,

Lebih Dari 10 Jenis Bambu Makin Langka di Bandung

Lebih dari 10 jenis bambu dari wilayah Soreang dan Ciwidey Kabupaten Bandung sudah mulai langka. Meski belum diketahui penyebab secara pasti, faktor berkurangnya lahan dan perubahan iklim diduga kuat menjadi penyebab langkanya jenis bambu.

Berbeda dengan kayu, tanaman bambu kurang dilirik oleh warga. Saat ini warga lebih memilih menanam tanaman keras seperti kayu albasia dan sengon ketimbang bambu. Hal itu disebabkan karena bambu dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa ada petaninya. Kini, tinggal beberapa jenis bambu saja yang masih tumbuh di wilayah tersebut.

Salah satu pengepul bambu, Komara (66) mengatakan, ada beberapa jenis bambu yang mulai sulit dicari  keberadaannya. Dia menyebutkan jenis bambu tali dan bambu temen sudah hampir langka bahkan bisa dibilang punah. Bambu gombong pun, sudah mulai berkurang jumlahnya.

Komara menuturkan, berkurangnya jumlah bambu selain karena lahan yang banyak berubah menjadi perkebunan, penyebab lainnya adalah tidak adanya penanaman kembali dan menjadikan bambu cepat berkurang.

“Sebetulnya tidak ada petani bambu, sebab bambu dibiarkan tumbuh secara siwungan (tunas) alami di kebun atau hutan rakyat,” kata Komara,dikampung Citepuh, Desa Cikoneng RT 01 RW 03, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Senin minggu kemarin.

Dia menjelakan, secara ekonomis memang bambu lebih murah daripada kayu.Tetapi secara finansial kata Komara, kayu lebih menjanjikan karena harganya lebih mahal dari bambu.

Masalah lainnya untuk nama – nama lebih dari 10 jenis bambu yang langka itu sudah sulit diingat kembali. Berdasarkan pengakuan Komara, ada jenis bambu yang oleh warga disebut bambu buhun dan bambu bereum (merah).

Komara mengklasifikasikan beberapa jenis bambu yang ditanam di wilayah pegunungan sekitar Soreang hingga Ciwidey. Kebanyakan tumbuh di lereng – lereng Gunung Padang dan Gunung Sepuh.

Jenis bambu yaitu bambu haur, tali, ater,betung, gombong, wulung, tamiang. “Bambu haur itu banyak jenisnya ada haur koneng, haur hejo, haur tutul,” ucapnya sembari mengingat kembali.

Perubahan Suhu

Seiring kenaikan suhu di wilayah Ciwidey, mengakibatkan sulitnya mencari keberadaan bambu tali dan bambu temen yang langka. Padahal menurut Kosmara, kedua jenis bambu tersebut sangat cocok ditanam di Ciwidey karena tempratur udaranya yang dingin diatas ketinggian yang cukup.

“Sekarang tidak cocok lagi karena sudah beda hawanya juga. Kalau dulu mah cocok pisan. Tumbuh sih tumbuh cuma ukuranya saja yang mengecil dan memendek berbeda dengan dulu yang masih panjang,” ujarnya.

Bahan Bangunan

Di kawasan Kabupaten Bandung, khususnya wilayah Soreang dan Ciwidey dulu dikenal sebagai daerah sentral bambu yang lumayan bagus. Namun, akibat semakin berkurangnya pasokan bambu dari pengepul di daerah tersebut. Totoh (46) yang sudah 5 tahun berprofesi penjual bambu mengutarakan ha l serupa, untuk jenis bambu tertentu, Dia harus mendatangkan dari luar kota seperti Tasikmalaya, Garut, Sumedang dan Subang.

Salah satunya adalah bambu gombong, bambu yang memiliki ukuran lebih panjang dan berdiameter antara 10 – 15 centimeter. Totoh mengaku sulit sekali mencari di wilayah Ciwidey, kebanyakan mencari keluar. Dia melanjutkan bambu gombong biasanya digunakan untuk bahan bangunan atau  digunkan sebagai pondasi dan tiang karena ukurannya yang tergolong besar.

“Harganya Rp25 – 30 ribu tergantung besaranya. Rata – rata panjangnya 6 – 8 meter,” kata Totoh saat dijumapi di kampung Patrol, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.

Selain gombong, Totoh yang di bantu oleh 3 karyawanya juga menjual bambu jenis lain. Diantaranya, bambu kaso, ereg, bitung, tutus, juik, haur, dawurung, juk dan pager. Kebanyakan bambu yang dijual masih di peroleh dari pengepul di kawasan Soreang dan Ciwidey.

Kerajinan

Selain bahan bangunan, bambu juga bisa diolah menjadi bahan furnitur dan saung. Salah satu pengrajin bambu, Agus (39), mengatakan hanya bambu pilihan yang bisa diolah menjadi furnitur. “ Yang baik itu bambu yang memiliki kandungan air yang pas. Cocok dan tahan lama,” katanya saat ditemui di tempat kerajinan Jalan Soekarno – Hatta Bandung.

Untuk mendatangkan bahan baku, lanjut Agus, didatangkan langsung dari daerah Tasikmalaya. Adapun bambu hideung (item) dan bambu bodas (putih), Dia membelinya dari daerah Sukabumi.

Asep menuturkan semua bambu mempunyai kegunaan masing – masing, dalam setiap kerajinanya yang di buatnya oleh Asep di padupadankan dengan bambu lain agar lebih bercorak dan menarik.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,