,

Studi: Ternyata Tikus Hitam Menyukai Hutan eks Tebangan sebagai Tempat Hidup

Studi  terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Biotropica menunjukkan selain berdampak pada kehidupan masyarakat lokal di sekitar kawasan dan hancurnya habitat hidupan liar, penebangan hutan membantu meningkatnya populasi spesies invansif seperti tikus. Munculnya tikus pun turut menggusur keberadaan mamalia asli hutan hujan tropis.

Tikus hitam (Rattus rattus) pertama mulai menyebar ke seluruh dunia melalui kapal-kapal kayu Eropa di tahun 1600-an. Kedatangan mereka di daerah-daerah baru menyebabkan masalah dan sering membawa penyakit baru, seperti menginfeksi spesies asli bahkan diketahui menjadi agen kepunahan burung-burung endemik.

Tikus hitam dilaporkan menyukai kondisi pasca penebangan yang ditumbuhi semak belukar padat sebagai penutup lantai hutan. Sementara itu, serangga yang memakan kayu lapuk eks logging pun menjadi makanan tambahan yang disukai oleh hewan pengerat itu.

Tikus umumnya menghindari hutan primer, yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon besar yang lantai hutannya ditutupi dedaunan. Bagi Tikus, timbunan daun menyebabkan tikus tidak bisa berlari secara diam-diam, yang pada akhirnya menarik hewan predatornya.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Imperial College London ini mempelajari perilaku tikus di negara bagian Sabah, Malaysia yang terletak di utara Borneo. Tim mengamati gerakan dari sekitar empat puluh tikus dari empat spesies berbeda, termasuk spesies tikus hitam invasif dan tiga spesies tikus asli.

Spesies tikus hitam telah hidup di Borneo selama beberapa dekade, tetapi sebagian besar diketahui selama ini tinggal di sekitar daerah perkotaan dan tepian hutan hujan. Para peneliti menjumpai dari seluruh spesies yang mereka pelajari, tikus hitam memiliki preferensi kuat untuk menempati habitat yang terganggu oleh penebangan.

“Penebangan hutan (logging) menciptakan lingkungan mikro yang disukai oleh tikus hitam. Itu membantu mereka bergerak,” jelas Dr. Rob Ewers, salah satu peneliti dari Departement of science di Imperial College London menyebutkan.

“Ini bisa menjadi berita buruk bagi mamalia asli yang mungkin tidak dapat bersaing dengan tikus hitam. Ini juga buruk bagi hutan, karena banyak mamalia kecil penyebar biji yang penting harus bersaing dengan mereka.”

Ewers menyebutkan salah satu cara untuk meminimalkan habitat yang disenangi oleh tikus setelah pasca penebangan hutan yaitu dengan “membersihkan tanaman merambat yang menghubungkan antar pohon, itu akan mengurangi dampak persebaran tikus hitam,” jelasnya.

Kemampuan tikus hutan untuk beroperasi dalam ruang terestrial dan arborial amat terfasilitasi dalam hutan yang yang terdegradasi, jelas para peneliti. “Tikus hitam dalam perilakunya sering secara efektif memanfaatkan ruang tiga dimensi yang kompleks, bergerak dari strata yang lebih rendah di lantai hutan yang rusak, yang ditandai oleh vegetasi padat,” tulis para peneliti dalam Biotropica.

“Tugas selanjutnya para peneliti adalah melacak seberapa cepat R. rattus yang menjajah hutan hujan dan apa dampak yang akan terjadi pada saat tikus hutan mulai menggantikan mamalia kecil asli di hutan,” jelas Ewers.

Referensi:

  • Loveridge, R., Wearn, O. R., Vieira, M., Bernard, H., & Ewers, R. M. (2016). Movement behaviour of native and invasive small mammals shows logging may facilitate invasion in a tropical rainforest. Biotropica. doi: 10.1111/btp.12306
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,