,

Restoran dan Hotel Berbintang Dihimbau Ganti Menu Berbahan Dasar Hiu

Sebanyak 30 persen dari 135 hotel berbintang dan restoran yang ada di DKI Jakarta saat ini diketahui masih menyediakan menu dengan menggunakan bahan dasar hiu. Temuan tersebut terungkap, setelah WWF-Indonesia melakukan survei secara terbuka pada Desember 2015 lalu.

Fakta tersebut sangat memprihatinkan, karena hiu adalah salah satu ikan yang dilindungi, termasuk di wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut diungkapkan Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia Nyoman Iswarayoga kepada Mongabay di Jakarta, kemarin.

Penangkapan Hiu Lombok6

Menurut dia, fakta yang membuat miris pecinta lingkungan tersebut hingga kini masih sulit diatasi karena masih rendahnya kesadaran pengelola hotel berbintang maupun restoran yang ada di Ibu Kota Negara tersebut.

“Ada 2 hingga 3 hiu yang mati setiap detiknya akibat perburuan di perairan dunia. Kebanyakan adalah untuk memenuhi permintaan sebagai bahan dasar makanan dan obat tradisional,” ungkap dia.

Nyoman mengatakan, perburuan hiu yang masih marak tersebut diperkuat dengan fakta dari hasil survei yang dilakukan pada 2014 silam yang menunjukkan bahwa konsumsi sirip hiu di restoran di Jakarta sedikitnya menghabiskan 15.000 kg per tahun.

“Dari catatan FAO juga, Indonesia pada 2010 menjadi negara pengekspor hiu terbesar sebesar 100.00 ton per tahun,” tambah dia.

Fakta tersebut, menurut Nyoman, patut untuk direnungkan oleh semua pihak, tidak hanya pecinta lingkungan saja. Karena, jika hiu terus dibiarkan diburu dan dikonsumis secara bebas, maka populasinya akan semakin terancam dan bahkan bisa berujung pada kepunahan.

“Dengan kemampuan reproduksi hiu yang lambat, hanya melahirkan 5-10 anak dalam dua hingga tiga tahun, keberadaan populasi hiu di alam terancam punah,” jelas dia.

Kondisi tersebut, bagi Nyoman dirasa sangat memprihatinkan sekaligus menyakitkan. Pasalnya, hiu selama ini dikenal sebagai predator puncak di ekosistem laut yang mengemban tugas sangat penting untuk menjaga kestabilan ekosistem laut.

Hidangan Eksotik khas Imlek

Menjelang Hari Raya Imlek yang jatuh pada Senin (08/02/2016) mendatang, sajian hidangan berbahan dasar hiu diprediksi akan banyak disediakan, baik di Jakarta maupun kota-kota lain di Indonesia. Untuk itu, WWF-Indonesia menghimbau kepada pengelola hotel berbintang dan restoran untuk bisa bekerja sama dengan menghilangkan menu berbahan dasar hiu.

Sebagai gantinya, hotel berbintang dan restoran dihimbau untuk membuat menu yang menggunakan bahan lebih sehat dan ramah lingkungan. Dengan pengalaman dan kehandalan dari masing-masing hotel berbintang dan restoran di Jakarta, WWF-Indonesia sangat yakin menu pengganti tersebut tetap bisa memuaskan pelanggan yang menjadi konsumen setianya.

Nyoman memaparkan, masih banyaknya hotel berbintang dan restoran yang menyajikan hidangan berbahan dasar hiu, dikarenakan masih banyak yang percaya dengan mitos bahwa hidangan dengan bahan dasar hiu memiliki khasiat istimewa.

“Sedikit yang peduli bahwa punahnya hiu akan berakibat pada kesehatan ekosistem laut, salah satu ekosistem yang menopang keberlanjutan hidup kita,” sebut dia.

Tidak hanya karena terancam punah, Nyoman menyebutkan, hidangan berbahan dasar hiu harus diganti dengan menu lain, juga karena dalam hidangan tersebut terkandung merkuri yang cukup besar. Hal itu diketahui, karena hiu diketahui sebagai satwa laut yang memiliki kandungan merkuri tertinggi sebesar 1-4 ppm.

“Kontaminan merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia sebagian besar akan ditimbun dalam ginjal dan dapat mengakibatkan kerusakan pada susunan saraf pusat, ginjal dan hati,” tegas dia.

Di Jakarta sendiri, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mengeluarkan surat edaran yang berisi himbauan kepada pelaku usaha dan atau masyarakat untuk tidak mengedarkan, menyediakan, atau mengonsumsi ikan hiu dan pari manta yang berstatus satwa laut dilindungi.

Sebelum ada himbauan dari WWF-Indonesia, Kantor Bea Cukai Tanjung Perak, Surabaya berhasil menggagalkan upaya pengiriman satu kontainer sirip hiu sekitar 20 ton ke Hong Kong. Dari hasil pemeriksaan, sirip hiu yang akan diselundupkan itu  jumlahnya sebanyak 352 kantong sirip hiu atau bernilai sekitar Rp400 miliar.

Adapun, penyelundup sirip hiu tersebut, diketahui atas nama CV. SS yang berkantor di Surabaya. Perusahaan tersebut diperkirakan menjadi pengepul dari beberapa daerah di Jawa Timur dan Bali.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,