzah, Senin (18/1/2015) mengatakan, warga yang mengungsi karena rumah mereka terendam terus didata. Pemerintah setempat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial juga memberikan bantuan.

“Warga tidak mungkin bertahan di rumah mereka karena ketinggian air mencapai satu meter. Selain di tenda, warga banyak yang mengungsi ke masjid, musholla, atau keluarga mereka,” ungkap Amir.

Husin, warga Desa Hagu, menuturkan masyarakat sudah lelah menghadapi banjir yang terus merendam daerah mereka. “Setahun, banjir merendam daerah kami lebih tiga kali. Sawah tidak bisa digarap. Banjir juga mengganggu aktivitas pendidikan karena sekolah juga terendam.”

Iskandar, tokoh masyarakat Matang Kuli, mengatakan, banjir yang terjadi di Aceh Utara sekarang, lebih sering terjadi ketimbang tahun sebelumnya. “Sebelum tahun 2000, banjir tidak terjadi separah ini. Semenjak hutan di Aceh Utara, Aceh Tengah, dan Bener Meriah digunduli, banjir kerap menghantui.”

Di Kota Lhokseumawe, banjir merendan sejumlah ruas jalan, setelah daerah tersebut di guyur hujan deras. “Namun, hanya sebentar,” ungkap Sulaiman, warga Tampok Teungoh, Kota Lhokseumawe.

Sementara di Kabupaten Bireuen, banjir menerjang Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb, Peulimbang, Jeumpa, Kota Juang, Kuala, Jangka, Peusangan, Kutablang, Gandapura.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bireuen, Faisal Kamal menyebutkan, dari 13 Kecamatan yang terendam banjir, Kecamatan Peudada dan Kota Juang yang terparah. Ratusan hektar sawah dan tambak masyarakat terendam. “Total kerugian belum bisa dipastikan karena banjir masih terjadi,” sebut Faisal.

Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Zakaria menuturkan, meski Aceh sedang memasuki periode akhir musim hujan, namun hujan masih terjadi di sejumlah daerah, khususnya Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. “Pesisir timur Aceh, seperti Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, masih berpotensi hujan hingga beberapa hari kedepan. Bahkan, wilayah tengah dan barat Aceh, masih berpotensi hujan sedang hingga lebat,” ungkap Zakaria.

Jembatan di Desa Mon Mata, Krueng Sabee, Aceh Jaya, yang putus akibat diterjang banjir beberapa waktu lalu. Foto: Junaidi Hanafiah

Kerugian

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh menjelaskan, bencana alam seperti banjir dan tanah longsor terus menerjang Aceh dalam setahun terakhir. Bencana yang terjadi akibat kesalahan perencanaan pembangunan ini telah menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.

Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur menyebut, sepanjang 2015, bencana banjir dan tanah longsor membuat Aceh menderita kerugian Rp10 triliun. “Kami memperkirakan, salah satu penyebab bencana ini adalah kesalahan perencanaan pembangunan. Bahkan, dalam dua bulan terakhir, Aceh rugi sekitar Rp50 miliar.”

Muhammad Nur mengatakan, kebijakan RPJM dan Qanun RTRWA No 19 tahun 2013-2033 dipasal (16), (17) dan (18) telah merencanakan pembangunan yang sudah dan akan kembali membelah hutan Aceh dalam skala besar. Tanpa kajian lingkungan hidup sesuai amanat UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta turunannya.

“Kami mencurigai, kajian dan izin lingkungan tidak ada di semua ruas, oleh karenanya kami mendorong penegak hukum aktif mengawasi pembangunan Aceh. Artinya, kami berharap tidak semua pihak mesti berjibaku dengan persoalan bencana, tapi unsur kesengajaan manusia juga mesti dipantau.”

Muhammad Nur menambahkan, dua bulan terakhir, banjir dan tanah longsor terjadi di berbagai kabupaten/kota di Aceh. Bencana tersebut terjadi di Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Utara, Aceh Timur, dan wilayah lain. “Akibatnya, rumah warga rusak, jalan hancur, lahan pertanian dan perkebunan warga gagal panen. Jika hutan terus dirambah, bencana alam akan  sering terjadi dan kerugian meningkat,” ungkapnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,