, , ,

Sedihnya…Ternyata, Pongky Alami Kebutaan di Medan Zoo

Ruangan itu berukuran sekitar 2×2 meter. Gelap dan pengap. Sesosok raut wajah sayu, memegang wortel duduk tak bergerak. Itulah Pongky, orangutan Sumatera di ‘rumah’ sempitnya di Medan Zoo.  Setelah dua tahun hidup di sana, Selasa (2/2/16), Pongky berhasil bebas. Bedanya, dengan kala masuk, kini, mata Pongky, buta satu…

Kala tim evakuasi Orangutan Information Centre (OIC) bersama Sumatran Orangutan Centre Programme (SOCP) tiba di kandang menyedihkan itu, Pongky, bergeming. Dia hanya duduk, sesekali berontak. Dokter hewan SOCP, Yenny Saraswati dan Dokter hewan OIC, Richo Lamno Jaya, mencoba menghibur Pongky.

Panut Hadisiswoyo, Direktur Yayasan OIC, dan Ian Singleton, Direktur SOCP, terdiam sejenak. Mereka tampak sedih melihat kondisi Pongky. Dua tahun lalu, orangutan jantan berusia 14 tahun ini, terlihat begitu sehat. Lincah. Sekarang, begitu menghawatirkan.

Begini kondisi fisik Pongky dua tahun terkurung di jeruji Medan Zoo. Satwa terancam punah inipun akhirnya dibawa keluar setelah mengalami kebutaan. Foto: Ayat S Karokaro
Begini kondisi fisik Pongky dua tahun terkurung di jeruji Medan Zoo. Satwa terancam punah inipun akhirnya dibawa keluar setelah mengalami kebutaan. Foto: Ayat S Karokaro

Kala itu, tim OIC dan SOCP bersiap mengevakuasi Pongky, dan membawa keluar Medan Zoo. Timbul pertanyaan, mengapa setelah dua tahun, managemen pengelola Medan Zoo baru memberikan izin membawa Pongky bebas?

Pertanyaan itupun terjawab. Ternyata Pongky mengalami kebutaan pada mata kanan. Praktis, orangutan ini hanya bisa melihat menggunakan mata kiri.

“Pongky, usaha kita berhasil. Ayo kita tinggalkan Medan Zoo, kau harus keluar melihat alam, ” kata Panut.

Yenny tak kalah sedih. Ia memanggil nama Pongky berulang kali dengan mata berkaca-kaca. Sesekali dia coba menghapus air mata.

Inilah kandang Pongky, di Medan Zoo. Foto: Ayat S Karokaro
Inilah kandang Pongky, di Medan Zoo. Foto: Ayat S Karokaro

Menggunakan bius senapan angin, Ricko, mencoba mengevakuasi Pongky. Setelah sekitar 15 menit, Pongky lemas dan pingsan. Krisna bersama tim evakuasi OIC, lalu bergerak megeluarkan Pongky dari kandang. Ian bersama Panut membantu membawa Pongky ke area lapang. Setelah pemeriksaan, Pongky dibawa ke lokasi karantina orangutan di Batu Mbelin, Sibolangit, Deli Serdang, Sumut.

Ian Singleton, Direktur SOCP, mengatakan, Pongky ditempatkan dan memberikan kesempatan istirahat. Satu minggu ke depan baru bius total untuk periksa medis lengkap guna mengetahui penyebab kebutaan kala berada di Medan Zoo.

Pengambilan sampel darah dilakukan. Minimum, satu sampai tiga bulan karantina, untuk melihat apakah ada penyakit lain muncul. Setelah itu, baru pegkajian kesehatan dan perilaku layak atau tidak lepas liar ke alam.

“Usian 14 tahun, cukup besar. Secara fisik cukup stabil, kemungkinan besar jika benar-benar sehat bisa lepas ke alam.”

Pongky, dengan mata kanan buta. Foto: OIC
Pongky, dengan mata kanan buta. Foto: OIC

Dengan kondisi satu mata, katanya, tak maslaah Pongky lepas liar. “Itu tidak berpengaruh banyak pada tingkah dan pola kehidupan, seperti manusia, satu mata kiri sehat, bisa digunakan Pongky menjalani aktivitas di hutan, bukan di kandang sempit seperti Medan Zoo.”

Orangutan, tak berlari cepat di hutan, hingga punya waktu beraktivitas. Jika dia menggunakan otak, semua aman-aman saja.

“Jika tidak bisa tertolong lagi, mata kanan buta akan diangkat. Ini mengantisipasi timbul penyakit lain yang bisa saja menular ke mata sehat. Kita akan periksa lebih jauh lagi nanti.” Ian masih tak menyangka Pongky bisa buta di Medan Zoo.

Sebelum ini, teman Pongky, terlebih dahulu keluar dari Medan Zoo. Dua minggu lalu sudah dibawa ke Aceh. Kondisi cukup sehat dan stabil. Kemungkinan besar, dalam waktu dekat akan dilepasliarkan ke hutan Jantho. Usia lebih muda dari Pongky. Ia hasil evakuasi dari Aceh Tamiang bersama Pongky karena dipelihara oknum perwira polisi bertahun-tahun.

Setelah keluar dari dalam kandang, tim dokter hewan langsung memeriksa kondisi Pongky, orangutan Sumatera yang selama dua tahundi Medan Zoo. Foto: Ayat S Karokaro
Setelah keluar dari dalam kandang, tim dokter hewan langsung memeriksa kondisi Pongky, orangutan Sumatera yang selama dua tahundi Medan Zoo. Foto: Ayat S Karokaro

Ketika ditanya soal kondisi Medan Zoo, Ian mengaku sudah memonitor sejak 2001, kala Suaka Margasatwa ini masih di Jalan Brigjen Katamso Medan. Kondisi tak bisa diandalkan.

Dia mencontohkan, kandang Pongky, kumuh, tak ada pepohonan, gersang, dan ukuran hanya 2×2 meter. Ia mempengaruhi kesehatan Pongky. “Bisa saja penyebab kebutaan karena virus disitu.:

Medan Zoo, katanya, hanya dipakai sebagai sumber keuntungan mengumpulkan uang dari pengunjung, tanpa memperhatikan kesehatan satwa. Seharusnya, Medan Zoo memenuhi standar kesehatan dan keamanan, baik untuk satwa maupun staf dan pengunjung.

“Lebih baik dikelola swasta agar bisa maju, dikelola Pemerintah Medan, sangat tertinggal, masih menggunakan konsep tahun 1940. Sangat terbelakang.”

Seharusnya, kebun binatang bisa jadi hal istimewa. Harga tiket standar bisa untuk perbaikan kesejahteraan satwa dan staf. Pengunjung juga puas.

Lantas apa komentar dari Medan Zoo? Suci, dokter hewan Medan Zoo enggan berkomentar banyak. Dia hanya mengatakan, Pongky diizinkan dibawa karena memang satwa titipan.

Mengapa sampai dua tahun baru boleh diambil? Suci diam. Begitu juga saat ditanya mengapa Pongky buta Suci berlalu begitu saja.

Proses evakuasi Pongky dari Medan Zoo, ke Karantina Orangutan SOCP. Foto: Ayat S Karokaro
Proses evakuasi Pongky dari Medan Zoo, ke Karantina Orangutan SOCP. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,