,

Persawahan Sonor Penyebab Kebakaran di Lahan Gambut Dapat Dihentikan. Bagaimana Caranya?

Salah satu penyebab kebakaran lahan gambut di Sumatera Selatan, khususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), adalah akibat aktivitas persawahan sonor, yakni menanam padi dengan cara membakar semak rumput di lahan gambut. Ternyata, ada cara yang sederhana untuk menghentikan aktivitas persawahan sonor tersebut. Apakah itu?

“Sederhana sekali. Lahan yang biasa dibakar warga untuk bersawah, dibantu pemerintah dibersihkan atau diolah. Sehingga, lahan tersebut tinggal ditanami padi oleh kami tanpa dilakukan pembakaran,” kata Ali Adam, warga Desa Simpang Tiga Sakti, Kecamatan Tulungselapan, Kabupaten OKI, saat menghadiri diskusi terkait kebakaran hutan dan lahan yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan UNDP di Jakarta, Rabu (27/01/2016).

Pembersihan lahan ini, kata Ali, bukan sebatas ditebas rumputnya, tapi juga diolah menjadi sawah ladang.

“Kami tidak dapat melakukannya karena membutuhkan alat berat dengan biaya yang besar. Pemerintah jelas dapat membantu kami,” kata Ali. Bahkan, jika lahan tersebut dibersihkan atau diolah, para petani bukan hanya pada musim kemarau menanam padi juga pada musim hujan.

Jika pemerintah memiliki kendala pendanaan, kata Ali, pengolahan lahan ini dapat dilakukan secara bertahap. “Misalnya, dimulai 15 hektare, yang dapat diperuntukan bagi 30 kepala keluarga. Tapi tiap tahun harus ada yang dibersihkan, sehingga dapat mengurangi persawahan sonor secara bertahap. Yang jelas jika lahan sudah dibersihkan atau diolah, tidak dilakukan pembersihan yang baru,” katanya.

“Jika ini dilakukan, saya percaya kebakaran lahan gambut akibat pertanian sonor akan berkurang,” kata mantan kepala desa ini.

Solikin, warga Desa Sungsang, Kecamatan Senyerang Tanjung Jabung Barat, Jambi, sependapat dengan Ali Adam. “Cara untuk menghentikan pesawahan sonor tentunya dengan cara lahan gambut tersebut diolah menjadi sawah ladang,” katanya.

Tapi, selain para warga tidak mempunyai biaya untuk mengolah lahan gambut menjadi pesawahan, juga pesawahan sonor tersebut dilakukan warga karena mereka tidak memiliki lahan.

“Artinya persawahan sonor tersebut dilakukan warga di lahan yang mereka nilai sebagai tanah adat, tapi kini sudah dikuasai negara atau perusahaan. Mereka terpaksa melakukan hal tersebut karena takut ditangkap. Jika lahan selesai dibakar, warga kemudian menaburkan benih padi. Saat benih padi menghasilkan mereka langsung memanennya,” jelasnya.

“Menghentikan persawahan sonor tersebut, selain lahan diolah juga warga diberi lahan, entah dipinjamkan atau diberi, untuk dijadikan pesawahan,” katanya.

“Percayalah, jika ini benar-benar dilakukan pemerintah, kebakaran lahan gambut akibat aktivitas pertanian warga tidak akan terjadi lagi,” ujarnya.

Pentingnya lahan untuk bertani atau bersawah diberikan kepada masyarakat yang menetap di wilayah lahan gambut juga disampaikan Sujiono Basiran dari Desa Gambut Jaya, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

“Jika warga diberikan lahan untuk bertani atau bersawah dan sudah diolah pemerintah, kami yakin tidak ada lagi aktivitas pertanian atau pesawahan dengan cara membakar. Hal itu dilakukan sebagian dari kami karena kami tidak punya lahan dan tidak punya biaya untuk mengolah lahan,” ujarnya.

Peta persebaran lahan gambut di Sumatera Selatan. Sumber: HaKI (Hutan Kita Institute)

Pangan

Dijelaskan Ali, persawahan sonor yang berlangsung di wilayah pesisir timur Sumatera Selatan, umumnya dilakukan untuk pemenuhan pangan. Bukan dijadikan mata pencaharian. Sebab sebagian besar warga mencari nafkah menjadi nelayan atau berkebun karet.

“Jadi, tidak dibutuhkan lahan yang luas untuk bersawah. Tapi jika mereka tidak bersawah, maka pengeluaran masyarakat untuk memenuhi pangan cukup tinggi,” katanya.

Selain itu, lahan yang diolah tersebut dapat ditanami beragam jenis sayuran yang dapat di lahan gambut. Misalnya semangka, labu parang, pepaya, kacang panjang, serta cabai. “Karena pangan terpenuhi sendiri, pengeluaran pun menjadi kecil, sehingga pendapatan warga dari kebun karet atau mencari ikan dapat tersimpan,” ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,